Mohon tunggu...
Missberry Black
Missberry Black Mohon Tunggu... -

lahir di Indonesia, tinggal & bekerja di luar negeri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peninggalan Perang Dunia kedua di Perancis

2 Juni 2011   17:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:56 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Oradour sur Glane, sebuah nama yang indah, yang berarti Oradour di tepi sungai Glane. Sayangnya pada tahun 1944 desa ini seluruhnya dihancurkan oleh tentara Nazi. Desa ini cukup penting dalam segi ekonomi bagi  penduduk sekitar, dengan melihat sisa reruntuhan, sudah dapat kita bayangkan ramainya desa kecil ini. Dilewati oleh tram antar kota, ada berbagai-bagai kegiatan ekonomi disana, mulai dari restaurant & hotel,apotik, dokter umum, pandai besi, pembuat sepatu, beberapa toko boulangerie alias toko roti, beberapa boucher alias toko  menjual daging. Besar kecilnya sebuah desa diukur dari jumlah banyaknya toko roti, makin banyak boulangerie berarti makin ramai penduduknya. Karena di Perancis, roti adalah kebutuhan makan sehari-hari seperti nasi di Indonesia. Memasuki wilayah desa hantu ini, perasaan terharu mendominasi, dimana-mana tertulis "SILENCE, di tempat ini terjadi pembantaian, mohon mengheningkan cipta" Kami melihat sebuah sumur tua dan membayangkan entah berapa orang yg dibuang didalamnya dan ditembak hidup-hidup. Mobil pak dokterpun masih parkir di depan rumah sang pasien. Semua reruntuhan rumah serta isinya dan mobil-mobil dibiarkan begitu saja sedemikian rupa, sehingga kita masih bisa merasakan kejadian 67 tahun yang silam. Sebelum memasuki wilayah desa tua (sedangkan desa baru dibangun tidak jauh dari reruntuhan ini) kita dapat mengunjungi   museum serta melihat film tentang sejarah desa ini, dimana  kita mempelajari mengapa sampai hatinya 200 prajurit Nazi menghabiskan nyawa sekitar 600 penduduk di sana. Rupanya para prajurit hanya menerima komando dari atasan mereka, yang sayangnya, salah paham dengan informasi dari Jerman. Sebenarnya yang menjadi target pembantaian adalah Oradour sur Vayres bukan Oradour sur Glane. Tapi nasib berkata lain, para prajurit memasuki desa yang tenang ini, membuat pagar berupa kain putih disekeliling desa. Para penduduk dikumpulkan di alun-alun  dengan alasan untuk kontrol identitas, padahal mereka sedang dipersiapkan untuk dibantai, karena Nazi ingin membalas dendam, begitu  menyadari bahwa perang akan segera berakhir dengan  masuknya tentara sekutu Amerika ke wilayah Perancis. Sore itu, tanggal 10 Juni 1944,  di alun alun desa, para penduduk  dibagi menjadi dua,  sebelah kiri pria, dan kanan wanita serta anak-anak. Para pria dibagi lagi menjadi beberapa group dan digiring masuk ke beberapa bengkel mobil yang tersebar di seluruh penjuru desa, sedangkan wanita dan anak-anak sekitar 200 orang dibawa ke gereja. Jam 16.00 waktu setempat, para penduduk tidak berdosa itu dibantai dengan senapan lalu dibakar, bahkan para wanita dan anak-anak di gereja. Hanya ada enam  orang yang selamat dari pembantaian ini. Di akhir kunjungan kami hanya merenung, akan kekejaman perang dunia kedua dan merenung, alangkah indahnya dunia ini jika perang dihapuskan dari muka bumi ini. Oradour sur Glane mengingatkan kita akan hal itu, sesuai dengan mottonya yang berarti "Ingatlah akan Oradour sur Glane" ORADOUR SUR GLANE, SOUVIENS TOI.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun