Mohon tunggu...
Misbah
Misbah Mohon Tunggu... Guru - Pribadi

Anak ilmu sosial yang tertarik dengan pertanian

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Penulis ala Wira Nagara

16 Februari 2019   09:14 Diperbarui: 16 Februari 2019   12:13 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Wira Nagara waktu mengisi acara Festival Literasi Gramedia Banyumas

Wira Nagara dikenal sebagai komika diacara Stand-Up Comedy Indonesia (SUCI) 5. Sekarang dia juga dikenal sebagai penulis buku dan pembicara diberbagai acara. Seperti waktu mengisi di Festival Literasi Gramedia Banyumas yang bertempat di Kodim Wijayakusuma Banyumas. Wira bicara tentang dua bukunya yaitu Distilasi Alkena dan Disforia Inersia.

Wira bercerita bahwa setelah gugur di SUCI 5, beberapa hari setelahnya ada 3 penerbit yang menghubunginya buat menulis buku. Diambillah beberapa bab dari tulisannya dulu di blog. Dia mulai menulis blog sejak tahun 2009, waktu itu dikalangan anak muda sedang gandrung menulis blog karena terinspirasi Raditya Dika. Membaca blognya Raditya yang isinya seperti diary tapi terasa keren. Wira mencoba menulis juga tapi merasa tulisannya jelek, namun dia tetap nulis saja, menulis apa yang ingin ditulis. Nah Wira menulis beberapa hal tentang kisah asmaranya waktu masa kuliah di blog.

Penulisan kisah asmara yang membuat tercipta buku pertama, sebab buku pertama berisi tentang kisah laki-laki yang patah hati. Itulah yang dialami Wira waktu masa kuliah. Mau curhat ke teman tapi tidak ada yang mendengarkan, jadi sebagai pelampiasan emosi dia menulis curhatnya di blog. Tidak memikirkan ada yang baca blognya atau tidak, yang penting curhatnya terungkapkan.

Liiterasi sebenarnya tidak asing bagi Wira, sebab di rumah orang tuanya lebih banyak buku daripada mainan, jadi kegiatannya sering baca-baca buku. Mulai dari komik sampai baca lagi buku yang tebal. Setelah banyak baca, Wira punya keinginan untuk menulis buku sendiri, menulis dengan caranya sendiri. Saat masih SMA, caranya menulis dianggap aneh karena bentuknya analogi.

Waktu itu ada tugas Bahasa Indonesia tentang menulis kegiatan akhir semester. Rata-rata temannya menulis persiapan liburan dan kegiatan class meeting. Dia menulis dengan judul "Setitik Hitam di Kertas Buram" berisi persiapan seorang siswa laki-laki untuk menyontek pas ujian. Akhirnya sama guru Bahasa Indonesia disuruh menulis ulang, tapi tulisannya yang tadi masih ada. Dan cara menulisnya yang dulu dianggap aneh, itu adalah cara menulis di bukunya sekarang yang penuh dengan analogi.

Menulis tidak untuk menebak selera, kalau membuat tulisan dan tulisanmu mewakili perasaan banyak orang atau menimbulkan keunikan atau hal baru pasti tulisanmu akan dibaca dan diketemukan, jadi jangan ragu menulis apa yang ada dibenakmu. Seperti halnya tulisan Wira di blog, sebelum dikenal pengunjung blognya paling 5 views sehari, namun setelah dikenal sampai 60.000 views. Prinsipnya simpel aja "seenakmu tapi jangan seenaknya", karena kita hidup dilingkungan yang ada norma jadi tetap jaga jangan seenaknya.

Dalam menulis sebuah buku, Wira tidak ada target untuk selesai kapan. Dia menulis kalau memang ada ide, kalau tidak ada ya sudah. Misal dia pernah ke curug di Baturraden seharian sambil bawa notebook buat nulis, hasilnya... cuma dapat tiga kalimat. Makanya jarak terbit buku pertama dengan buku kedua jauh. Sampai pernah berganti beberapa editor bukunya, sebab lama menunggu selesai tulisannya. Wira bilang ke penerbit bukunya "udah saya ngga usah ditunggu, nanti kalau selesai pasti saya beritahu".

Setiap karya yang sudah dikeluarkan, setiap yang kita share hari ini, itu ada penikmatnya. Seperti video anak kecil, cara memasak, sampai video kucing ada penontonnya. Jadi jangan ragu tulis yang kamu inginkan, karena nanti akan ada orang-orang yang membaca tulisan kita. Kita memang tidak bisa menebak selera setiap pembaca, tapi kita bisa menentukan untuk siapa tulisan yang kita tulis. Seperti kita menulis cara menanam, berarti kita menentukan bahwa pembaca tulisan kita adalah orang yang ingin atau suka menanam.

Jadi, mulailah menulis!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun