Mohon tunggu...
Dewi Puspitasari
Dewi Puspitasari Mohon Tunggu... Guru - Guru Kelas 5 SDN Pagedangan 01

Saya adalah Guru di SDN Pagedangan 01. Saya suka menulis. Saya bergabung disini dengan harapan, saya bisa meningkatkan kemampuan menulis saya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.4

20 Desember 2022   10:13 Diperbarui: 20 Desember 2022   10:21 3718
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, salam sejahtera bagi kita semua, shalom, om swastiastu. Namo buddhaya, salam kebajikan.

Apa kabar para pembaca yang budiman? Semoga Kesehatan dan keberkahan selalu menyertai kita semua, aamiin.

Pada kesempatan kali ini saya akan memaparkan Jurnal Refleksi Dwi Mingguan modul 1.4 yaitu tentang Budaya . Kali ini saya akan memaparkannya dengan menggunakan model 4F. 4F merupakan model refleksi yang dikembangkan oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan menjadi 4P, dengan pertanyaan Facts (Peristiwa), Feelings (Perasaan), Findings (Pembelajaran) dan Future (Penerapan).

Facts ( Peristiwa )

Di modul 1.4 tentang Budaya Positif ini banyak ilmu baru yang saya pelajari.  Dimulai dengan Mulai dari diri dengan mempelajari sub modul dengan tujuan pembelajaran khusus mengaktifkan pengetahuan awal apa yang telah dipelajari sebelumnya tentang konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara dihubungkan dengan konsep lingkungan dan budaya positif di sekolah. Kemudian dilanjut ke sub modul Eksplorasi konsep yang mencakup beberapa bagian yaitu : Disiplin positif dan Nilai-nilai Kebajikan Universal, Lima Posisi Kontrol,teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi, Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas, Segitiga Restitusi. Kemudian dilanjutkan dengan Ruang Kolaborasi dengan teman CGP. Setelah ruang kolaborasi dilanjutkan dengan menerapkan praktik segitiga restitusi di Demonstrasi Kontekstual. Setelah itu kami mendalami materi Bersama instruktur di Elaborasi Pemahaman. Kemudian saya diminta untuk membuat Koneksi antar materi, mengaitkan materi sebelumnya dengan materi sekarang. Dan di akhiri dengan membuat Aksi Nyata. Dengan harapan setelah mempelajari sub-sub modul tersebut calon guru penggerak akan mampu menjadi motor penggerak perubahan budaya positif di satuan Pendidikan masing-masing dengan berkolaborasi bersama para pemangku kepentingan agar tercipta ekosistem sekolah yang lebih berpihak pada murid sesuai dengan cita-cita luhur Ki Hadjar Dewantara.

 

Feeling (Perasaan)

Dalam mempelajari modul 1.4 saya banyak menemukan pemahaman-pemahaman budaya positif yang berbanding terbalik dengan apa yang saya yakini dan saya tahu selama ini, Sebelumnya saya berkeyakinan bahwa penerapan displin itu harus dengan hukuman dan pemaksaan, Ketika murid melanggar peraturan mereka harus menerima konsekuensi sesuai dengan apa yang mereka perbuat. Saya beranggapan disiplin akan berhasil apabila mereka mentaati aturan tanpa terkecuali, dan tanpa memikirkan efek jangka Panjang yang diterima oleh murid tersebut apakah mereka akan merasa nyaman atau bahkan sakit hati dengan kita. selain terbukanya pemahaman saya tentang penerapan budaya positif. Saya juga merasa menyesal jika mengingat Ketika saya memposisikan diri saya dalam posisi kontrol sebagai seorang penghukum, jangan-jangan ada salah satu atau salah dua murid yang membenci saya karena pernah dihukum oleh dan mereka merasa tersakiti. Begitu juga sebaliknya Ketika anak menerima penghargaan, saya dulu menganggap penghargaan adalah bentuk memotivasi anak tapi ternyata hal tersebut salah. Penghargaan malah justru lebih banyak mematikan kreativitas anak dan cenderung merusak hubungan. Baik itu dengan guru maupun dengan murid.

Finding (Pembelajaran)

Pembelajaran bermakna yang saya peroleh setelah mempelajari modul 1.4 adalah bahwa sebagai calon guru penggerak harus mampu menempatkan diri dalam posisi kontrol yang tepat dalam penerapan budaya positif disekolah yaitu posisi kontrol sebagai manajer dengan menerapkan segitiga restitusi sebagai solusi ketika ada murid yang melanggar keyakinan kelas.  Kenapa dengan segitiga restitusi? karena restitusi menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004). Dan saya merasakan hal tersebut memang benar, menyelesaikan masalah dengan hukuman tidak menyelesaikan masalah justru membuat keadaan semakin rumit. Segitiga restitusi adalah penyelesaiannya. Dengan segitiga restitusi masalah selesai dengan damai dan anak-anak pun tidak kehilangan identitas mereka, justru mereka Kembali dengan karakter yang lebih kuat dan lebih baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun