Mohon tunggu...
Mira Marsellia
Mira Marsellia Mohon Tunggu... Administrasi - penulis kala senggang dan waktu sedang luang

You could find me at: http://miramarsellia.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Malioboro di Malam Hari

28 Desember 2013   13:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:25 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah lama berselang saya tak ke kota Yogyakarta. Kota yang selalu bikin betah dan selalu genah untuk dikunjungi dan ditelusuri. Saya menyuka banyak hal di Yogya. Suasananya yang tenang, bangunan tua, lampu jalan bersulur lengkung, percakapan pedagang kaki lima dalam bahasa Jawa, makanannya, batiknya. Ah banyak sekali. Saya juga penggemar gudeg. Beberapa hari di Yogya saya tahan pagi siang dan malam makan gudeg lagi gudeg lagi. Tidak ada yang lebih enak dari gudeg yang kita nikmati langsung di kotanya. Saya senang menikmati gudeg yang dijual di lesehan yang berjejer di jalan Wijilan. Telurnya yang mengeras lama dimasak, ayam yang gurih lezat dengan bumbu yang meresap, gudegnya yang berwarna crimson seolah menyerap semua cita rasa masakan yang dibuat alami, kerecek yang gurih pedas dengan cabe rawit. Aduh! betapa semua menuai rindu. Nah minggu lalu sebelum hari Natal di penghujung tahun 2013 ini, saya berkesempatan menginjak kaki lagi di kota Yogya. Senang sekali. Rasanya terngiang lagu Katon Bagaskara yang legendaris, lagu tentang Yogya. Pas sekali rasanya terngiang di telinga saat saya melintas Malioboro, menengok bangunan keraton, melihat pejalan kaki, pemusik jalanan dan membeli bakpia. Malam hari di malam Natal saya menikmati Malioboro menyusur dari ujung ke ujung. Menikmati suasana. Melihat betapa banyak orang berjalan-jalan melintasi Maliboro baik berjalan kaki, menumpang becak, atau naik delman. Mendengar pemusik jalan memainkan lagu riang dengan berbagai alat musik. Meriah sekali. Saya hitung ada tiga grup berada terpisah namun masih berada di ruas jalan Malioboro. Kata pedagang disana, jalan Malioboro ini ramai sekali karena saat ini musim liburan. [caption id="attachment_301702" align="alignnone" width="300" caption="dok pribadi"]

13882132387782634
13882132387782634
[/caption] Hujan gerimis menitik membasahi jalan dan wajah kami yang berjalan kaki. Namun rupanya sekedar hujan tidak mengurangi animo orang berjalan-jalan di Malioboro. Bahkan di Mirota Batik sungguh sesak sampai melangkah memilih barang disana pun sulit. Banyak pula turis asing yang terlihat lalu lalang di jalan. Rupanya Yogya tak pernah kehilangan pamornya. Penjaga toko dan satpam di Mirota Batik pada saat saya kesana di hari malam Natal itu sedang memakai pakaian dengan tema blangkon. Pakaian mereka hitam-hitam dan memakai tutup kepala Jawa yang khas dengan bentuk telur di belakang itu. Di hari lain katanya ada waktu mereka memakai lurik. Pakaian daerah bergaris. Sungguh khas. Lelah berjalan saya duduk di depan toko. Tampak kereta pajangan diduduki dua wanita. Yang satu sedang menangis dan yang satu lagi memeluk dan berusaha menghiburnya. Lama-kelamaan wanita tersebut menghapus air matanya lalu tersenyum pelan. Saya tanpa sadar ikut tersenyum. [caption id="attachment_301701" align="alignnone" width="300" caption="batik. dok pribadi"]
13882131901684745529
13882131901684745529
[/caption] Masuk ke dalam toko di sebuah panggung rendah di tengah ruang, seorang wanita berumur pertengahan dengan rambut diselingi uban dan disanggul sederhana mengenakan kain dan kebaya asyik membatik. Membatik dengan tangan. Sesekali tangannya mencelupkan canting ke malam panas, meniupnya lalu melukiskan pola-pola indah di selembar kain yang membentang pada sebatang kayu. Saya lama menonton ibu tersebut membuat batik tulis. Karya indah milik bangsa Indonesia yang merupakan warisan budaya bangsa kita. [caption id="attachment_301700" align="alignnone" width="500" caption="Malioboro. Dok Pribadi"]
13882130771760352411
13882130771760352411
[/caption] Menyusur Malioboro tak ada kata bosan. Kiranya bila tidak dihentikan oleh pegalnya kaki maka saya akan lama berjalan-jalan disana. Pernah saya berjalan disana bolak-balik hanya karena suka memperhatikan dagangan-dagangan khas sepanjang jalan sampai saya kehilangan hitungan dan kembali ke hotel dengan pinggang dan kaki yang pegal sangat. Hanya Malioboro yang bisa. dimuat juga di blog pribadi: miramarsellia.com

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun