Zaman terus berubah, dan dengan perubahan itu datang pula berbagai kemudahan yang tidak terbayangkan sebelumnya.Â
Jika dahulu Idul Fitri identik dengan kesibukan di dapur, kini semuanya bisa didapatkan dalam genggaman tangan. Kue kering khas Lebaran yang dulu harus dibuat sendiri kini tersedia di berbagai toko dan bisa dipesan secara online.Â
Hidangan khas seperti opor ayam, rendang, atau sambal goreng hati pun bisa dipesan melalui layanan antar makanan seperti GrabFood atau GoFood.Â
Tidak perlu repot-repot berbelanja, memasak, dan menunggu berjam-jam di dapur, karena semua bisa disajikan dalam waktu singkat.
Namun, kemudahan ini menyisakan sebuah pertanyaan: apakah kita kehilangan sesuatu dalam perjalanan menuju kepraktisan ini?Â
Dulu, sebelum semua serba instan, ada banyak cerita dan kenangan yang terjalin dari setiap proses menyiapkan hidangan Lebaran.Â
Saya masih mengingat jelas bagaimana suasana menjelang Lebaran di masa kecil saya, ketika kami sekeluarga sibuk mempersiapkan makanan khas yang akan disajikan untuk tamu dan keluarga yang datang bersilaturahmi.Â
Itu bukan sekadar memasak, tetapi juga tradisi yang penuh makna.
Kenangan Menyiapkan Hidangan Lebaran di Masa Lalu
Dulu, Idul Fitri tidak hanya tentang makanan yang tersaji di meja, tetapi juga tentang perjalanan panjang untuk menyiapkan hidangan tersebut.Â
Sehari sebelum Lebaran, keluarga kami sudah sibuk di dapur. Jika ingin menikmati ayam kampung, kami harus memotong sendiri ayam yang sudah kami rawat sejak kecil.Â