Keputusan Itu Sudah Bulat
Tukang cat baru saja selesai mengecat ruang tamu rumah Arian, sekarang sedang merapikan kursi tamu serta perabot yang tadi disingkirkan saat dilakukan pengecetan, terlihat figura besar ukuran 0,5 x 1 meter, dengan gambar Arian beserta Bapak dan Ibunya, saat Arian di wisuda S2 di Universitas Indonesia, Arian duduk di sofa panjang, tidak berselang lama keluar Ibunya dari dalam, melihat keluar kemudian masuk lagi kedalam, seperti sedang mencari sesuatu, "Winda, mana ?"
"Winda tidak ikut, Bu." Jawa Arian
"Bukanya nanti nge pasin baju pengantin yang sudah dikecilin malam ini ?" tanya Ibu Arian
"Ia, tapi Winda membatalkan semua, termasuk perkawinannya, Bu."
"Kalau bercanda jangan seperti ini Arian, pamali."
"Benar Bu, Perkawinan itu di batalkan semua sama Winda, nanti malam orang tuanya Winda akan datang kesini." Kata Arian
Ibu Arian masih tidak percaya, dia menganggap Arian hanya bercanda, tapi dia melihat mimik serius dari anak satu-satunya.
"Seius Arian, ini bukan hal main-main lho ?"
"Bener bu, Arian juga belum tahu pasti penyebabnya, tapi tadi Winda sudah ngomong langsung ke Arian, orang tuanya Winda juga sudah bicara sama Arian, orang tuanya Winda nanti malam mau kesini menjelaskan semuanya." Jelas Arian
Ibu Arian terlihat shok, dia langsung duduk di samping Arian dan memeluk anak semata wayangnya, Arian memandang wajah ibunya terlihat ada genangan air mata di pelupuk matanya, di peluknya ibunya dan ibunyapun memeluk Arian dengan erat. Bersamaan dengan adegan itu Bapak Arian yang beru dari Masjid masuk ke dalam rumah, rupanya dua kali beliau mengucap salam, tidak terdengar oleh Arian dan Ibunya.