Mohon tunggu...
Muhammad Irfan Hilmy Yusuf
Muhammad Irfan Hilmy Yusuf Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Writer @ Alodokter.com. Microbiologist, Penggemar Film dan Serial berkualitas, pembaca buku. Biasa menulis di situs Alodokter.com dan mirfanhy.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Jika Nabi Khidir Hidup di Zaman Sosial Media

25 Agustus 2017   17:04 Diperbarui: 25 Agustus 2017   17:57 3487
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Untuk bersabar dan tidak bersikap reaktif terhadap suatu peristiwa, terutama informasi di sosial media, memang tidak mudah. Sampai sekarang pun kadang-kadang saya sendiri masih suka reaktif. Tapi tidak mudah bukan berarti tidak bisa karena seharusnya seorang muslim bisa berfikir secara objektif terhadap suatu informasi. Toh Alquran surat Al-Hujurat sudah memerintahkan kita agar meneliti kebenaran suatu berita sebagai berikut :

"Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu." (QS. Al Hujurat: 6).
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Tafsir Al Qur'an Al 'Azhim berkata, "Allah Ta'ala memerintahkan untuk melakukan kroscek terhadap berita dari orang fasik. Karena boleh jadi berita yang tersebar adalah berita dusta atau keliru."

Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As Sa'di saat menerangkan ayat di atas, beliau berkata, "Termasuk adab bagi orang yang cerdas yaitu setiap berita yang datang dari orang kafir hendaknya dicek terlebih dahulu, tidak diterima mentah-mentah. Sikap asal-asalan menerima amatlah berbahaya dan dapat menjerumuskan dalam dosa. Jika diterima mentah-mentah, itu sama saja menyamakan dengan berita dari orang yang jujur dan adil. Ini dapat membuat rusaknya jiwa dan harta tanpa jalan yang benar. Gara-gara berita yang asal-asalan diterima akhirnya menjadi penyesalan.

Sumber : https://rumaysho.com/7891-jangan-mudah-menerima-berita-media.html

Apa yang ditampilkan di sosmed dan berita seringkali hanya sebagian kecil dari peristiwa yang sebenarnya, semacam gunung es di laut yang nampaknya kecil ternyata dibawah permukaan air masih ada bagian yang sangat besar (Iceberg phenomenon). Tentunya untuk melihat gambaran besarnya perlu waktu dan kesabaran karena yang namanya informasi juga perlu waktu untuk diperoleh, disusun dan disampaikan dengan baik.

Paling gampang untuk melihat gambaran besar suatu peristiwa adalah dengan melihat 5W 1H nya. Apa, Siapa, Dimana, Kapan, Mengapa dan Bagaimana. Di zaman jurnalisme abal-abal seperti zaman sekarang, terutama di situs-situs yang tidak jelas seperti "KataMereka", "Sewot.com", "MbakPyongyang", dan "IslamJNE" seringkali kerangka 5W 1H nya ini tidak dipenuhi atau ada yang hilang. Seringkali, berita tendensius lebih fokus ke judul dan paragraf pertama dibandingkan dengan paragraf-paragraf berikutnya. Wajar tho, mereka ingin menanamkan suatu mindset dengan cara framing. Perlu diingat juga bahwa penting untuk  mengetahui bagaimana tendensi si media ini terhadap suatu peristiwa, terutama di topik sensitif seperti topik SARA dan politik. Tujuannya agar kita lebih mudah memberikan penilaian terhadap berita ini ditulis dari sudut pandang siapa, karena subjektivitas dalam berita sudah pasti ada. Dengan mengetahui tendensi media, kita lebih mudah menyaring mana berita yang sangat subjektif dan tendensius dan mana berita yang memang bertujuan menyajikan informasi.

Latihan bersabar

Pada akhirnya dizaman sekarang, dalam membaca berita memang lebih banyak dibutuhkan kesabaran. Kesabaran dalam membaca berita yang tendensius, kesabaran dalam membaca berita yang penuh kebohongan, kesabaran membaca berita dari sudut pandang seberang sana dan kesabaran membaca komentar para netizen (yang tidak bersabar) di halaman beritanya. Seringkali justru komentar-komentar netizen (yang tidak bersabar) justru lebih menarik dibanding beritanya, enak buat dibaca sambil makan pop corn hehehehe.

Maka tidak salah, ketika Nabi Khidir di awal, di tengah dan di akhir perjalanannya bersama Nabi Musa AS selalu menyinggung tentang kesabaran. Karena justru dengan bersabar atas suatu peristiwa, lebih bisa menjernihkan kepala, meredam emosi dan membuat pribadi yang lebih objektif dan bijak. Yuk latihan bersabar, da saya juga masih belum bisa sabar sampe segitunya, masih perlu latihan juga hehehehe.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun