Di zaman sekarang, kita hidup dalam sebuah kenyataan yang sering kali terasa pahit. Dunia ini tidak adil, dan kemungkinan besar memang tidak akan pernah benar-benar adil untuk semua orang.Â
Selalu ada orang-orang yang diuntungkan sejak lahir, entah karena harta, koneksi, atau sekadar keberuntungan berada di lingkungan yang mendukung. Namun, hidup tidak bisa terus-terusan kita keluhkan.Â
Di tengah ketidakadilan itu, kita harus mampu membaca situasi dan mengambil langkah yang tepat agar tidak terus-menerus jadi korban sistem.
Salah satu fakta pahit yang harus dihadapi oleh para pencari kerja, terutama generasi muda di Indonesia, adalah kenyataan bahwa tidak semua industri bisa memberikan penghasilan tinggi.Â
Jika ingin mendapatkan gaji besar, seseorang harus memilih industri yang sedang mengalami permintaan tinggi (high demand) namun dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit (low supply).Â
Masalahnya, industri semacam ini biasanya sulit, membutuhkan skill yang tinggi, dan tidak semua orang mau atau mampu menekuninya.Â
Kalau industri tersebut mudah, menyenangkan, atau "mainstream", maka sudah pasti banyak orang yang masuk, dan supply pun akan melimpah. Akibatnya, nilai tawar tenaga kerja akan menurun.
Ledakan Pengangguran dan Persaingan Tak Sehat
Saat ini Indonesia menghadapi kondisi tenaga kerja yang bisa dibilang berada dalam krisis over supply. Tercatat ada lebih dari 7 juta pengangguran di Indonesia.Â
Bayangkan, ketika kamu sedang wawancara kerja, secara tak langsung kamu bersaing dengan isi satu stadion yang penuh sesak. Bahkan lebih.Â
Dan yang lebih mencemaskan, mayoritas dari mereka bukan pengangguran karena pilihan, tapi karena keterpaksaan. Mereka semua memiliki keinginan yang sama: mendapatkan pekerjaan, lebih baik lagi kalau pekerjaan itu memberikan gaji tinggi.