Mohon tunggu...
Muzamil Misbah
Muzamil Misbah Mohon Tunggu... Orang biasa yang gemar baca buku, makan dan jalan-jalan

Suka menulis tentang ekonomi dan puisi, financial literacy enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Dulu Harus Potong Ayam Sendiri, Kini Tinggal Klik: Perubahan Tradisi Lebaran

28 Maret 2025   06:00 Diperbarui: 26 Maret 2025   14:23 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi potong ayam (sumber: freepik/freepik)

Zaman terus berubah, dan dengan perubahan itu datang pula berbagai kemudahan yang tidak terbayangkan sebelumnya. 

Jika dahulu Idul Fitri identik dengan kesibukan di dapur, kini semuanya bisa didapatkan dalam genggaman tangan. Kue kering khas Lebaran yang dulu harus dibuat sendiri kini tersedia di berbagai toko dan bisa dipesan secara online. 

Hidangan khas seperti opor ayam, rendang, atau sambal goreng hati pun bisa dipesan melalui layanan antar makanan seperti GrabFood atau GoFood. 

Tidak perlu repot-repot berbelanja, memasak, dan menunggu berjam-jam di dapur, karena semua bisa disajikan dalam waktu singkat.

Namun, kemudahan ini menyisakan sebuah pertanyaan: apakah kita kehilangan sesuatu dalam perjalanan menuju kepraktisan ini? 

Dulu, sebelum semua serba instan, ada banyak cerita dan kenangan yang terjalin dari setiap proses menyiapkan hidangan Lebaran. 

Saya masih mengingat jelas bagaimana suasana menjelang Lebaran di masa kecil saya, ketika kami sekeluarga sibuk mempersiapkan makanan khas yang akan disajikan untuk tamu dan keluarga yang datang bersilaturahmi. 

Itu bukan sekadar memasak, tetapi juga tradisi yang penuh makna.

Kenangan Menyiapkan Hidangan Lebaran di Masa Lalu

Dulu, Idul Fitri tidak hanya tentang makanan yang tersaji di meja, tetapi juga tentang perjalanan panjang untuk menyiapkan hidangan tersebut. 

Sehari sebelum Lebaran, keluarga kami sudah sibuk di dapur. Jika ingin menikmati ayam kampung, kami harus memotong sendiri ayam yang sudah kami rawat sejak kecil. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun