Tempat Pertemuan Itu Bernama Bali
Tidak terasa sudah mendekati dua tahun kepergian Jarot, tanpa ada yang mengetahui dimana dia berada selain kedua orang tuanya, bahkan Monik adik satu-satunya pun belum di beritahu oleh kedua orang tuanya dimana keberadaan Jarot, begitupun dengan cerita tentang April Mop sepertinya baru Winda yang mengerti, sedang Jarot hanya tahu Winda sudah menjadi istri sahabatnya Arian.
Dua hari yang lalu, bapak dan ibu Jarot menerima paket dari Jarot, tiket ke Bali pulang-pergi, ada tiga buah tiket, buat bapak, ibu dan Monik, dan ada sedikit tulisan dari Jarot di surat tersebut.
Yang tersayang bapak dan ibu
Berikut Jarot kirim tiket untuk bapak, ibu dan Monik
Ke Bali, In Sya Allah nanti Jarot yang jemput bapak,ibu dan Monik
Jarot ada di Bali satu hari sebelum bapak dan ibu tiba
Mohon jangan di infokan dulu keberadaan Jarot di Bali ke Arian dan Winda
Sekian dulu bapak dan ibu
Sembah sujud
Jarot.
Air mata bahagia mengalir di pipi ibunda Jarot, akhirnya dia akan bertemu dengan anaknya, bapak pun tidak jauh berbeda dengan ibu, mereka bahagia, bapak dan ibu tidak sabar menunggu beberapa hari lagi, bapak dan ibu sepakat untuk memberitahukan ke Monik setelah pulang dari kuliah.
"Kita tetap merahasiakan ini kepada Monik, nanti sampai di Bali terserah Jarot."Kata bapak
"Ia,pak."Jawab ibu
Ibu sangat senang, padahal masih beberapa hari lagi, tetapi ibu sudah masuk ke dalam kamar kemudian mengeluarkan travel bag yang biasa digunakan untuk bepergian beberapa hari.
"Bapak mau ibu saja yang masukan pakaian apa milih sendiri yang mau dibawa.?"Tanya ibu
"Terserah ibu saja."
"Kalau dilihat kan tanggal kepulangan kita sekitar satu minggu kita di Bali."
"Ia pak, berarti bawa tas masing-masing ya pa."
"Ia, bu."
****
Suasana kampus begitu tenang saat Monik mulai meninggalkan ruangan, karena dia sedang menyusun skripsi, lagi berdiskusi dengan dosen pembimbingnya, Monik ingin segera lulus, ingin menyelesaikan pendidikan strata satunya, dia ingin mencoba mencari pekerjaan, tidak ingin melanjutkan ke strata dua, malas katanya untuk berfikir lagi saat di tanya oleh bapaknya, apakah akan langsung melanjutkan ke strata dua.
Monik segera pulang, memperbaiki skripsinya yang sudah di koreksi oleh dosen pembimbingnya, kalau tidak ada halangan, bulan depan dia bisa maju untuk mengikuti ujian skripsi.
Kabar gembira ini harus segera dia sampaikan kepada kedua orang tuanya, dengan bergegas menuju angkutan kota di dekat kampus Monik sedikit berlari, karena angkot sudah ingin meninggalkan kampus, kalau tidak dapat tentu menunggu giliran berikutnya yang bisa memakan waktu tiga puluh menit.
"Assalamualaikum,"Kencang suara Monik memecah keheningan dirumahnya
"Waalaikum salam."Jawab bapak dari dalam, segera menuju ke luar untuk membukakan pintu, Monik langsung bilang ke bapaknya mohon do`a agar di lancarkan karena bulan depan dia akan mengikuti ujian skripsi.
"Alhamdulillah," terdengar suara ibu Dari dalam ikut bergabung menuju ruang depan.
"Alhamdulillah, kalau gitu untuk refresing bagaimana kalau kita ke Bali."Kata bapak
"Ke Bali.?" Kapan pak.?" Tanta Monik
"Minggu depan."
"Asyik, mudahan tidak ada acara dengan kampus ya, pak."Kata Monik
Malam harinya setelah sholat isya, bapak memanggil Monik yang lagi asyik membenahi skripsinya, dan menambah serta mengurangi hasil diskusi, saran dan masukan dari dosen pembimbingnya, Monik menuju ruang tengah bergabung bersama bapak dan ibunya yang asyik nonton TV.
"Tiket ke Bali sudah ada." Kata bapak, seraya menunjukan tiga tiket ke Monik
"Siapa yang meprintkan tiketnya pak.?"Biasanya kan Monik yang pesan dan print." Tanya Monik
Bapak dan ibu saling pandang sebentar
"Tadi bapak minta tolong pesan di masjid."Kata bapak sedikit berdusta
"Alhamdulillah, semoga Monik tidak ada kegiatan kampus ya pak."
****
Monik hanya bisa mengantarkan kedua orang tuanya ke Bandara, namun dia bilang, kalau nanti kegiatan kampus bisa di tunda, dia akan menyusul kedua orang tuanya ke Bali, Arian dan Winda juga sekarang sudah tidak tiap hari lagi ke rumah Jarot, kadang satu minggu satu kali, atau satu minggu dua kali, mereka masih menanyakan keberadaan Jarot, tapi kali ini Winda dan Arian belum datang ke rumah Jarot, sehingga mereka tidak tahu kalau bapak dan ibu Jarot akan ke Bali.
Setelah di pastikan bapak dan ibunya masuk bandara, baru Monik meninggalkan bandara untuk menuju kampus.
Setelah kepergian Jarot, bapak dan ibu jarang bepergian keluar kota, paling kalau ada hajatan keluarga yang jauh baru bapak dan ibu keluar kota, ini adalah perjalanan yang sudah lama tidak mereka lakukan.
Sesuai surat Jarot, di katakan dia nanti yang menjemput begitu bapak dan ibu keluar dari bandara di pintu kedatangan, bapak dan ibu berharap benar nanti saat mereka keluar dari pintu kedatangan ada sosok Jarot disana.
Perjalanan ini dirasa bapak dan ibu adalah perjalanan paling lama yang mereka rasakan. Karena perjalanan ini adalah perjalanan ingin bertemu dengan putra mereka yang pergi sudah dua tahun, dan selama dua tahun baru tiga kali bapak dan ibu mendapat kabar dari Jarot melalui surat.
Setiba di pintu keluar bandar udara Ngurah Rai Bali, bapak dan ibu berjalan perlahan dengan masing-masing membawa traveling bag yang di geret, melihat puluhan penjemput, siapa tahu ada sosok Jarot, namun sampai berada di pojok mereka tidak menemukan sosok Jarot, beberapa pengemudi menawarkan jasa untuk mengantarkan mereka, bapak bilang maaf, sudah ada yang menjemput.
"Kita tunggu sampai satu jam disini,bu."Kata bapak
"Kalau tidak ada kita langsung menuju hotel yang sudah disiapkan Jarot."Bapak melanjutkan ucapannya seraya mengambil kertas kecil nama hotelnya.
Bapak mencari tempat agak ketengah dan memisahkan diri dari rombongan para penjemput, posisi ini akan mudah dilihat Jarot kalau dia datang.
"Assalamualikum." Terdengar suara lirih
"Waalaikum salam." Jawab bapak dan ibu seraya berbalik melihat arah suara, ibu menatap melihat seorang pemuda dengan berewokan dan tegap tersenyum kearah mereka
"Jarot."Kata ibu sambil segera memeluk Jarot
Lama ibu memeluk Jarot begitupun Jarot memeluk ibunya, air mata bahagia dari seorang ibu mengalir deras di pipinya.
Setelah puas ibu melepas pelukannya."Kok anak ibu berewokan, hampir ibu ngak kenal."Kata ibu
Kali ini giliran bapak memeluk Jarot, mereka saling berpelukan, setelah puas, Jarot melihat sekeliling.
"Monik tidak bisa ikut, dia harus menyelesaikan perbaikan skripsinya, karena dosen pembimbingnya akan keluar negeri, waktunya hanya ada sampai minggu ini, Monik lagi mengejar itu, dia berharap bulan depan sudah bisa ikut ujian skripsi."Jelas bapak
"Bapak sama ibu belum cerita kalau akan ketemu kamu disini, jadi Monik mengira ini perjalanan biasa bapak dan ibu."
Jarot mengambil tas yang dibawa ibunya, dia menggeretnya dengan tangan kiri, tangan kananya merangkul ibunya, mereka munuju parkiran, terlihat seorang pemuda Bali mendekati mereka begitu melihat Jarot, rupanya supir rental mobil yang Jarot sewa selama mereka di Bali
"Blih, tolong bawa tas bapak dan ini ya." Kata Jarot seraya meyerahkan tas yang dia pegang
"Selamat siang bapak ibu, saya I Wayan Pastika, mari saya bawakan tasnya."
"Selamat siang salam kenal."Sapa bapak dan ibu
"Bapak sama ibu mau makan apa.?"Tanya Jarot
"Bapak lama ngak makan bebek, setelah kamu ngak ada."
"Kalau gitu kita makan di bebek tepian sawah, ya."
"Blih, kita ke bebek tepian sawah ya."Kata Jarot ke Wayan
"Siap bapak."Jawab Wayan
Ibu masih merangkul Jarot di mobil, kadang di peluknya, kemudian ibu berkata."Kasian ibu melihat Winda dan Arian. Setiap minggu mereka berdua menanyakan keberadaan kamu, begitu juga dengan adikmu Monik. Bapak sama ibu masih belum menceritakannya."
"Arian sama Winda tapi bahagiakan ibu.?"
"Bagaimana mereka mau bahagia, kamu tidak ada diantara mereka."
Jarot melepas rangkulanya, dia coba mengalihkan suasana,"biarlah mereka tidak tahu dulu keberadaan Jarot,"Kata Jarot
"Sampai kapan.?"Tanya ibu
"Sampai nanti Jarot bilang boleh."Kata Jarot
"Monik bagaimana.?"
"Itu lebih kasian lagi, ibu berharap sepulang dari sini ibu akan ceritakan keberadaan kamu, walau bagaimana dia adikmu."
Bogor, 06112019