Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Kado (Episode 14)

16 Mei 2019   10:29 Diperbarui: 16 Mei 2019   11:34 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sudah satu minggu sejak pemakaman bos, kado ulang tahun yang masih terbungkus rapi berteger di pojok kiri meja kerja Catur, dipandangnya kado yang tak pernah tersampaikan kepada sang penerima, sebuah baju muslim, di ambilnya dan di keluarkanya dari goddy bag, kertas kado warna batik pembungsunya terlihat rapi, ada tulisan tangan yang Catur tulis disitu.

Selamat Ulang Tahun Pak Markus Susilo

Semoga Panjang Umur,

Segera diberi kesehatan, dan beraktifitas seperti biasa

Catur

Dilepasnya selotive putih yang menempel di setiap pojok kertas putih tulisan itu, disimpanya di dalam laci kerjanya, di pandangnya lagi kado yang terbungkus kertas batik, ada niatan untuk menyumbangkan ini ke imam masjid yang tidak jauh dari kantor Masjid Al-Ikhlas, perawakan imanya tidak jauh berbeda dengan bos, Catur yakin baju itu pas buat sang imam, ini adalah sumbangan almarhum Markus Susilo untuk sang imam gumam Catur. Dan dia berencana sholat Zuhur nanti akan sholat disana serta memberikan kado ini kepada sang imam.

Suasana kantor setelah kepergian bos agak berbeda, temen-temen kantor masih membicarakan kelanjutan perusahaan ini, sejak bos meninggal tidak ada orderan baru dari perusahaan atau instansi baru, orderan hanya yang sifatnya rutin saja dari perusahaan dan isntansi yang sudah ada selama ini, karena memang tidak ada bagian pemasaran yang jalan, bagian pemasaran di pegang oleh almarhum sendiri, bapak Markus Susilo. Semua transaksi Dita dan Catur yang urus, secera bergantian mereka dan bersama mereka mengatur jalannya perusahaan ini, dan melaporkan ke Ibu bos, sebagai CEO yang baru. Catur dan Dita memang selama ini yang menjalankan kegiatan perusahan dan yang mengatur segalanya, almarhum bapak Markus Susilo sebagai pemasaran dan yang menentukan harga.

Ibu bos katanya baru mau ke kantor setelah masa idahnya habis, berarti masih lima bulan setengah lagi, semua dia percayakan dengan Catur dan Dita.

Catur menarik nafas dalam, di pandangnya keluar dari kaca jendela yang ada di ruangannya, hujan masih mewarnai kota Bogor, sejak dari tadi malam sangat lebat, kemudian gerimis sampai siang ini.

Dita masuk ke ruangan Catur, sambil membawa beberapa berkas, dia tidak duduk di kursi menghadap di depan Catur, tapi duduk di pojokan yang biasa Catur gunakan untuk menerima tamu dari luar atau customer yang berdiskusi masalah design yang dibuat Catur.

"Untuk minggu ini sampai minggu depan cash flow masih bagus." Kata Dita

"Alhamdulillah."

"Sementara untuk pemasaran siapa ya ?" Tanya Dita

"Kalau begini terus, tidak ada peningkatan perusahaan." Lanjutnya

"Apa kita cari tenaga pemsaran, tambahan pegawai ?" Timpal Catur

"Kita diskusikan aja nanti sama ibu." Kata Dita

"Kalau si Ibu kan belum pernah kerja, rasanya habis selesai SMA beberapa bulan langsung kawin sama bos." Kata Dita

"Ia nanti kita kesana, liat situasinya kalau nyaman kita bicarakan ini, kalau kurang nyaman kita laporan cash flow aja dan laporan kegiatan sehari-hari." Lanjut Dita.

"Oh, iya cetakan untuk bagian protokol Pemda Bogor, ada perubahan design sama warna, kemarin saya masukan tagihan dan langsung pulang, dititipin itu dari sana, tadi saya kasih ke staf Catur, nanti di cek saja, mereka minta lima hari sudah selesai sebanyak 50 rim." Kata Dita sambil berjalan keluar ruangan Catur.

Catur mengeluarkan handphone dari saku celananya, dan menilpun Dessy, biasanya dia menilpun Dessy seperti minum obat dua kali satu, pagi setelah sarapan dan lima belas menit menjelang pulang kantor.

"Assalamualaikum."

"Waalaikum Salam."

"Lagi ngapain ?"

"Lagi nerima telpun Catur."

"Sebelum menerima tilpun !!!

"Nunggu pelanggan, dari pagi belum ada yang datang, biasanya kalau jam segini dua atau tiga orang pelanggan yang datang."

"Mungkin karna hujan."

"Ia, mungkin karena hujan."

"Azka ngapin ?"

"Di sebelah sama bibi."

"Tadi pagi dia bilang mau sekolah, mungkin liat-liat di TV, mau ikutan sekolah juga."

"Masukin aja di PAUD." Kata Catur

"Ia, nanti liat sikonnya."

"Des, sore ini nonton yuk."

"Di Botani hari ini Pokemon Detective Pikachu."

"Nanti tanya Azka dulu ya, soalnya Azka belum pernah nonton di bioskop."

"Nanti kabari ya, kalau ngak salah jam 14.15, 17.00, 19.15 dan terakhir jam 21 an, kalau siang ada juga yang jam 12."

"Ia, nanti tanya Azka dulu ya."

"Nanti di kabari, mau apa ngak dia."

"Ya, udah ini ada pelanggan, nanti di kabari ya, Assalamualaikum."

"Waalaikum Salam."

Catur tersenyum, dia memang belum mendapat jawaban "bersedia dan mau" dari Dessy terkait ia menggantikan kedudukan Ayahnya Azka, tapi dari telpun dan pembicaraan yang selama ini, catur berkesimpulan bahwa, Dessy juga mau sama dia, mungkin Dessy tidak ingin terlalu agresif karena dia seorang janda dengan satu anak, sementara Catur masih perjaka tulen. Rasanya dia tidak bertepuk sebelah tangan. Azka juga tidak ada masalah, baik saat mereka bersama-sama berolah raga atau saat Catur main kesana, Catur masih tersenyum sendiri, diruangannya, matanya kembali tertuju ke kado yang ada di atas mejanya, di raihnya kado tersebut, dan bergegas keluar ruangan menuju Masjid Al-Ikhlas.

Edfourteen, 16052019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun