Di suatu daerah hiduplah tiga orang sahabat karib yang orang-orang sudah melupakan nama aslinya. Mereka biasa dipanggil sesuai dengan kondisi fisik mereka, Â si buta karena dari lahir tidak melihat, Â si pincang karena jalannya yang terpincang dan si bongkok karena kondisi tulang punggung yang sudah tidak bisa lurus.Â
Suatu hari terdengar kabar bahwa seorang putri yang jelita akan berkunjung ke kampung tersebut.Â
Ketiga sahabat karib tersebut merasa gundah gulana karena malu dengan kondisi fisik mereka.Â
Bagaimana jika putri itu mengejek mereka dihadapan orang banyak karena kondisi fisiknya.Â
Tibalah hari dimana Putri Jelita datang dengan kereta kuda yang indah.Â
Semua orang menyambut dan bersukaria akan kedatangannya.
Di sebuah lapangan yang luas tampak tiga orang pria sedang membuat lapangan dengan garis.Â
Satu orang sedang membuat garis, Â orang yang lain mengontrol kelurusan dan satu orang lagi menghapus garis yang salah.Â
Alangkah terkejutnya warga kampung bahwa mereka bertiga ternyata warga kampung mereka yaitu si buta, Â si bongkok dan si pincang.Â
Si bongkok sibuk menarik garis sambil membungkuk, si buta sibuk membenarkan posisi garis dan si pincang sibuk menghapus garis yang salah.
Tidak tampak "cacat fisik" dalam badan mereka.Â