Mohon tunggu...
Misbahul Ulum
Misbahul Ulum Mohon Tunggu... Freelancer - Penulis Amatir

Juru ketik, anak petani tulen, mantan karyawan negara.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Mudik, Tidak Perlu Panik!

16 Juni 2017   19:06 Diperbarui: 18 Juni 2017   18:01 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: http://microsite.kompasiana.com/kemenpupr/blog

Bagi warga perantauan, mudik untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama "sanak-saudara" di kampung halaman adalah keharusan. Ada semacam aturan yang tidak tertulis bahwa merayakan idul fitri tanpa berkumpul bersama keluarga dan orang-orang tercinta adalah hal tabu dan melanggar budaya.

Akhirnya, sudah menjadi siklus tahunan apabila menjelang Idul Fitri seperti saat ini, banyak warga perantauan yang sudah memulai perjalanan untuk kembali ke kampung halaman mereka masing-masing. Nanti, selepas Idul Fitri warga perantauan itu akan kembali ke kota-kota besar untuk meneruskan perantauan guna meraih mimpi.

Lantaran mudik sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat muslim Indonesia, pemerintah melakukan berbagai kebijakan agar masyarakat bisa mudik dengan aman, nyaman, dan bahagia. Misalnya dengan membangun posko-posko mudik, membangun fasilitas jalan toll, menambah rute perjalanan kereta api, hingga menggelar mudik gratis. Bahkan, belakangan Pemerintah melalui Kementerian Perhubungan tidak hanya memberikan layanan mudik gratis bagi masyarakat, tetapi juga termasuk layanan angkutan gratis bagi kendaraan bermotor yang biasanya kendarai oleh masyarakat untuk mudik. Kebijakan ini dipilih karena selama ini angka kecelakaan saat mudik berlangsung masih didominasi oleh pengendara sepeda motor, dengan prosentase sebesar 70% dari total angka kecelakaan.

Apabila berkaca dari pelaksanaan mudik tahu lalu, permasalahan yang dihadapi pemudik tidak hanya ancaman kecelakaan di jalan raya. Selain masalah ancaman kecelakaan, mudik tahun 2016 lalu juga diwarnai dengan masalah kemacetan yang cukup parah. Salah satu titik kemacetan yang paling parah adalah pintu toll Brebes Timur atau yang sering dikenal dengan nama Brexit (Brebes Exit).

Tahun lalu, untuk pertama kalinya saya mudik menggunakan mobil pribadi. Saya mudik dari Jakarta dengan tujuan Rembang, Jawa Tengah. Perjalanan saya tempuh melalui jalan toll Jakarta-Cikampek, dan juga toll Cipali, lalu lanjut menyusuri jalan pantura. Untuk pertama kalinya juga saya merasakan kemacetan yang luar biasa di pintu toll keluar Brebes Timur. Dalam kondisi kemacetan tersebut hampir seluruh pemudik mengalami problem yang sama, yaitu kesulitan mencari MCK dan kesulitan mendapatkan BBM, sebab kemacetan panjang terjadi di area persawahan dan tidak tersedia rest area.

Berdasarkan pengalaman mudik tahun lalu, saya akan berbagi tips dan juga cerita, khususnya bagi pemudik yang menggunakan mobil pribadi agar pelaksaan mudik tahun ini tetap menyenangkan. 

Pertama, pastikan kendaraan anda dicek sebelum berangkat. Hal ini wajib dilakukan agar kendaraan benar-benar siap digunakan perjalanan jauh. Beberapa persiapan yang bisa kita lakukan sendiri adalah, cek air radiator, cek coolant (air pendidingin), cek air wiper, cek lampu utama dan lampu sein, serta cek tenakan udara pada ban. Khusus untuk tekanan udara pada ban, saya sangat menyarankan untuk menggunakan nitrogen. Sebab, ia lebih aman apabila digunakan untuk perjalanan jarak jauh, tahan terhadap panas yang timbul akibat gesekan ban dengan aspal.

Kedua, pastikan membawa perbekalan yang cukup. Perbekalan di sini maksudnya adalah perbekalan makanan dan minuman. Bawalah bekal yang cukup, jangan terlalu banyak dan jangan tidak membawa sama sekali. Apalagi mudik pulang kampung biasanya dilakukan dalam keadaan berpuasa. Bekal tersebut berfungsi sebagai "takjil" untuk membatalkan puasa apabila terpaksa harus berpuasa di tengah perjalanan. Saran saya, apabila ingin membeli makanan di rest area, pastikan membeli di tempat yang sudah memiliki reputasi baik. Sebab, pengalaman saya di salah satu rest area di daerah Jawa Barat, ada oknum penjual makanan yang menjual makanan sudah basi. Sudah basi mahal pula harganya. Untuk itulah pastikan bahwa anda membeli makanan di tempat yang terpecaya.

Ketiga, usahakan agar BBM kendaraan dalam konsisi yang selalu penuh, khususnya ketika berada di dalam jalan toll. Salah satu masalah utama yang dihadapi pemudik tahun lalu di tengah kemacetan adalah kehabisan BBM. Di saat seperti itu, muncul penjual BBM dadakan yang biasanya dilakukan oleh warga setempat dengan membawa BMM dalam botol-botol besar. Sebenarnya keberadaan mereka sungguh membantu masyarakat yang sedang membutuhkan BMM. 

Tetapi, penjual BBM dadakan tersebut memberikan harga yang di luar nalar. Harga BMM bisa mencapai 5 kali lipat dari harga normal. Untuk itulah, apabila jarum penanda BMM sudah menandakan akan habis segera lakukan pengisian di SPBU di rest area terdekat. Untuk memastikan keberadaan rest area terdekat tersebut, kita bisa cek melalui aplikasi Maps maupun melalui media sosial.

Lalu, apabila kita sudah keluar dari toll sementara BBM kita perlu diisi, saya sarankan untuk masuk perkampungan dan membeli BMM eceran dari masyarakat. Itu yang saya lakukan saat kehabisan BMM pada mudik tahun lalu. Sebab, bisa dipastikan SPBU sepanjang jalan yang dilalui pemudik akan penuh dengan pembeli dan tidak jarang kehabisan stok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun