Mohon tunggu...
Dwi Purwanti
Dwi Purwanti Mohon Tunggu... lainnya -

Iseng is my state of art

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

WPC-20 (Bukan) Kamera Pertama

8 September 2012   22:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:44 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto yang menginspirasi saya untuk terus menemukan kunci

Sedari kecil saya selalu berkhayal untuk mempunyai kamera karena saya ingin mengabadikan segala sesuatu yang saya lihat di alam. Apalagi ketika kecil saya suka sekali "berpetualang" memasuki semak-semak, rumpun bambu dan menyusuri sungai kecil di batas desa. Saya senang mengamati serangga, bebungaan dan tetumbuhan yang saya temui. Kadang saya pergi agak jauh dari rumah, kadang hanya berkutat di halaman belakang yang dulu masih rimbun dengan semak belukar dan pohon bambu. Rumpun bambu yang terlihat biasa saja sebenarnya mempunyai koleksi jamur yang unik, bunga mirip anggrek yang cantik yang terdiri dari warna kuning, oranye atau merah terang. Sampai sekarang saya belum tahu namanya. Belum lagi semak belukar dengan berbagai macam tanaman dan bunganya. Belalang berbagai warna dan ukuran, ulat berbagai jenis, capung, kupu-kupu. Sayang sekali semua itu hanya terekam di otak saya, tak ada bukti foto yang bisa dibagi. Ketika tumbuh dewasa dan mandiri keinginan mempunyai kamera semakin besar. Dulu saya pernah membeli kamera saku film tapi belinya asal-asalan karena tidak paham tentang kamera sama sekali. Beberapa tahun kemudian kamera digital mulai booming dan saya pun tertarik untuk memiliki tapi lagi-lagi saya tidak membuat pilihan yang tepat, kameranya tidak berfungsi dengan bagus. Katanya kamera 5 MP tapi gambar yang dihasilkan seperti kualitas kamera hape 1.3 MP. Pokoknya tidak berguna dan saya buang ketika dia mogok tidak mau menyala walau baterai sudah saya ganti dengan yang baru. Ya sudahlah, lumayan untuk pengalaman. Tak lama kemudian muncullah telepon genggam dengan fitur kamera yang lumayan kualitasnya. Setiap merk sepertinya berlomba-lomba menciptakan telepon genggam berfitur kamera. Dan saya pun tertarik untuk memiliki telepon genggam berkamera (banyak banget inginnya ya :D) dan memutuskan membeli SE C510 yang saya pakai selama 3 tahun sampai kameranya agak buram karena seringnya saya pakai mengabadikan apa saja yang menarik di mata saya. Nah dengan alasan kamera telepon genggam yang mulai menurun kualitasnya serta susahnya menemukan telepon genggam berkamera dengan kualitas setara, saya memutuskan untuk membeli kamera. Saya mulai menabung karena berpikir ingin membeli DSLR ketika itu. Tapi setelah saya pikir masak-masak saya memutuskan untuk membeli kamera saku dulu. Dan keinginan tercapai, saya membeli kamera saku. Pertama kali memakai saya asal jepret saja karena tidak familiar dengan fitur yang ada di kamera. Hanya memakai fitur settingan pabrik. Pokoknya asal jadi saja apalagi kamera saya layar sentuh dan hanya ada 3 tombol yang membuat saya semakin bingung. Maklum kamera baru jadi tidak begitu paham bagaimana mengutak-atik. Seiring waktu berjalan dan bersamaan dengan masuknya saya ke Kampret (Kompasianer Hobi Jepret) perlahan tapi pasti saya menemukan dan mulai memanfaatkan fitur di kamera saku. Fitur pertama "Grid Lines" untuk membantu kita meluruskan horison di foto dan sebagai patokan meletakkan obyek sesuai rule of  third. Tadinya foto landscape asal jepret dan horison yang kadang miring, kadang lurus (tidak konsisten) jadi lurus. Tadinya peletakan obyek yang selalu di tengah (seperti foto KTP kata Mas Dhave) jadi bervariasi tempatnya karena saya berusaha "mentaati" rule of third. Setelah akrab dengan grid lines, saya beralih menjajaki Exposure Value (mengatur gelap terangnya foto) karena EV di kamera saya terpancang pada titik nol yang kadang membuat foto yang saya ambil overexposed, kehilangan detail dan tentu saja kurang sedap dipandang. Sampai sekarang pun saya terkadang lupa mengatur EV dan asal jepret yang akhirnya menyesal karena foto yang dihasilkan tidak seperti yang saya lihat dengan mata. Saya kira tiap kamera punya fitur yang hampir sama jadi saya kira saya tidak usah cerita tentang aspect ratio (mengatur ukuran foto yang terekam), flash, ISO dan lain sebagainya. Saya mau cerita 'kecelakaan" hingga dapat bintang di foto saja :D. Awalnya tidak sengaja pas memotret pada malam hari dan flash saya nyalakan karena tempat yang terlalu gelap pikir saya waktu itu. Lalu saya membidik dan memencet shutter tapi hasilnya goyang karena tangan saya kurang tenang dan tidak diam sempurna. Saya agak kecewa mengamati hasil jepretan saya lalu terlihat sesuatu yang aneh dengan lampu yang barusan saya foto. Di tengah buramnya hasil foto terlihat samar-samar cahaya lampu yang berbentuk bintang. Lalu tetap dengan settingan yang sama saya mencoba mengulangi memotret obyek yang sama, berharap akan mendapatkan bintang dalam foto yang lebih jernih. Tapi apa daya, rupanya malam itu saya kurang beruntung. Saya tidak mendapatkan bintang maupun foto malam yang memuaskan. Saya pun tak memaksakan diri karena tubuh yang lelah setelah seharian berjalan kaki menyusuri Dragon's Back Hiking Trail. Tak apalah, lain waktu bisa dicoba lagi. Setelah malam itu saya masih berusaha mendapatkan bintang dalam foto malam tapi karena saya belum memegang kunci bagaimana membuat bintang, akhirnya saya gagal meskipun telah mencoba berkali-kali. Terkadang saya ingin menyerah saja, persetan dengan foto malam, batin saya. Tapi di lain sisi saya merasa tertantang karena pengalaman mendapatkan foto bintang yang buram. I must conquer this little machine, gemas. [caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Foto yang menginspirasi saya untuk terus menemukan "][/caption] Beberapa minggu kemudian ketika berjalan ke MTR Station Tsim Sha Tsui bersama Aulia, saya iseng mengutak-atik kamera saya sambil berjalan, saya atur sesuai setting ketika saya mendapat bintang dulu lalu jeprat jepret iseng (tapi tetap serius). OK, flash on, gambar tidak goyang dan bonus bintang!!! Wow, saya cengar-cengir kesenangan. Lalu saya mencoba beberapa kali lagi dan bintang-bintang bersudut 6 menghiasi layar kamera saya dengan indah. Tapi sesampainya di rumah saya malah galau karena masih bingung bagaimana kok kadang bisa keluar bintangnya tapi kadang gagal juga walau kamera diatur dengan settingan yang sama. Setelah mencoba puluhan kali dan menghasilkan ratusan frame foto gagal, saya mulai mengamati kondisi tempat bintang muncul dalam foto saya. Semakin terbiasa mengamati, lama-lama gampang sekali jika ingin mendapatkan bintang bersudut 6 yang membuat saya terobsesi selama ini. [caption id="" align="aligncenter" width="487" caption="Foto yang diambil pada malam yang sama"]

Foto yang diambil pada malam yang sama
Foto yang diambil pada malam yang sama
[/caption] OK, yang saya paparkan berikut ini mungkin tidak berlaku pada semua kamera. Tips untuk mendapatkan lampu berbentuk bintang dengan kamera saku : 1. Cari tempat atau jalan yang diapit gedung, terutama gedung berkaca dengan tujuan memantulkan flash. Dalam hal ini Hong Kong memang tempat yang pas karena jalan yang penuh lampu dan banyaknya gedung pencakar langit. 2. Set ISO 100. Kebetulan kamera saya memang kelebihannya di low light, jadi ISO saya set pada nomor terendah di kamera saya. 3. Hidupkan fitur flash Slow Synchro (ikonnya gambar orang dengan tanda bintang di atas kepala). 4. Siapkan tangan Anda agar tidak goyang ketika memotret. Goyang sedikit saja, hasil gambar tidak akan jernih karena shutter speed otomatis melambat ketika kita memotret pada malam hari. 5. Kira-kiralah sudut memotret yang memungkinkan cahaya flash dipantulkan. Dalam hal ini, practice makes perfect. Mencoba dan mencoba terus. Itulah pengalaman saya mengenal kamera serta fitur-fiturnya. Bintang di foto malam hanyalah bonus kerja keras untuk tidak berhenti mencoba. tulisan ini merupakan partisipasi saya dalam meramaikan Weekly Photography Challenge 20 : Kenali Kameramu !

BONUUUUUUUUSSSSSS........ :D

[caption id="attachment_197921" align="aligncenter" width="400" caption="Sunbeam Theater, North Point"]

1347141747822710155
1347141747822710155
[/caption]

*****

[caption id="attachment_197923" align="aligncenter" width="600" caption="King"]

13471418441374123111
13471418441374123111
[/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun