Siang besok adalah siang terakhir mereka di Makkah, dan Malam ini adalah malam terakhir, sudah dua malam berturut-turut mereka berlima diberi kemudahan untuk berdo`a dan sholat di Hijir Ismail, dari setelah sholat Isya sampai jam sebelas malam ini mereka berlima masih berdo`a di sini, secara bergantian dia menjaga mengelilingi, dua orang yang berdo`a dan sholat dan tiga orang yang menjaga, semakin malam semangkin banyak yang ingin masuk ketempat ini, maklum siapa yang sholat disini sama dengan sholat di dalam Ka`bah, dan tepat di bawah pancuran emas, tempat yang berebut orang untuk mendekatinya.
 Tiga jam lebih mereka berada di dalam Hijir Ismail, setelah menumpah semua keinginan, memanjatkan semua do`a, sholat taubat, sholat hajat, sholat mutlak, dan sholat sunat lainnya, mereka laksanakan disana, dengan linangan air mata, berharap mereka keluar dari Hijir Ismail sebagai bayi yang baru dilahirkan, tanpa dosa, hanya itu pinta mereka.
Perlahan mereka keluar seraya terus berpegangan di pinggir Ka`bah, mereka cium Ka`bah, dan berdo`a tahun depan diijinkan untuk kembali ketempat ini.
Keluar dari Hijir Ismail jamaah agak lowong, mereka melirik sembentar ke Hajar Aswad,  masih padat orang disana, mereka mengambil tempat kebelakang sejajajar dengan pintu Ka`bah, mereka duduk berlima menghadapnya agar tidak menggangu orang yang melakukan tawaf, Ilos dan Catur terlihat membawa air zam-zam masing-masing dua gelas, setelah diberikan kepada Ibu dan Noval dia  kembali beranjak untuk mengambil air zam-zam, sementara Catur memberikan untuk Ibu dan dirinya sendiri, tidak ada sedikitpun mereka merasa lapar saat di Hijir Ismail, namun begitu semua ritual selesai  dilaksanakan rasa lapar itu baru terasa.
"Saya masih ingin disini, Ilos, Noval sama Taufiq silahkan kalau mau istirahat di hotel, saya biar nanti Pak Catur yang menemani," jelas Ibu
Tanpa di komando ketiga cowok ini beranjak," kami cari makan dulu diluar,apa Ibu dan pak Catur mau dibungkuskan" kata Ilos," Catur dan Ibu Bos seperti di komando menganggukkan kepala.
Sepeninggal ketiga cowok itu, Ibu Bos berebah sebentar, Catur memperhatikan saja disampingnya, tidak berapa lama Ibu duduk lagi, di pandangnya Catur," Alahamdulillah semua sudah kita laksanakan, tinggal besok pagi kita melaksanakan tawaf wada," kata Ibu
"Iya Bu, saya banyak-banyak mengucapkan terima kasih, sudah dibayarin untuk umroh saya yang pertama ini," kata Catur
"Itu semua amanah almarhum Bapak, Ibu hanya melaksanakan amanah saja," kata Ibu.
"Bagaimana keputusan Pak Catur, tentang surat almarhum Bapak ?" tanya Ibu
" Baik Bu, sewaktu saya di Madinah, baik di Masjid maupun di Raudah, setelah sholat dua rakaat memohon petunjuk dari Allah, selalu Ibu yang saya ambil kertasnya," kata Catur
"Selama di Makkah ini, bahkan tadi di Hijir Ismail, juga kertas yang bertuliskan Ibu," Â kata Catur.
"Saya berharap Ibu bersedia menjadi istri saya," kata Catur
Ibu memandang kearah Catur, kini Catur yang pasarah, Ibu kemudian berkata, seraya tersenyum, kali ini dia tidak memandang Catur, tapi dia pandang Ka`bah," "Ibu juga sudah melakukan seperti yang Pak Catur lakukan, dan kadang Ibu sholat dan mohon petunjuk Allah," kata Ibu
"Hasilnya bagaimana, Bu ?" Catur bertanya dan sedikit merapat ke arah Ibu Bos
" Ibu memang dulu bilang, semua keputusan ada di Pak Catur, Ibu akan menerima apapun keputusan itu, Â Pak Catur barusan sudah memutuskan itu," Ibu berhenti sejenak berbicara, diambilnya napas perlahan,"Allah sepertinya memberikan jawaban yang lain," lanjut Ibu
"Ibu minta maaf, mungkin Ibu bukan yang terbaik buat Pak Catur," kata Ibu seraya ibu memegang pundak kiri Catur, di pegangnya agak erat, Catur membiarkan sampai pegangan Ibu melemah dan melesakan tanganya dari pundak Catur.
Terlihat Ibu meneteskan air mata setelah berkata seperti itu, dibiarkanya air mata menetes di kedua pipinya, Catur ikut meneteskan air mata, mereka berdua saling menangis, dan mereka berdua saling melihat ke Ka`bah, hening untuk sementara waktu, tiba-tiba kenapa perut Catur mules yang sangat luar biasa, dengan masih menetskan air mata  Catur berkata kepada Ibu," Bu, maaf perut saya mules sekali, pingin kebelakang, Ibu tunggu disini sebentar ya," pinta Catur
Ibu pun masih dengan air mata di kedua pipinya, dia menggangguk perlahan tanda setuju. Dan Catur pun beranjak keluar masjid untuk melepaskan hajatnya.
Sepeninggal Catur, Ibu berdiri, di pandangnya Multazam, dia sholat dua rakaat, setelah selesai dipandangnya masih multazam, kemudian dengan bersimpuh diangkatnya kedua tangannya, diapun berdo`a.....
Ya, Allah yang maha pengasih lagi maha Penyayang
Maafkan dosa yang baru saja hamba lakukan
Hamba berbohong di hadapan Ka`bah Mu
Ya, Rabb.....
Hamba memohon kepada mu dari Madinah sampai Makkah, bahkan sekitar tiga puluh menit yang lalu, hamba masih memohon kepada Mu, apakah Catur menjadi suami hamba,
Ya, Rabb.....
Engkau telah jawab do`a dan engkau jawab permohonan Hamba mu ini
Catur adalah suami hamba
Catur adalah yang terbaik buat anak-anak hamba
Hamba mengucapkan syukur dan terima kasih untuk itu ya, Rabb....
Tapi apa jadinya hamba, kalau menerima Catur, tapi menyakiti seorang perempuan yang bernama Dessy.....
Hamba tidak kenal dia ya Rabb.....
Tapi dia sudah bersedia menerima Catur sebagai suaminya....
Dia lebih duhalu memiliki Catur....
Hamba tidak ingin melukai hati seseorang.....
Ya, Allah.....
Hamba  percaya engkau adalah pemaaf....
Hamba  minta maaf untuk ini ya, Allah
Ya, Allah.....
Hamba percaya engkau adalah maha pengampun...
Ampuni Hamba  ya, Allah.....
Hamba  yang meminta tapi Hamba  yang menolaknya, setelah engkau kabulkan...
Ya, Rabb....
Hamba tidak ingin berbahagia, tapi ada orang yang menderita....
Dihadapan Ka`bah mu ini sekali lagi hamba minta ampun ya ....Allah
Ampuni hamba mu ini,....
Ya, Robb....
Jodohkan Catur dengan Dessy...
Bahagian mereka ya, Rabb....
Aamiin, ya Rabbal Alamin.
Tangan Ibu Bos, masih menegadah keatas, sudah habis kata-kata yang akan dia ucapkan, air mata terus saja membasahi pipinya, perlahan dia ucap aamiin, dan diusapkannya kedua tangannya kewajah, masih di pandangnya Ka`bah.
Lega rasanya, seperti ada bongkahan batu yang selama ini di letakkan di dadanya dan saat ini batu itu sudah tidak ada lagi, sedih memang ada yang dia rasakan, karena Allah mengijinkan dia menerima Catur, sesuai dengan amanah almarhum suaminya, semua terserah Catur dan kalau dia bersedia, Allah telah memenuhi do`a nya tapi dia menolaknya karena dia baru tahu Dessy menerima Catur sebagai suaminya, dia tidak ingin Dessy terluka, urusan dia dengan sesama manusia sudah selesai, biarlah nanti urusan dia dengan Allah, untuk terus meminta maaf dan ampun.
Dari kejauhan Ibu Bos melihat Catur berjalan agak tergesa kearahnya, dan membawa dua gelas air zam-zam, diberikanya satu ke Ibu Bos, kemudian dia duduk disamping Ibu, mereka berdua meminumnya," maaf ibu, agak lama menunggunya," kata Catur
"Tidak apa, tadi malah saya sempat sholat sunat lagi," kata Ibu
Kali ini ibu tersenyum memandang Catur," kita mungkin belum berjodoh ya," kata Ibu
"Pak Catur orang baik, Dessy lebih pantas mendampingi Pak Catur,"
"Ibu hanya berharap, Pak Catur mau melaksanakan amanah almarhum Bapak yang lain, menjaga perusahaan dengan baik, sepulang umroh nanti saya akan aktif di kantor, dan pak Catur menganggap saya dan anak-anak bukan orang lain," pinta Ibu.
" Insya Allah, bu." Kata Catur
Ibu lega Catur sudah bisa menerima, walau dari sisi perasaan hatinya pun terluka.
Perlahan mereka meninggalkan Ka`bah, untuk kembali ke hotel, para jamaah mulai banyak yang berdatangan untuk sholat malam, Catur memegang tangan Ibu Bos, kali ini Ibu membiarkan Catur memegang tangannya.
Edthirty, 03062019