Gadis itu resah menunggu seseorang. Menunggu sesuatu yang nampaknya sangat spesial. Padahal kakaknya sudah datang dari tadi. Namun diacuhkannya. Si kakak pun pulang sendirian.
Pagi berlalu. Matahari telah meninggi membentuk bayangan tepat di atas kepala. Langit senja menyala di langit biru. Hari sudah mulai gelap. Mentari sudah pulang ke peradaban. Jangkrik dan kodok siap memandu acara malam.
Mendung bersama petir tercipta meniadakan bintang dan bulan. Irama rintik hujan menempis pipinya yang merah. Berkali-kali air langit turun. Semakin resah. Semakin dia memilih menunggu.
"Ayo pulang! Ada kopi susu di rumah. Nanti kita minum bersama".
Kenikmatan yang sulit ditolak. Akhirnya gadis itu pulang juga. Bergandengan bersama sahabatnya dan kakaknya. Ah perempuan. Selalu merasa dekat dengan sahabat perempuannya. Bagaikan saudara katanya.
"Kita nikmati kegundahan bersama. Ini kopi susu kesukaanmu. Ayo diminum selagi panas" , sahabatnya menawarkan.
"Tolong bantu aku ya. Kita hadapi bersama!", kata si gadis penunggu itu.
"Tentu sobat. Kau sudah ku anggap seperti saudara", sahabatnya memberi semangat.
Indah jika dilihat. Sangat indah dirasakan. Kedua gadis itu pun masih berhangat ria. Melancarkan tawa, kenangan, dan alunan nada. Malam membersamai mereka. Suara jangkrik dan kodok jadi penontonnya. Hujan mereda. Bintang bulan menyapa malu-malu. Saling membantu dan bercerita peredam masa kesunyian hati.
Sungguh amatlah senang. Amatlah beruntung. Jika menemukan sahabat yang tepat. Berbagi tawa, sedih, gundah. Sedia diajak diskusi. Menggiring kepada jalan ilahi. Saling membantu & menasihati dalam kebaikan.