Mohon tunggu...
Mirza Zihni Alghiffari
Mirza Zihni Alghiffari Mohon Tunggu... Mahasiswa Universitas Islam Indonesia

Seorang rakyat biasa yang suka mengekspresikan isi hatinya melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengungkap Makna di Balik Sumbu Filosofis Jogja

16 Mei 2025   14:10 Diperbarui: 16 Mei 2025   18:28 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gelar yang tepat apabila Yogyakarta dijuluki sebagai daerah yang istimewa. Baik "istimewa negerinya maupun istimewa orangnya", begitulah kata sang legenda musik Indonesia Endank Soekamti dalam cuplikan lirik lagunya berjudul "Jogja Istimewa". Berbeda dengan daerah lain, daerah ini tidak bisa hanya disebut sebagai kota budaya, tetapi juga sebuah tempat menyimpan segala ruang yang kaya akan segala makna dan filosofis spiritual. Mungkin sebagian tak menyadari bahwa terdapat suatu fenomena yang mungkin tidak ditemukan di daerah lain.

Sumbu filosofis Jogja membentuk suatu garis imajiner yang membentang dari ujung arah utara hingga ujung arah selatan mulai Gunung Merapi, kemudian melewati tugu Golong Gilig yang orang saat ini biasa menyebutnya dengan tugu Jogja, Keraton Kasultanan, Panggung Krapyak hingga Pantai Selatan.

Bukan hanya sebagai objek geografis biasa atau sekedar estetika tata kota saja, tetapi sumbu ini menggambarkan makna tentang hubungan manusia dengan sang pencipta, pelajaran mengenai kehidupan manusia, hubungan dengan alam, dan jalan menuju keseimbangan serta kesempurnaan hidup yang damai lahir dan batin. Sumbu filosofis ini menggambarkan perjalanan manusia mulai kelahiran di dunia hingga kembali ke sang pencipta.

Dalam konteks dimensi spiritual, Gunung Merapi yang berada di ujung utara mencerminkan tempat tinggi yang dianggap lebih dekat dengan sang pencipta dan dimaknai sebagai hubungan vertikalitas dengan manusia dengan Tuhan serta termasuk sebagai simbol asal usul kelahiran, dan kekuatan spiritual.

Setelah datang dari asalnya (Gunung Merapi), terdapat tugu yang menggambarkan simbol titik mulainya kesadaran akan tujuan hidup manusia yang harus dijalankan sebagaimana mestinya.

Setelah manusia mulai sadar akan tujuan hidupnya. Menyusuri jalan ke arah selatan terdapat Keraton yang berada di tengah sumbu yang semata tidak hanya berfungsi sebagai pusat kekuasaan pemerintahan, budaya, atau peradaban saja, tetapi secara konteks dimensi filosofis mencerminkan tempat manusia menjalani kehidupan duniawi yang penuh dengan nilai-nilai luhur, singkatnya Keraton dimaknai sebagai tempat manusia belajar menjaga keseimbangan antara spiritualitas, alam, dan sesama.

Sedikit ke selatan Keraton terdapat suatu bangunan bernama Panggung Krapyak yang secara filosofis dimaknai sebagai tempat untuk merenungi kehidupan sebelum pada akhirnya kembali kepada sang pencipta. 

Setelah menjalani berbagai macam fase kehidupan mulai terlahir di dunia hingga menjalankan kehidupan duniawi, kelak siapapun pada akhirnya manusia akan kembali ke tempat keabadian yang sesungguhnya yaitu kembali kepada sang pencipta yang dalam hal ini disimbolkan dengan Pantai Selatan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun