Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Satu (Balikpapan, 19 Maret 1989)

10 Juni 2019   19:34 Diperbarui: 10 Juni 2019   19:49 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

"Sudah,....Abangkan di sana kerja,"

"Ngak usah nangis,"

Yoga cium jidatnya, cium kedua air mata yang menetes dipipi Anti, dia cium bibir Anti, Anti diam, masih menangis tanpa suara, hanya air mata yang menetes membasahi lengan baju Yoga.

Lampu bioskop sudah dinyakalan, bertanda pertunjukan telah selesai, Anti masih menggeluti tangan kanan Yoga, tetap terus menangis, sampai di parkiranpun menangis, tanpa mau bicara, Yoga ambil kunci mobil, dia yang menyetir, waktu menunjukan pukul sebelas malam, Yoga pacu kendaraan menuju markas, parkir tepat di halaman Kantor Orari  yang bersebelahan dengan markas mereka, markas telah sepi, tidak ada seorangpun.

Yoga ajak Anti duduk di teras tangga saja tidak masuk kedalam, Anti tidak mau minta diajak kedalam, Yoga beranjak dulu mengambil kunci di tempat rahasia, hanya 3 orang yang mengetahui letak kunci apabila markas terkunci, dia masuk kedalam setelah membuka pintu diikuti Anti, dia tutup pintu dan dia kunci dari dalam, Yoga menuju saklar lampu untuk menyalakan lampu dalam, tapi Anti melarangnya, biar dalam keadaan gelap katanya.

Mereka masuk keruang tamu, karena dari ruang tamu ada cahaya dari lampu luar tidak begitu gelap.

"Abang, jangan tinggalkan Anti ya ?"

"Abang kan kerja, kalau Abang tetap disini, Abang susah dapat kerja,"

"Ia, tapi Abang janji, ngak tinggalkan Anti,"

"Ia, Abang janji," kata nya

Anti berdiri dan memeluknya, air mata masih membasahi kedua pipinya, udara dingin malam, membuat mereka mempererat pelukan, mereka tidak tahu lagi apa yang harus mereka lakukan, Yoga kehabisan kata-kata, Sentuhan tubuh mereka berdua menjelma menjadi sebuah kata kemesraan, bahasa kemenangan dan lepas, mereka saling meraba titik kehangatan, dalam batas kewajaran yang sedikit kurang ajar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun