Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Trip

Ridwan Kamil dapat Seratus Juta dari Sayembara ini

28 Juni 2019   18:45 Diperbarui: 28 Juni 2019   18:57 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam Petualang,
Saat Tsunami Aceh terjadi tanggal 26 Desember 2004, Saya dan sepuluh orang teman sedang melakukan Touring ke Pamengpeuk Garut, ini adalah Touring Grup kami pertama setelah saya bentuk pada Bulan Agustus 2004, saat itu pagi hari di pantai Pamengpeuk kami sedang bermain bola di pinggir pantai, sedang asyik-asyiknya bermain terlihat seorang nelayan sedang bersusah payah, mencoba merapatkan perahunya ke pantai, beberapa kali dia terserat kembali ketengah, melihat situasi itu.

Secara refleks kami yang sedang bermain bola berhenti menolong nelayan tersebut, gelombang sangat tinggi dan arusnya sangat kencang, sekitar 15 menit sampai 20 menit kami semua menarik perahu nelayan tersebut, kaki saya sampai berdarah terseret batu karang saat mencoba menahan tali yang kami tarik untuk menambatkan perahu tersebut, jumlah kami padahal cukup banyak 12 orang yang menarik perahu tersebut, ombak masih deras dan besar.

dokpri
dokpri
Bapak nelayan mengucapkan terima kasih atas bantuan yang kami berikan, kemudian berkata selama menjadi nelayan disini baru pagi ini gelombang dan arus seperti ini, kamipun kembali kepenginapan untuk bersiap-siap kembali ke Bandung, namuin betapa kagetnya ketika sampai di penginapan dan menonton TV, terjadi Tsunami di Aceh, dan TV mengulang ngulang rekaman Tsunami di Aceh yang merengut belasan ribu rakyat Aceh.

Pada tanggal 26 Desember 2004, pukul 7.59, gempa berkekuatan 9,1 sampai 9,3 skala Richter mengguncang dasar laut di barat daya Sumatera antara  20 sampai 25 kilometer di lepas pantai.

Kini saya di Aceh, memasuki Museum Tsunami Aceh, Museum Aceh adalah hasil karya Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat saat ini, saat itu beliau adalah seorang dosen pada jurusan arsitektur di ITB dia memenangkan sayembara merancang Museum Tsunami Aceh yang diselenggarakan oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias pada tanggal 17 Agustus 2007, Museum Aceh sendiri baru terbuka untuk umum pada tanggal 8 Mei 2009.

dokpri
dokpri
Ridwan Kamil berhak mendapatkan hadiah Rp. 100 Juta rupiah, karena berhasil memenangkan sayembara tersebut, sedangkan dana pembangunan Museum ini menghabiskan biaya sebesar Rp. 140 milyard.

dokpri
dokpri
Memasuki Museum kita melihat sebuah tulisan Aceh Tsunami Museum, kemudian kami berjalan untuk memasuki Museum kami melihat di sebalh kiri sebuah Helikopter yang rusak, akibat terjangan Tsunami, kami masuk lagi terdengar suara air dan gelombang yang menggambarkan tsunami tersebut, kami terus berjalan dan melihat terpajang nama-nama korban yang meninggal dunia saat kejadian tanggal 26 Desember 2004 itu, terus kami berjalan, dan melihat diaroma, dan replika serta foto-foto ganasnya tsunami itu, ada beberapa yang tidak diperlihatkan untuk menjaga perasaan para keluarga korban, sehingga dokumentasi yang itu tidak di perlihatkan di Museum ini.

dokpri
dokpri
Kemudian kami melihat Maket dari Museum ini yang berada di dalam kaca, banyak sisa sisa dari kejadian ini yang di pajang disini, disini juga ada film dokumenter dari kejadian tsunami, kami menonton dan melihat film dokumenter tersebut dengan menitikan air mata.

dokpri
dokpri
Membayangkan andai saya atau keluarga saya berada dikondisi yang seperti ini.

Setelah selesai saya keluar dari Museum, untuk melanjutkan melihat Situs Tsunami PLTD Apung, dan berfoto-foto dulu di lokasi ini, kemudian melanjutkan perjalanan, keinginan awal adalah menyeberang menuju titik 0 KM, namun cuaca kurang bersahabat, gelombang agak besar, sehingga saya putuskan membatalkan kunjungan ke titik 0 km, hanya berfoto-foto saja disini.

dokpri
dokpri
Saya selanjutnya menuju ke kapal diatas rumah Lampulo, ini sebagian bukti dahsyatnya Tsunami, setelah berfoto dan melihat-lihat saya sedikit kaget juga ternyata pemilik rumah yang di tempati kapal diatasnya, namanya sama dengan nama saya "Misbah"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun