Mohon tunggu...
Misla KenangaPutri
Misla KenangaPutri Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswi Universitas Palangka Raya

Saya memiliki hobi membaca dan menulis mulai dari artikel, novel, cerpen, dan lain-lain Selain itu saya memiliki hobi menonton cinema, horor, dan action.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kebijakan Moneter dan Pasar Uang dalam Maraknya Globalisasi di Tahun 2022

1 Desember 2022   16:52 Diperbarui: 1 Desember 2022   16:58 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

KEBIJAKAN MONETER DAN PASAR UANG 

DALAM MARAKNYA GLOBALISASI

DI TAHUN 2022

Palangka Raya, 01 Desember 2022-pada masa globalisasi di mana integrasi kebijakan moneter dan pasar uang sangat diperlukan untuk menentukan jumlah inflasi pada setiap negara yang ada di berbagai belahan dunia.

Target kebijakan moneter di Indonesia yaitu untuk menstabilkan harga dan menstabilkan nilai tukar rupiah terhadap mata uang negara lain salah satunya adalah dollar. 

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah melakukan upaya untuk slalu menjaga dan mengarahkan nilai tukar rupiah dalam menjaga keseimbangan internal dan eksternal, atau dengan kata lain, nilai tukar digunakan sekaligus sebagai alat moneter (kestabilan harga) dan alat daya saing (mendorong ekspor). 

Selain itu, Bank Indonesia (BI) menerapkan badan kebijakan moneter Inflation Targenting Framework (ITF). ITF diterapkan dengan menggunakan suku bunga sebagai sinyal kebijakan moneter dan suku bunga Pasar Uang Antara Bank (PUAN) sebagai sasaran operasional nasional maupun Internasional. 

perekonomian global berisiko tumbuh lebih rendah disertai dengan tingginya tekanan inflansi dan ketidakpastian pasar keuangan global.

Penurunan pertumbuhan ekonomi yang diprakirakan akan lebih besar di tahun 2023 terutama di Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Tiongkok, bahkan juga disertai dengan risiko resesi di sejumlah negara maju. Yang mengakibatkan volume perdagangan dunia juga tetap rendah. Di tengah perlambatan pertumbuhan ekonomi, jumlah pasokan meningkat sehingga mendorong harga energi bertahan tinggi. 

Tekanan inflasi global akan semakin tinggi seiringan dengan ketegangan geopolitik, kebijakan proteksionisme yang masih berlangsung, serta terjadinya fenomena heatwave di beberapa negara. Inflasi di negara maju maupun negara berkembang meningkat cukup tinggi, bahkan inflasi inti berada dalam tren meningkat sehingga mendorong bank sentral di banyak negara melanjutkan kebijakan moneter secara agresif. 

Perkembangan terkini menunjukkan kenaikan Fed Fund Rate yang lebih tinggi dan diprakirakan masih akan terus meningkat. Perkembangan tersebut mendorong semakin kuatnya mata uang dollar AS dan semakin tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, sehingga mengganggu aliran investasi portofolio dan tekanan nilai tukar di negara-negara berkembang termasuk Indonesia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun