Mohon tunggu...
Edi Winarno AS
Edi Winarno AS Mohon Tunggu... Lainnya - Terus Belajar

Menyukai Dunia Tulis-Menulis

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Medsosmu Harimaumu: Antisipasi Dampak Negatif Media Sosial demi Terwujudnya Keluarga Berketahanan

17 Agustus 2017   17:45 Diperbarui: 17 Agustus 2017   19:31 2687
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Di era milenial sekarang ini, media sosial memiliki fungsi penting dan strategis dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, media sosial sudah layak bila disebut sebagai salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, selain sembako. Dari mulai bangun tidur, beraktifitas sehari-hari dan menjelang tidur, media sosial telah menjelma menjadi sahabat sejati yang setia menemani. Tanpa pandang usia, media sosial menjadi wahana interaksi bagi anak-anak hingga orang dewasa.

Oleh karena itu, keluarga memegang peranan penting dalam rangka pendidikan karakter anak khususnya dalam hal penggunaan media sosial demi terwujudnya keluarga berketahanan nasional. Orang tua harus membangun sinergi positif dengan anak-anaknya atau anggota keluarganya sehingga dampak negatif media sosial dapat diantisipasi.

Munculnya kasus pornografi, pencemaran nama baik, bullying, penghinaan terhadap agama melalui dunia maya atau media sosial cukup menguras pikiran para orang tua untuk melakukan antisipasi terhadap anak-anaknya. Persoalan ini tidak bisa dianggap enteng. Sebab, ibarat kata-kata yang telanjur terucap dari mulut, apa yang disampaikan lewat media sosial juga bisa menjadi "harimau".

Media sosial adalah sebuah media online, dimana para penggunanya bisa dengan mudah berkomunikasi, berpartisipasi, berbagi informasi dan menciptakan isi. Jenis-jenis media sosial yang sangat familiar digunakan oleh masyarakat antara lain Facebook, Youtube, Instagram, Twitter,BlackBerry Messenger, WhatsApp , dan lain sebagainya.

Media sosial memiliki dampak positif bagi penggunanya untuk dapat berinteraksi, berkomunikasi, menyampaikan pesan, saling berdiskusi baik antar teman maupun antar anggota keluarga yang tidak mungkin dilakukan secara langsung karena terpisah oleh ruang atau jarak. Namun demikian media sosial juga memiliki dampak negatif apabila tidak bijak dalam menggunakannya.

Melalui Puncak Peringatan Hari Keluarga Nasional ke-XXIV yang dilaksanakan di Lampung (Harganas Lampung) pada 15 Juli 2017 lalu dapat dijadikan sebagai momentum bagi setiap keluarga Indonesia. Keluarga harus saling menjalin interaksi, saling bercengkrama, saling bertukar pengalaman dengan komunikasi yang berkualitas demi terwujudnya keluarga berketahanan nasional dan berkarakter. Salah satu wahana interaksi keluarga di era milenial sekarang ini yakni interaksi melalui media sosial.

Beberapa hal penting dalam rangka menguatkan karakter anak melalui media sosial menuju keluarga berketahanan nasional, pertama, jadikan media sosial sebagai sarana kita sebagai orang tua untuk menanamkan nilai-nilai religius atau agama. Bagaimanapun juga agama merupakan pondasi yang amat kokoh agar dapat tertanam di jiwa anak untuk bekal mengarungi kehidupan dan dapat mencegah segala bentuk kemaksiatan.

Melalui media sosial, orang tua bisa mengingatkan anaknya kapan saatnya beribadah, mengajarkan tata cara beribadah, saling berdiskusi tentang bagaimana membangun rasa toleransi antar umat beragama, dan lain sebagainya. Saat terpisah jarak pun jalinan komunikasi orang tua dan anak-anak melalui media sosial terkait nilai-nilai agama tetap dapat dilakukan. Ketika anak-anak sekolah, mengerjakan tugas di luar rumah, sedang bepergian bersama teman-temannya maupun sedang kuliah di luar kota, penanaman nilai-nilai agama melalui media sosial sangat penting.

Beberapa kasus mengenai penghinaan terhadap agama, pelecehan kitab suci atau simbol-simbol keagamaan melalui media sosial yang menyeret sejumlah anak remaja berurusan dengan hukum tentu sangat memprihatinkan kita. Nilai-nilai religius dan sikap toleransi yang tertanam dalam jiwa anak diharapkan mampu mencegah hal-hal negatif tersebut.

Kedua, jadikan media sosial sebagai sarana orang tua untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran terhadap anaknya. Ketika anak tidak berada di rumah, melalui media sosial pun orang tua tetap dapat menanamkan nilai-nilai kejujuran.

Beberapa contoh menanamkan nilai-nilai kejujuran melalui media sosial, antara lain meminta kejujuran anaknya tentang apa yang sedang dikerjakan, sedang berada di mana, dengan siapa saja, dan lain sebagainya. Sikap kejujuran anak juga tercermin manakala rajin memberikan informasi kepada orang tua tentang apa yang telah dikerjakan, misalnya mengirimkan foto atau video aktifitas atau tugas yang telah dilaksanakan di sekolah maupun kampus. Hal ini akan membentuk karakter anak untuk berperilaku sebagai pribadi yang selalu dapat dipercaya, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Sehingga diharapkan kelak akan menjadi pemimpin yang jujur dan berintegritas tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun