Mohon tunggu...
Misbah Murad
Misbah Murad Mohon Tunggu... O - "Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Akhirnya Isyarat Itu Terjawab ( Episode 11 )

12 Mei 2019   07:11 Diperbarui: 12 Mei 2019   07:15 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pukul tujuh pagi, matahari memancarkan sinarnya siap-siap beraktifitas, sama seperti Catur yang siap-siap menuju tempat kerjanya, wajahnya begitu sumringah, kali ini tidak seperti biasanya, kalau sarapan pagi dia sampai kantor baru pesan dengan Bang Ilos, tapi kali ini dari rumah sudah dia telpun Bang Ilos untuk membelikan sarapan lontong sayur kesukaannya, dan dia minta pakai uang Bang Ilos dulu.

Nanti sesampai di kantor baru di ganti, dan seperti biasa, bang Ilos dapat bagian juga satu porsi. Sebelum berangkat tidak lupa Catur membawa kado buat si bos, karena hari ini hari ulang tahun sibos ke empat puluh satu.

Waktu masih menunjukan pukul tujuh dua puluh dua menit sesampai Catur diruangannya, artinya perjalanan dari rumah ke tempat kerja lebih kurang dua puluh menit saja kalau pagi hari, tapi kalau siangan dikit bisa mencapai empat puluh lima menit karena macet.  Sebelum menuju keruangannya dia bertemu dengan Bang Ilos, di ambilnya uang di dompet sebesar lima puluh ribu dan diserahkan ke Bang Ilos.

Lontong sayur dan teh panas sudah tersedia  di atas mejanya, diletakkanya kado untuk pak bos, di meja kerjanya dan melahap sarapan paginya dengan wajah masih sumringah. 

Diambilnya handphone dia mencoba menghubungi Dessy, nada panggil ada tetapi tidak diangkat, berselang dua menit Catur mencoba lagi menilpun Dessy masih terdengar nada dering tetapi lagi-lagi tidak diangkat.

Catur meletakkan Handphone nya di meja kemudian dia hidupkan komputer, proses komputer hidup masih berlangsung Catur keluar ruangan menuju keruangan Bu Dita.

Dari keterangan staf Bu Dita, disampaikan Dita belum datang. Bersamaan itu handphone di ruangan Catur berbunyi, rupanya Dessy menilpun balik, tetapi tidak ada sahutan dari Catur.

Dessy membuka WhatsApp dan dia tulis di situ.

Assalamualaikum

Maaf, tadi masih di kamar mandi

Ada apa ?

Setelah menulis, kembali Dessy letakkan Handphonenya diatas meja makan, untuk melanjutkan aktivitas rutin seperti biasa, untuk siap-siap membuka butik.

Sementara di kantor Catur mencoba, menghubungi yang sudah datang, untuk mengajak siapa saja nanti ingin ikut ke rumah sakit, untuk menengok bos, syukur kalau bos sudah sadar bisa sekalian mengucapkan selamat ulang tahun ke 41 untuk bos.

Baru selesai Catur mengumpulkan semua, tiba-tiba Bu Dita yang baru masuk kantor dari pintu utama sudah meraung dan menangis, bos sudah ngak ada-bos sudah ngak ada, ini ibu bos baru telpun dari rumah sakit mengabarkan bos sudah meninggal, bu bos beberapa kali telpun Catur tapi tidak diangkat, tadi saya masih di jalan, sudah dekat kantor bu bos nilpun sambal nangis mengabarkan bos sudah meninggal.

Catur bergegas keruangannya melihat handphone, ada dua belas kali panggilan, sebelas diantaranya panggilan dari istri bos dan satu panggilan dari Dessy.

Catur menghubungi handphone ibu bos, utnuk menanyakan kepastian, di peroleh keterangan benar, bos baru saja meninggal dan ini masih diruangan ICU rumah sakit, bu bos juga minta tolong Catur untuk segera ke Rumah Sakit, karena bu bos memang tidak tahu apa yang harus dikerjakan.

Catur, Bu Dita, Kang Ilos, Bang Jack Satpam dan dua orang pegawai kantor lain, staf Catur Bang Tito dan staf Dita Kang Dadang ikut ke Rumah Sakit.

Sesampai di Rumah Sakit mereka langsung menuju ruang ICU, hanya Dita dan Catur yang masuk ke dalam, sementara yang lain menunggu di depan ruang ICU, begitu pintu terbuka, sudah terdengar suara tangis ibu bos, Dita segera menghampiri dan memeluk ibu bos, Catur ikutan berdiri di samping Dita, sementara di tempat tidur, nampak sesosok tubuh yang di tutup kain selimut rumah sakit di sekujur tubuhnya.

"Ibu yang sabar, kasian bapak kalau ibu nangis terus." Hibur Dita

Ibu bos, masih sesegukan, masih di peluknya Dita erat-erat.

"Keluarga di jawa sudah di hubungi, bu ?" Tanya Catur

"Sudah."

"Mereka tidak ada yang bisa datang,"

"Rencana bapak mau dimakamkan dimana ?"

"Pemakaman dekat rumah saja." Kata ibu

"Orang komplek sudah diberi tahu ?" lanjut Catur

"Belum." Kata si Ibu

"Rencana di makamkan jam berapa ?"

"Habis sholat zuhur saja, tidak ada yang di tunggu."

"Minta tolong Catur semua yang uruskan ya." Lanjut si ibu

Selanjutnya Catur berbicara sama Dita, dia minta tolong Dita untuk mengurus administrasi Rumah Sakit dan segala sesuatunya, sementara Catur akan mengarahkan staf yang lain untuk ke rumah bos dan memberitahukan ke ketua RT tempat bos tinggal, Catur sendiri mengurus ambulance yang akan membawa jenazah bos ke rumah, dan menghubungi ustadz yang biasa memandikan dan mengurus pemakaman.

Catur menghubungi ustadz Nurdin yang biasa diminta tolong untuk semua hal, apa saja dia selalu bilang siap dan selalu dikerjakan dengan baik, ustadz Nurdin adalah pemimpin pondok pasantren perkampungan dan memeliki empat puluh delapan santri.

"Assalamualaikum." Kata Catur

"Waalaikum Salam."

"Pak ustadz, mau minta tolong, ini boz saya di kantor barusan meninggal dunia, minta tolong untuk pengurusan jenazahnya, pak ustadz." Kata Catur

" Inalilahiwainailaihirojiun, dimana tempatnya ?"

"Pak ustadz ke kantor saja dulu, nanti di antar orang kantor kerumahnya, kalau bisa bawa bawa dua atau tiga orang santri sekalian pak ustadz." Pinta Catur

"Kain, kapan dan perlengkapan jenazah sudah ada ?"

"Tidak ada, semua apa yang di butuhkan bawa dari pak ustadz saja."

"Oke baik, Assalamualaikum."

"Waalaikum Salam."

Catur kembali menelpun, kali dia melepun Dessy

"Assalamualaikum."

"Waalaikum Salam."

"Des, maaf mau ngasih tahu saja, bos kantor ku, Pak Markus Susilo sekitar jam delapan tadi pagi meninggal."

"Inalilahiwainailaihirojiun, turut berduka." Kata Dessy

"Ia, ngabari itu saja, ini mau membawa jenazah bos ke rumahnya di Komplek Kelapa Muda Permai."

"Assalamualaikum."

"Waalaikum Salam."

Catur kembali keruangan ICU, kali ini jenazah bos sudah berada di keranda, siap-siap untuk di bawa menggunakan mobil ambulance ke rumah duka, Catur meminta Dita dengan supir boz menggunakan mobil bos, sementara Catur dan bu bos, menggunakan mobil ambulance.

Waktu menunjukan pukul 10.17 menit, ambulance yang membawa jenazah bos mulai meninggalkan area rumah sakit menuju rumah bos di komplek Kelapa Muda Permai, suara sirene ambulance meraimaikan suasana bising kota bogor.

Edeleven, 12052019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun