Di sudut waktu yang perlahan,
ada yang menghitung rupiah seperti menghitung kenangan
satu per satu, takut tercecer,
takut terbang dibawa angin kota yang riuh.
Ia hidup dalam sunyi yang tak ramai,
menunda belanja seperti menunda rindu,
menyimpan receh seperti menyimpan hujan di sudut jendela.
Ia tahu, keinginan adalah ombak,
datang dan pergi tanpa permisi,
tapi ia lebih suka jadi batu karang,
diam, menunggu yang benar-benar perlu.
Di luar, cahaya iklan seperti matahari tak pernah padam,
menggoda seperti angin yang mengelus daun-daun lelah.
Orang-orang berlari mengejar kemilau,
takut tertinggal, takut tak cukup gemerlap,
sementara ia berjalan pelan,
menggenggam sederhana seperti rahasia.
Teman-temannya tertawa,
mengira ia tak tahu caranya hidup,
padahal ia sedang hidup dengan cara yang paling diam,
tanpa gaduh, tanpa gaduh.
Ia percaya, esok masih ada,
dan tabungan kecil yang ia peluk erat
adalah janji yang tak akan ingkar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI