Mohon tunggu...
Miss Rochma
Miss Rochma Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Semua orang yang saya kenal adalah orang yang luar biasa dalam pemikirannya sendiri. Tulisan saya dengan gaya bahasa yang berbeda? disini : http://www.mamaarkananta.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Shiobian dan Kereta Kuda

27 April 2013   10:21 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:31 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="" align="aligncenter" width="378" caption="credit"][/caption]

Setelah sampai di rimbunan perdu, Shioban mengeluarkan pedang yang tak pernah dia keluarkan dari sarungnya sejak ayahnya meninggal tiga tahun silam. Ditebas perdu-perdu yang menghalangi jalannya dan mulai tampak sebuah pohon mapple yang rindang dan tinggi, dengan batang bagian bawah membelah dua. Seolah itu adalah pintu masuk menuju negeri tak dikenal.

Ragu menyusupi hati Shioban, namun segera dia tepis. Meskipun bulu kuduknya berdiri, tetap saja dilangkahkan kakinya mendekati pohon itu. Saat tinggal beberapa langkah, tiba-tiba muncul asap tebal berwarna putih di depannya. Sontak Shiobian mundur dengan cepat. Mata Siobian awas melihat apa yang muncul setelah asap itu hilang. Ternyata sesosok jin dengan badan yang kekar muncul di depannya. Shiobian mengatur kuda-kuda dan mengacungkan pedangnya dengan genggaman yang sangat erat. Dia ingat, Rekyu pernah mengatakan bahwa pohon mapple itu dijaga oleh jin yang menyeramkan karena badannya penuh dengan otot-otot yang kencang. Mungkin yang dimaksud Rekyu adalah jin yang sekarang ada di depannya.

“Apa maksud kedatanganmu, manusia?!” Tanya jin penjaga itu dengan suara yang amat keras, membuat telinga Shiobian berdenging keras.

“Aku mau bertemu Bytaru.” Shiobian menjawab dengan suara yang juga dia buat keras. Tapi tampaknya masih kalah keras dengan suara jin penjaga itu.

“Setelah bertemu Bytaru, apa yang akan kamu pinta?!” Tanya jin penjaga itu sambil memajukan tubuhnya ke arah Shiobian lalu terbang mengitari tubuh Shiobian berulang-ulang. Nyali Shiobian sejenak menciut. Namun dia tahu, ulang jin penjaga ini hanya ingin menggertaknya saja.

“Aku ingin kereta kuda dengan ribuan kristal biru langit dan hijau nyiur yang bisa menyala di pintu masuknya.” Shiobian berucap mantap.

Jin penjaga itu mendelik, tepat di depan wajah Shiobian. “Manusia tak pantas meminta kereta kuda! Apalagi dengan taburan kristal!” Ucapnya garang. "Kereta kuda hanya untuk ratu dan penyihir.”

"Memangnya apa yang akan kamu lakukan jika aku menginginkannya?" Kata Shioban sambil mendelik ke arah jin penjaga. Jin penjaga tersinggung dengan ucapan Shiobian yang tampak tak takut padanya. Badannya semakin membesar, telinganya menjulur tinggi dan taringnya semakin runcing memanjang. Saat jin penjaga hendak mengacungkan tombaknya ke arah Shiobian, tiba-tiba muncul asap pekat berwarna ungu kelam bertabur kepingan sinar di antara mereka berdua.

Bytaru!

Jantung Shiobian berdetak semakin kencang, membuat dia seolah mampu merasakan kencangnya darah yang mengalir di nadi-nadi di lehernya. Matanya melebar saat dia tahu bagaimana bentuk Bytaru sesungguhnya.

Wanita. Rambutnya panjang melebihi lututnya, mengkilap namun tampak rapi. Matanya lebar dan alisnya runcing ke atas, tak pantas untuk wajahnya yang bulat. Bibirnya tipis tapi bisa tebal sekali saat dia tertawa lebar. Pakaiannya, oh tidak, lebih tepatnya gaunnya terbuat dari kain setebal tirai di rumahnya, namun lebih halus karena terbuat dari beludru berwarna oranye gelap yang dihias dengan kristal dan kepingan ornamen berwarna perak. Bytaru tampak seperti ratu-ratu di istana rajanya. Yang membedakan hanyalah tongkat kayu yang penuh dengan ukiran berbentuk ular dan terdapat batu safir besar di atasnya. Shiobian sejenak terpaku. Tak seperti orang kebanyakan yang mengatakan kalau Bytaru menyeramkan dan mampu menghantui mimpi mereka selama berhari-hari.

“Apa yang membuatmu datang kemari, manusia?!” Byratu bertanya dengan nada tinggi, sambil menundukkan badannya ke arah Shiobian karena tinggi mereka selisih sekitar 1 meter.

Shiobian mundur selangkah, menghindari wajah Bytaru yang semakin dekat. “Aku ingin sebuah kereta kuda,” Ucap Shiobian mantap. “Dengan taburan kristal biru langit dan hijau nyiur yang bisa menyala di pintu masuknya.” Shiobian mengucapkan kembali keinginannya yang tadi sudah dia sampaikan kepada jin penjaga.

Bytaru tersenyum tipis, lalu berjalan menjauh dari Shiobian dengan gerakan gemulai. “Kamu tahu kalau kereta kuda hanya untuk raja dan penyihir, bukan?”

Hanya dengan sebuah lirikan, Bytaru tahu kalau Shiobian mengangguk. Kembali Bytaru tersenyum. Kemudian dengan gerakan tiba-tiba, dia meleset terbang ke arah Shiobian dan mendorong Shiobian ke tanah. Menahan tubuh Shiobian dengan tongkat yang dia pegang di kedua ujungnya, dengan sangat kuat sampai Shiobian tak bisa bergerak. Hanya kaki Shiobian yang dia hentak-hentakkan, menerbangkan debu-debu yang sudah tak lagi basah oleh hujan semalam, dan tangan yang terus menahan tongkat yang semakin tertekan di atas dadanya. Peluh membasahi dada Shiobian karena Bytaru menekan kuat tongkatnya.

“Ternyata kamu kuat juga, hai manusia! Sanggup menahan tongkatku!”

“Ya, karena aku terlatih, Bytaru! Sedangkan kamu, hanya seorang penyihir dan bukan pejuang sepertiku!” Shiobian menjawab dengan garang, mencoba menakuti Bytaru. Namun, bagaimana pun gertakan Shiobian, Bytaru hanya tertawa saja.

Dipandangi lekat-lekat wajah Shiobian, seakan Bytaru tak ingin melepaskan apa yang tergambar di mata Shiobian yang mengisahkan tentang sesuatu. Semakin lekat Bytaru memandang, semakin kuat tekanan tongkat menekan tangan Shiobian. Tongkat kayu itu sekarang sudah menekan dadanya, membuat nafas Shiobian terengah-engah. Shiobian terus berusaha melepaskan diri, tapi posisinya sekarang semakin tak bisa membuatnya bergerak bebas.

Setelah puas menyelami apa yang tersimpan di mata Shiobian, Bytaru melepas tekanan pada tongkatnya dan meleset terbang secepat kilat menjauhi Shiobian. Shiobian bangkit perlahan. Meskipun terbatuk-batuk, tapi dia tetap mengatur nafasnya yang terasa sudah putus dari tadi. Tak lama, Shiobian mengalihkan pandangannya ke arah Bytaru dengan tatapan tajam. Kesal. Tapi Bytaru diam, tak lagi tertawa seperti tadi.

“Kenapa kamu ingin hadiahkan kakak tirimu sebuah kereta kuda?” Tanya Bytaru, kali ini dengan nada yang sedikit terdengar menyenangkan. Shiobian tak menjawab. Dia heran, mengapa Bytaru tahu kalau kereta kuda yang dia pinta akan dia berikan kepada kakak tirinya. Bersamaan dia menebak dari mana Bytaru tahu untuk siapa kereta kuda itu dia berikan, jin penjaga tertawa.

“Manusia bodoh! Apa kamu tidak tahu kalau Bytaru bisa tahu segala hal tentangmu?” Jin penjaga ternyata tahu kalau Shiobian merasa sangsi untuk berkata sebenarnya kepada Bytaru. Shiobian mendelik kemudian berusaha menahan kekagetannya. Artinya, tak ada yang bisa dia sembunyikan dari Bytaru saat ini. Mungkin, ada baiknya Shiobian mengatakan yang sebenarnya.

Dipandangi tubuh Bytaru yang saat ini sedang bersiul-siul pelan sebelum akhirnya Shiobian mengatakan alasan sebenarnya kepadanya. “Aku hanya ingin membalas kebaikan kakak tiriku.”

Bytaru menghentikan siulannya lalu menoleh ke Shiobian. “Kebaikan apa yang dipunya kakak tirimu? Dia suka menyiksamu, hai Shiobian!”

Shiobian ragu sejenak, namun kali ini dia sudah mempersiapkan jawaban yang pasti membuat Bytaru tak lagi memberinya pertanyaan-pertanyaan yang sudah pasti Bytaru tahu jawabannya. Shiobian tahu, Bytaru hanya berniat mengetesnya, mungkin tes kejujuran. “Dia yang paling rajin membersihkan makam ayahku dan selalu memimpin doa untuk ayahku sebelum makan bersama.”

Bytaru tertawa. “Kamu tahu bukan itu jawaban yang aku harapkan, Shiobian.”

Shiobian tersentak. Tapi cepat dia kuasai dirinya untuk tetap menjawab pertanyaan Bytaru dengan jawaban yang tepat. “Ya, kakakku memang sering berulah. Tapi dia menganggap baik ayahku. Hanya saja, saat ayah hidup, sepertinya dia iri karena ayah terlalu memperhatikanku dan hal itulah yang menjadikan dia suka menyiksaku setelah ayah meninggal.”

Shiobian menarik nafasnya sejenak. Lalu melanjutkan ucapannya. “Namun, sekarang setelah ibu tiriku meninggal, dia terlihat sangat bermuram durja. Baginya, tak ada lagi yang menyayangi dia sebesar cinta ibu tiri dan ayahku kepadanya.”

Shiobian memandang Bytaru yang masih berdiri tegak dengan tongkat kayu yang kali ini dia pegang dengan posisi lebih santai. “Lanjutkan ceritamu!” Hardik Bytaru. Shiobian merutik dirinya sendiri, kenapa masih sempat-sempatnya mencoba mengamati tingkah laku Bytaru.

“Dengan kereta kuda yang kupinta, aku akan mengajak kakak tiriku keliling dunia dengan merasakan berbagai macam tempat dan suasana yang mampu membangkitkan kegairahan hidupnya kembali. Syukur-syukur kalau dia memahami bahwa aku sebenarnya menganggapnya seperti kakakku sendiri. Ya, meskipun memang kadang tingkahnya keterlaluan.” Shiobian berucap sambil membayangkan kalau-kalau permintaannya dikabulkan oleh Bytaru. Ada rasa bahagia menyusup di hatinya, walau itu masih semu.

Bytaru mengayunkan jarinya, memberikan tanda kepada jin penjaga untuk melakukan sesuatu. Memahami apa yang diperintahkan majikannya, jin penjaga kemudian melukiskan sebuah lingkaran di angkasa dan menggerakkan jarinya seolah menyentuh lingkaran itu. Sedetik kemudian, muncullah sebuah lingkaran api dan jin penjaga menghentakkan jari jempol dan telunjuknya. Shiobian termangu, takjub dengan sihir yang baru saja dia lihat. Tapi takjubnya tak sampai disitu. Lingkaran api itu terbang ke angkasa, membesar kemudian bergerak ke arah Shiobian dan Bytaru lalu mengurung mereka berdua.

Shiobian kaget, wajahnya pucat karena sekelilingnya sekarang adalah api panas yang semakin membesar jika dia berusaha melewati lingkaran api itu. Apabila api itu membesar, dedaunan dan perdu akan terbakar yang akan semakin membuat keadaan sekitar mereka berdua semakin panas.

“Apa-apaan ini, Bytaru? Aku tak memiliki niat jahat padamu!” Shiobian berteriak, kali ini dengan mengacungkan pedangnya dengan sikap yang lebih tegap. Matanya memincing, berusaha menghalangi cahaya berlebih yang masuk di matanya.

“Ah, ini hanyalah pembatas saja, Shiobian,” Ucap Bytaru sambil mengebaskan jari-jarinya yang runcing ke udara. “Setiap permintaan yang diajukan kepadaku, selalu aku minta gantinya. Aku mau sesuatu yang pantas untuk kamu korbankan untukku, Shiobian.” Bytaru berucap sambil mengangkat ujung bibir kanannya.

Shiobian terhenyak, tak disangka kalau dia akan diminta sesuatu sebagai pengganti permintaannya. Sedangkan saat ini, dia tidak membawa apapun karena memang dia tidak memiliki apapun. Jantung Shiobian berdetak semakin keras, takut menjalari di tubuhnya. Pikirannya mulai kacau.

“Hai manusia, jawab Bytaru!” Bentak jin penjaga yang bersiap menghentakkan jarinya untuk membesarkan api. Shiobian mengangkat tangannya tinggi-tinggi, mencegah jin penjaga melakukan hal itu.

Shiobianberusaha sekuat tenaga menenangkan pikirannya. Setelah dirasa perasaannya mulai tenang, dia mulai berbicara. “Kabulkan dulu permintaanku, maka aku akan memberimu penggantinya.”

Bytaru mengeram, kemudian menghentakkan tongkatnya sekali ke tanah dan melesat cepat ke arah Shiobian. Mencekiknya kuat.

“Apa aku tampak membohongimu?” Tanya Shiobian kepada Bytaru dengan nafas tersengal-sengal. Bytaru mendengus, kemudian melepaskan jarinya dari leher Shiobian yang membuat Shiobian terbatuk-batuk.

“Baiklah, aku penuhi permintaanmu,” Ucap Bytaru sambil menghentakkan tongkatnya ke tanah. Setelah hentakan pertama, muncul sebuah kereta kuda yang indah sesuai dengan permintaan Shiobian. Kerlipan di tiap kristal terlihat terang sekali karena pantulan cahaya api, membuat mata Shiobian terbelalak kagum. “Sekarang, aku tagih janjimu! Apapun yang berharga bagimu, berikan untukku!”

Shiobian berfikir sejenak, karena tak ada yang bisa dia berikan kepada Bytaru. Yang dia punya hanyalah keberanian untuk datang ke sini, tak ada yang lain. Memikirkan tentang keberanian, Shiobian teringat sesuatu. Ya, itu saja yang aku berikan. Batin Shiobian dalam hati.

“Ambil rasa takutku!” Teriak Shiobian mantap. Keyakinan yang sungguh, tampak di mata Shiobian. Bytaru tak banyak bicara, hanya tangannya yang diulurkan Bytaru dan menyuruh Shiobian menggenggamnya. Tak ragu, Shiobian langsung menggenggam tangan Bytaru dan memandang wajah Bytaru yang sedang mengucapkan sebuah mantra. Genggaman Bytaru semakin erat, dia mengerang, kepalanya berputar-putar dan matanya melotot. Shiobian pun begitu, mengerang dan berteriak kencang sekali. Seolah ada sesuatu yang dia ambil paksa dari dalam tubuhnya, seperti saat dia kehilangan jari tengahnya sebelah kanan karena tebasan pedang Rekyu.

Beberapa menit berlalu. Bytaru melepas genggamannya dan menghentak tangan Shiobian dengan kasar. Keduanya terengah-engah, tenaga keduanya habis. Shiobian terjatuh, terkulai lemas. Keringatnya mengucur disekujur tubuhnya. Tapi cepat-cepat dia berdiri dan berjalan dengan tersaruk-saruk menuju kereta kuda, karena api yang mengelilinginya sudah padam. Dengan sisa tenaganya, dia naik ke atas kereta kuda dan memegang tali kekang yang mengikat dua kuda hitam, bersiap-siap pergi karena merasa urusannya sudah selesai dengan Bytaru.

“Hei manusia!” Teriak Bytaru. “Kenapa kamu berikan rasa takutmu padaku?!”

Shiobian tersenyum. “Aku tahu kamu akan mengambil kereta kuda ini setelah aku puas berkeliling dunia dengan kakak tiriku. Saat itulah, aku akan melawanmu dengan pedangku karena aku tak lagi memiliki rasa takut untuk menghadapimu.”

Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun