Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berdamai dengan Hati

25 Oktober 2019   09:51 Diperbarui: 25 Oktober 2019   10:04 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini saya mendapat pelajaran yang sangat berarti, sebenarnya kejadian seperti ini sering saya melihat dan tidak jarang juga saya pernah mengalaminya, tapi kali ini entah apa, saya jadi mengamatinya, kemudian menuliskanya disini, setelah saya selesai beraktivitas ini tentunya.

Saat ini waktu masih menunjukan pukul 08.45 pagi, tiba-tiba ingin ke toilet buang air kecil, saya masuk dalam antrian ke 3 di toilet lelaki, di belakang saya masih terdapat dua orang antrian lagi, di sisi sebelah kanan, ada toilet khusus wanita, terlihat ada satu orang saja yang mengantri, dari kejauhan ada seorang ibu-ibu yang tidak terlalu tua, juga sudah tidak muda lagi menuju ke toilet wanita, begitu dia sampai di dekat toilet, pintu toilet terbuka, keluar seorang ibu dari dalamnya, tiba-tiba ibu yang baru datang langsung menuju pintu untuk masuk lebih dulu, ibu yang sedari tadi antri tiba-tiba berkata.

"Ibu mohon maaf, ini giliran saya, kalau ibu mau antri."

"Maaf saya buru-buru, go jack saya sudah menunggu." Kata ibu tadi seraya masuk ke toilet dan menguncinya.

"Biasakan budaya antri, donk." Kata Ibu yang haknya diambil tadi

"Iya, susah kalau mau menang sendiri." Bapak yang di depan saya ikut memanas-manasi

Si Ibu tadi maju kedepan pintu, di ketuknya pintu dari luar,"Ibu, saya juga pingin buru-buru, bukan ibu saja yang punya kepentingan."

Tidak ada sahutan dari dalam,"Memang kita harus budayakan ini." Kata bapak yang di depan saya lagi

Tidak lama pintu toilet terbuka, Ibu tadi keluar tanpa ekspresi berdosa, dia bilang,"maaf ya bu maaf, go jack saya sudah menunggu."

Ibu tadi mungkin marah, tidak menjawab, langsung masuk ke toilet.

Sekilas mungkin kejadian ini biasa, bahkan kadang sering kita melihat atau mengalaminya, atau mungkin kita adalah pelakunya memotong antrian orang.

Sering memang kita merisaukan hal-hal yang setelah kita renungkan dan kita cermati, ternyata bukanlah merupakan hal yang sangat prinsip atau merupakan hal yang berat, kita kadang membesar-besarkan suatu masalah, kita kadang kadang menayangkan pertengkaran imajiner di kepala kita, cobalah kita mencoba bersimpati kepada ibu tadi, mungkin dia benar-benar tergesa-gesa atau dia kebelet sekali, dengan demikian maka dengan cara ini, perasaan kita menjadi nyaman saja, kita tidak merasa terganggu dan kita terhindar dari dampak masalah orang lain.

Ya, mungkin banyak contoh-contoh yang kita alami atau kita lihat, yang kadang kita ikut hanyut didalamnya, secara kita tidak sadari kita banyak menghabiskan energy yang sebetulnya hanyalah masalah kecil tetapi kita besar-besarkan.sangat disayangkan kalau energy kita terbuang percuma terhadap masalah yang kecil seperti ini,  sehingga kita sering kehilangan makna akan indah nya kehidupan ini, kalau kita biarkan saja, mungkin itu yang menyebabkan langkah kita semakin mudah. Kita berdamai dengan hati, tidak ikut  menjadi beban dalam masalah orang lain.  

Bogor, 25102019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun