Mohon tunggu...
Edi Winarno AS
Edi Winarno AS Mohon Tunggu... Lainnya - Terus Belajar

Menyukai Dunia Tulis-Menulis

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Mengatasi Empat Kendala Utama Dalam Rangka Optimalisasi Pembelajaran E-learning di Sekolah Dasar

11 Oktober 2017   22:16 Diperbarui: 13 Oktober 2017   08:07 9873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar terkait (dreamstime.com)

Dalam penerapan pembelajaran e-learning, guru dituntut memiliki kompetensi dasar antara lain: kemampuan membuat desain instruksional (instructional design) pembelajaran sesuai kaidah paedagogis,  penguasaan TIK dalam pembelajaran yakni pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam rangka memperoleh materi ajar yang up to date dan berkualitas, dan penguasaan materi pembelajaran  (subject metter) sesuai keahliannya (Sutrisno, 2007:3).

Selain itu, guru juga dituntut mampu membuat konten bahan ajar yang menarik dan edukatif. Keunggulan multimedia pembelajaran (berupa teks, grafik, animasi, simulasi, audio, video) berbasis internet yaitu dapat memvisualisasikan konsep-konsep belajar sehingga akan menjadi lebih menarik bagi siswa Sekolah Dasar. Misalnya siklus air hujan, terjadinya tsunami, sistem Tata Surya, dan lain sebagainya.

Pembelajaran e-learning diharapkan dapat mengarahkan siswa Sekolah Dasar untuk memanfaatkan kemajuan TIK dalam hal positif yaitu meningkatkan wawasan dan ilmu pengetahuan. Guru perlu memberikan bimbingan kepada siswa Sekolah Dasar terkait etika dalam pemanfaatan TIK untuk menghindari berbagai dampak negatif TIK sedini mungkin.

Peran karyawan Sekolah Dasar yang memiliki kompetensi TIK juga sangat penting misalnya bertugas untuk menjaga sistem  e-learning yang dimiliki Sekolah Dasar demi kelancaran proses pembelajaran e-learning. Jika terjadi suatu gangguan pada sistem e-learning, maka akan dapat segera diatasi.

Secara umum kepala sekolah, guru dan karyawan harus memiliki kompetensi TIK yang memadai. Dalam meningkatkan kompetensi TIK, beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain melalui diklat, seminar, workshop, dan bimbingan teknis terkait penerapan pembelajaran e-learning di Sekolah Dasar. Selain itu perlu dibentuk forum diskusi misalnya melalui media sosial sehingga mereka dapat saling bertukar pikiran atau pengalaman (sharing) terkait pembelajaran e-learning.

Kedua, meningkatkan sarana dan prasarana pendukung pembelajaran e-learning. Sarana dan prasarana memang mutlak dibutuhkan agar proses pembelajaran e-learning menjadi optimal. Baik yang berupa komponen hardware (perangkat keras) maupun software (perangkat lunak). Komponen-komponen itu meliputi koneksi/ jaringan internet, komputer/ laptop, sistem, software e-learning, termasuk sarana dan prasarana pendukung.

Menurut Romi Satrio Wahono (2008), komponen yang membentuk e-learning antara lain: (1) Infrastruktur e-learning berupa personal computer (PC)/ laptop, jaringan komputer, internet dan perlengkapan multimedia. Termasuk  di dalamnya peralatan teleconference apabila kita memberikan layanan synchronous learning melalui teleconference. (2) Sistem dan aplikasi e-learning yaitu sistem perangkat lunak yang memvirtualisasi proses belajar mengajar konvensional. Bagaimana manajemen kelas, pembuatan konten, forum diskusi, sistem penilaian, sistem ujian online dan segala fitur yang berhubungan dengan manajemen proses belajar mengajar. Sistem tersebut yaitu Learning Management System (LMS). LMS juga banyak tersedia secara open source sehingga pihak Sekolah Dasar dapat memanfaatkan dengan mudah dan murah. (3) Konten e-learning yaitu konten dan bahan ajar yang ada pada e-learning system. Konten dan bahan ajar ini bisa dalam bentuk multimedia interaktif atau konten berbentuk teks seperti pada buku pelajaran biasa dan dapat disimpan dalam LMS sehingga dapat diakses oleh siswa kapan pun dan di manapun.

Proses pembelajaran e-learning pada saat ini, tentu harus disesuaikan dengan kondisi kemajuan zaman, misalnya menyediakan sistem e-learning dan konten pembelajaran yang mudah diakses oleh siswa Sekolah Dasar melalui gadget atau smartphone yang dimilikinya. Selain pembelajaran melalui sistem e-learning di sekolah, guru dan siswa juga perlu untuk melakukan pembelajaran di laman: http://m-edukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/ untuk memperkaya konten pembelajaran, kemudian bisa untuk didiskusikan.

Ketiga, mengatasi kendala kondisi geografis. Meskipun menjadi salah satu kendala utama khususnya dalam penerapan pembelajaran e-learning di Sekolah Dasar, namun kita tidak boleh berkecil hati dengan kondisi geografis kita yang memang memiliki wilayah yang sangat luas hingga ke pelosok pedesaan. Untuk membangun jaringan dengan kondisi geografis tersebut tentu membutuhkan biaya tinggi dan waktu yang tidak sebentar.

Penyedia content delivery network (Akamai) pada 2016 merilis data koneksi internet negara-negara di dunia kuartal IV 2015, termasuk Indonesia. Disebutkan bahwa sebaran kecepatan internet cepat di Indonesia masih belum merata. Menurut Akamai, hanya 0,5 persen pengguna internet Tanah Air yang bisa menikmati kecepatan koneksi di atas 15 Mbps.

Oleh karenanya perlu terobosan pemerintah untuk mengatasi permasalahan kondisi geografis Indonesia. Upaya pemerintah untuk mengatasi permasalahan ini yaitu melalui Program Pita Lebar 2014-2019. Pembangunan infrastruktur internet ini selain untuk pemerataan hak akses internet juga berkaitan erat dengan pengentasan kemiskinan, pemberdayaan masyarakat tertinggal dan juga pemerataan pendidikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun