Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Hari Bahagia Itu (Episode 32-Tamat )

8 Juni 2019   08:52 Diperbarui: 8 Juni 2019   08:58 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Aku terdiam. Lama, menatap pundak Dessy yang lagi sibuk melayani pembeli, sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan baginya, sudah satu jam aku duduk di teras, ada lebih sepuluhan pelanggan yang keluar masuk, dan mereka bukan hanya sekedar melihat-lihat, tapi pada membeli, terlihat dari gody bag yang mereka bawa.  Kelelahan menunggu terlalu lama, atau karena kesejukan cuaca membuat Catur tertidur di teras rumah Dessy, bibi yang membuatkan minuman terlihat berjalan dengan langkah yang di tahan agar tidak menimbulkan suara, yang mungkin akan mengagetkan Catur atau membuat dia terbangun.

Saat pemngunjung tersisa satu dua orang, Dessy baru tersadar melihat Catur tertidur di teras, Dessy mengambil majalah Nova yang baru dia beli tadi pagi, dia beranjak ke teras rumah, duduk berhadapan dengan Catur, secara perlahan dia duduk agar tidak menimbulkan bunyi, dan dia membaca majalah dari lembar pertama, sampai menjelang lembaran tengah Catur masih nyeyak tertidur, sesekali Dessy memandang wajah Calon suaminya, satu minggu lagi, dia resmi menjadi Ibu Catur, istri dari orang yang sekarang tertidur di hadapannya.

Kembali Dessy melanjutkan bacaanya, mendekati halaman terakhir Catur terbangun, Dessy tersenyum melihatnya, maaf ya jadi nunggu sampai ketiduran, alhamdulillah tadi banyak pembeli, Rezeki orang yang mau nikah kali katanya, Catur malah bertanya," Jam berapa sekarang," katanya seraya melihat jam di tangan kirinya," waduh hampir satu jam setengah tertidurnya," kata Catur.

"Mau lanjutin tidur di kamar Azka ?" tanya Dessy

"Di Kamar Des aja," kata Catur

"Hemmm....satu minggu lagi, baru boleh tidur di situ," Kata Dessy

"Kan tidur aja, ngak ngapa-ngapain," kata Catur

"Iya, Ngak boleh, satu minggu lagi," kata Dessy

"Hemmmm.....," kali Catur yang bergumam

"Mau lapor, undangan sudah dikirim semua, mudahan semua bisa hadir di acara kita, dan cuaca cerah," kata Catur

"Alhamdulillah, aamiin," kata Dessy

"Catur makan bareng sama Dess, yuk," kata Dessy

"Manggilnya Catur.....," renggek Catur

"Emang mau dipanggil apa, di panggil mas....tua an Dess,di panggil Ayah, satu minggu lagi, di panggil papa....satu minggu lagi," kata Dessy

"Emang ntar kalau sudah resmi, Catur mau di panggil apa ?" tanya Dessy

"Atau mau di panggil, om...seperti Azka kalau panggilkan, om," kata Dessy

" Nanti Dess manggilnya, Mas saja, kalau Azka manggilnya Bapak, biar ada beda dengan panggilan dia kepada ayahnya," kata Catur

"Baiklah mas Catur, kita makan dulu," kata Dessy seraya sedikit tersenyum seperti sedang menggoda Catur

Dessy berjalan lebih dulu, Catur mengikuti di sampingnya, dia raih tangan Dessy, Dessy menepisnya dan berkata," Ehhh....satu minggu lagi,"

"Heeemmmmm..." gumam Catur lagi

"Butik besok masih buka, rencana lusa baru tutup, tapi pekerja tetap masuk, untuk mempersiapkan segala sesuatu, Cuma mereka kerja sampai jam empat sore saja," jelas Dessy seraya meletakkan nasi kepiring Catur.

"Aku dua hari lagi masih masuk kerja, Kamis, Jum`at, cuti sambung minggu depan cuti, jadi total cuti tujuh hari," jelas Catur

"Syukurlah, bisa bantu dan liat-liat nanti kalau ada yang kurang-kurang," kata Dessy

Kali ini mereka menikmati makan siang bersama, tidak ada suara, tidak ada sepatah kata-kata, udang balado, dan cumi goreng dimakan siang-siang dengan calon istri, gumam Catur, entah Dessy apa yang ada di benaknya, dia menikmati sekali makan siangnya di temani oleh Calon suaminya seminggu lagi.

Waktu satu minggu buat Catur sangat terlalu lama, mungkin ini adalah untuk yang pertama dan terkahir kali buat dia, rasa was-was, rasa suka bercampur menjadi satu, dia mengulang-ngulang bacaan ijab nanti, kadang Dessy tertawa melihatnya, kalau disini ngak seperti di tempat lain, kalau di tempat lain harus dalam satu tarikan nafas, dan lain-lain lah, kalau disini boleh sambil di baca, dan boleh saja kalau kepanjangan ambil nafas, walau Dessy berulang kali menjelaskan ke Catur, namun Catur tetap mencoba menghafalnya....."saya terima nikah dan kawinnya ...."

Tidak terasa, waktu sudah hampir menjelang magrib, Catur pamit untuk pulang dulu, disuruh Dessy untuk mandi dan sholat magrib dulu dia tidak mau, katanya masih sempat mandi dan sholat di rumah.

Malam spesial Catur membawa undangan perkawinannya ke rumah sahabat gowesnya, hanya tiga orang yang ada di tempat selebihnya sedang diluar, Catur hanya titip ke istri mereka dengan harapan semoga semua bisa menghadiri akad nikah dan resepsi perkawinanya.

Dia kerumah Doddy, sahabatnya dokter yang sampai saat ini masih takut naik pesawat, padahal usia sudah mencapai tiga puluh lima tahun.

"Jadi juga akhirnya." Kata Doddy seraya membuka undangan

"Dessy ...teh, CEO apa butik ?"

"Butik."
"CEO ka abdikan nya."

"Sembarang." Kata Catur yang diikuti tawa Doddy

Doddy mengambil handphone di sakunya dan menelpon seseorang," dimarana iye, kadiue atuh, aya ...calon pangantin didie," katanya

"Siapa ?" tanya Catur

"Bos Kapal,"

Tidak berselang lama Hartono tiba, belum motornya di letakkan dengan sempurna langsung bertanya, " jadi kawin ?" Sarang saha ?"

Doddy langsung tertawa mendengar pertanyaan Hartono, karena pertanyaanya sama persis, mungkin kalau di kumpulkan semua sahabat gowesnya, akan bertanya hal yang sama seperti ini.

"Sama Dessy, yang punya butik," jelas Catur

Dia mengetahui persis kalau ngumpul dengan sahabat-sahabatnya ini, kalau ada sesuatu hal, akan jadi bahan omongan sampai berhari-hari, akan di buly terus, tapi dia juga mengetahui, sahabat-sahabatnya ini hanya sekedar bercanda semua, mereka semua sangat baik dan sangat bersahabat, jadi lebih baik pasrah saja.

"Apa yang bisa kami bantu ?" tanya Hartono begitu duduk dan melihat undangan yang diberikan Catur kepadanya.

"Hadir saja saat akad nikah dan repsepsi." Jawab Catur

"CEO gimana ?"

"Besok In Sya Allah, akan memberikan undangan ke CEO," jawabnya lagi

"Ngak patah hati dia ?" tanya hartono lagi

"Hhheemmmmm..." Jawab Catur

"Rencana setelah kawin, tinggal disini apa tinggal di butik ?" tanya Hartono lagi

"Belum tahu lagi," jawab Catur

"Enak juga ya, cewe yang mau dua orang, walau keduanya janda tapi kaya, yang satu punya butik yang satu CEO, padahal wajah kawan kita ini biasa-biasa aja," mulai Hartono bercanda

"Mungkin pakai jimat," timpal Doddy

"Mulai....," kata Catur seraya nyengir.

"Hartono nanti baca do`a ya," pinta Catur

"Amplop lagi," canda Doddy

"Ngak, ini gratis, masa sama temen juga di embat," timpal Hartono

Selanjutnya mereka ngobrol tentang apa saja, dan terhenti saat tukang nasi goreng lewat di depan rumah Doddy, mereka memesan nasi goreng.

          Suasana di kantor Catur sama seperti biasa, Ibu Bos sudah mulai bekerja dan mulai belajar sedikit demi sedikit, namun cukup cepat dia untuk mempelajari semuanya, nanti dia belajar bagaimana menghitung modal, menghitung keuntungan, menghitung penggajian, cash flow, dan banyak hal lain, untuk perbaikan perusahaan yang kini harus dia teruskan untuk keberlangsungan hidup keluarganya serta karyawannya.

Sedikit demi sedikit perusahaan mulai kembali ke jalurnya, memang awalnya Ibu Bos pernah salah dalam menentukan harga, malah mengalami kerugian, di satu orderan, namun dari sana dia belajar dan mulai memahaminya.

Ibu Bos biasanya datang ke kantor paling cepat jam 08.30, mungkin ngurus anak-anak dulu, baru beliau ke kantor, kalau almarhum bos dulu, biasanya jam 08.00 kurang sudah berada di ruangan beliau.

Hari ini sesuai rencana Catur memberikan undangan ke Ibu Bos, sekaligus minta cuti untuk satu minggu, semoga kegiatan di kantor selama satu minggu tidak ada yang urgent. Catur mengetuk pintu ruangan Ibu Bos.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikum salam, masuk."

Ibu tersenyum melihat Catur, dia memang selama aktif di kantor tidak pernah memanggil Catur keruangannya, tetapi kalau ada yang di perlukan Catur sendiri yang akan menghadap beliau, beda perlakuan beliau dengan Dita, atau yang lain, kalau ada sesuatu beliau akan memanggil keruangan beliau.

Walau bagaimana pun beliau tahu persis, amanah suaminya untuk bersedia menjadi istri Catur sudah dia tepiskan saat Catur meminta kesediaanya untuk menjadi istrinya, yang kedua Allah merestui hubungan mereka tapi dia yang meminta dia juga yang menepisnya, yang ketiga dia mulai menyukai dan menyenangi Catur dan yang terakhir anak-anaknya sudah mengenal Catur, Catur bersikap baik kepada anak-anaknya, dan anak-anaknya pun hormat kepada Catur.

"Pak Catur sehat ?" tanya Ibu Bos

"Alhamdulillah Ibu, Ibu sendiri dan adik-adik bagaimana ?"

"Alhamdulillah baik semua,"

"Begini bu, Catur mohon kesediaan ibu hadir di acara akad nikah dan resepsi pernikahan Catur," kata Catur seraya menyerahkan undangan di berikan ke Ibu Bos.

"Eh...Wah.....Kapan," sedikit terbata Ibu Bos

"Hari minggu depan Bu,"

 "Sebentar lagi dong,"

"Ia, saya juga sekalian mohon diberikan cuti selama tujuh hari kerja," kata Catur

Ibu Bos memang mengetahui Catur dengan Dessy, tapi Ibu Bos tidak menyangka Catur menikahi Dessy dalam waktu secepat ini, Ibu Bos memang tidak mengetahui, karena Catur memang tidak pernah menceritakan ke Ibu Bos kalau dia sudah melamar Dessy. Sehingga yang ada di benak Ibu Bos mungkin ini pelarian Catur karena dia menepis keinginan Catur untuk memperistrinya, karena yang Ibu Bos tahu, Dessy baru menerima cinta Catur.

Ibu Bos mengangkat telpon di meja beliau, menekan tiga angka, dan berkata," Bu Dita, bisa keruangan Ibu sebentar ?" tanyanya, kemudian menutup kembali ganggang telponnya.

Tidak berselang lama, terdengar suara pintu di ketuk, dan pintu terbuka dari luar, nampak Dita masuk dengan sebuah notes di tangannya, dengan memberi salam terlebih dahulu dan duduk persis disebelah Catur.

"Bu Dita, karena Pak Catur mau cuti untuk nikah, apa ada orderan baru yang harus di tangani Pak Catur ?" tanya Ibu Bos

"Maaf, apa bu ? nikah ?" tanya Dita dan mengeryitkan keningnya

"Maaf Bu, saya memang belum cerita kemana-mana, maksud saya setelah dari Ibu baru saya ke yang lain," jelas Catur

"Oh....Maaf...Maaf....," kata Ibu

Catur mengambil undangan di tas nya dan mencari nama Dita, kemudian menyerahkan undangan tersebut kepada Dita.

"Wah.....berani juga akhirnya ?" canda Dita seraya membuka undangannya

"Kapan pacarannya ?" tanya Dita lagi

Catur hanya nyengir di candai Dita, sementara Ibu Bos, seperti menahan sesuatu di tenggorokannya, masih ada sedikit rasa tidak ikhlas atau apalah lah, mungkin karena Ibu Bos tidak tahu saja barangkali kalau sebelum umroh Catur dan keluarga sudah meminang Dessy, andai tahu mungkin Ibu Bos tidak seperti ini perasaannya, ia takut juga karena sikapnya yang menolak menjadikan pelarian Catur ke Dessy, atau keputusan nekat yang dia buat.

"Kalau dari sisi pekerjaan belum ada yang baru sepertinya bu, ini tinggal tagihan kebeberapa instansi dan yang lain finising, tinggal naik cetak, nanti coba saya liat di bagian order apa masih ada yang belum terselesaikan," jelas Dita

"Untuk bagian order ada dua Bu, nanti siang sampai malam ini saya selesaikan, besok pagi bisa di serahkan ke instansinya sebagai dami untuk di aprovel tanda persetujuan atau kalau ada perubahan, saya besok masih ke kantor, lusa baru cuti," jelas Catur

"Mungkin kalau ada orderan baru setelah saya cuti yang agak susah Bu, terutama kalau mereka minta selesai dalam waktu satu minggu, kalau lebih satu minggu In Sya Allah bisa kita terima, untuk design yang tidak terlalu rumit, teman-teman di bagian design atau yang sudah rutin saya yakin bisa mereka selesaikan, terkecuali untuk tingkat kesulitan yang tinggi, tapi kalau mereka coba dan daminya mereka setuju tidak ada masalah, Bu," lanjut Catur.

"Kalau semua sudah bisa diselesaikan, ngak masalah, maksud Ibu, Catur dalam satu minggu ini tidak usah mikir kerjaan, fokus untuk pernikahan saja, In Sya Allah Ibu dan anak-anak Ibu akan hadir di akad nikah dan perkawinannya," jelas Ibu

"Selamat ya Catur," Ibu berdiri dari kursinya, mengulurkan tangannya, Catur ikutan berdiri dan menerima uluran tangan Ibu Bos, nampak Ibu ikut tersenyum bahagia.

"Ibu masih ada perlu sama Bu Dita, kalau Pak Catur masih ada yang perlu di omongkan ke kami ?" tanya Ibu

"Tidak ada Bu, saya permisi dulu," Catur beranjak mau meninggalkan ruangan, Dita memukul pelan lengan kiri Catur dan berkata," Kawin juga elo akhirnya,"

Sepeninggal Catur dari ruangan Bos, Bu Bos berkata kepada Dita," Bu Dita nanti tolong diatur ya, ada satu driver kantor yang bertugas hari Sabtu dan hari Minggu untuk keperluan Pak Catur, bensin diisi kantor saja, terus driver di kasih lembur, " kata Ibu Bos

"Baik, bu,"

"Kalau perlu gantian drivernya gantian saja, tapi kalau tidak satu orang saja, biar lebih paham tidak ganti-ganti," lanjut Ibu Bos

"Teman-teman kantor yang datang ke akad nikah dan resepsinya, silahkan pakai saja kendaraan kantor," jelas Ibu Bos lagi

"Baik, bu"

"Dari Ibu itu saja, ada hal lain yang perlu Ibu ketahui," tanya Ibu Bos

"Tidak ada Bu, terima kasih," kata Dita seranya beranjak dari tempat duduknya untuk keluar ruangan, Ibu bos mengikuti keluar ruangan, sepeninggal Dita, Ibu Bos menutup pintu ruangannya, dikuncinya dari dalam dan bersendiri di balik pintu menghadap meja kerjanya, dia menangis, menitikan air mata, ada sesuatu yang hilang di dalam dirinya, ada sesuatu yang terbang entah apa dan kemana, dia sudah pasrahkan Catur untuk tidak menjadi suaminya, tetapi saat Catur memberikan undangan, tiba- tiba ada sesuatu yang pergi dari dirinya, persis seperti saat dia menerima kenyataan almarhum suaminya pergi untuk selama-lamanya.

Ibu Bos masih berdiri di belakang pintu ruangannya, dengan derai air mata di pipinya.

Edthirty two, 08062019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun