Mohon tunggu...
Muhammad Ali
Muhammad Ali Mohon Tunggu... Lainnya - Berdaulat Atas Diri Sendiri

AKU MENULIS, MAKA AKU ADA

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Socrates Bertanya, Guru Zoom Menjawab

26 November 2024   15:08 Diperbarui: 26 November 2024   15:12 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Koleksi pribadi — Socrates Bertanya, Guru Zoom Menjawab

Di dunia pendidikan modern, kelas daring melalui platform seperti Zoom telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita. Namun, meski teknologi memudahkan kita untuk belajar dari jarak jauh, ada satu hal yang sering hilang—interaksi mendalam yang biasanya tercipta di ruang kelas fisik. Dalam situasi ini, filosofi Socrates, dengan metode tanya jawabnya yang terkenal, bisa memberikan jawaban.

Socrates tidak pernah menggurui murid-muridnya; sebaliknya, ia menggunakan pertanyaan-pertanyaan terbuka untuk menggali pemahaman dan membimbing orang lain menuju pengetahuan. Metode ini, yang dikenal sebagai elenchus atau dialektika, tidak hanya mengajarkan pengetahuan, tetapi juga mengembangkan cara berpikir kritis. Dalam konteks pembelajaran daring, hal ini bisa menjadi cara jitu untuk mengatasi rasa terisolasi dan kehilangan kedalaman dalam diskusi.

Bayangkan, jika dalam kelas daring, guru bukan hanya menyampaikan materi, tetapi juga menggali ide dan perspektif melalui pertanyaan-pertanyaan yang menantang. Alih-alih menyampaikan informasi satu arah, seperti halnya dalam kelas tradisional, pembelajaran daring dapat menjadi ruang kolaboratif di mana siswa merasa diajak berpikir secara aktif, seperti yang dilakukan Socrates ribuan tahun lalu. Maka, di sini lah filsafat pendidikan, khususnya metode tanya jawab yang digunakan oleh Socrates, bisa memberikan perspektif baru yang segar.

Tanpa a-i-u-e-o , mari kita bahas bagaimana metode Socrates bisa menjadi senjata rahasia untuk membuat ruang digital terasa lebih hidup dan penuh makna!

Filsafat Pendidikan Socrates

Socrates, filsuf Yunani kuno, terkenal dengan metode pendidikan yang sangat berbeda dari guru-guru pada zamannya. Alih-alih mengajarkan dengan cara konvensional, ia menggunakan metode tanya jawab atau yang dikenal dengan elenchus untuk membantu murid-muridnya menemukan kebenaran melalui diskusi terbuka. Tujuannya bukan untuk memberikan jawaban langsung, melainkan untuk menggugah murid agar berpikir lebih kritis dan mendalam tentang berbagai isu. Metode Socrates menekankan pentingnya dialog dan refleksi, dengan tujuan akhir untuk memicu pemikiran mandiri.

Metode ini masih sangat relevan dalam konteks pendidikan masa kini, terutama dalam pembelajaran daring. Saat pembelajaran dilakukan di ruang virtual, ada kecenderungan untuk terjadi komunikasi satu arah antara guru dan siswa, di mana siswa lebih banyak mendengarkan dan sedikit terlibat dalam proses belajar. Namun, dengan mengadopsi metode Socrates, guru bisa mengubah dinamika ini, menjadikan siswa lebih aktif dan terlibat dalam diskusi yang mengarah pada pemahaman yang lebih dalam.

Pembelajaran Daring dan Tantangannya

Di era kepemimpinan Prabowo, Indonesia menghadapi berbagai tantangan besar yang menuntut pembaharuan dalam sektor pendidikan dan penguatan kapasitas intelektual generasi muda. Dalam konteks ini, penerapan filosofi Socrates di ruang digital sangat relevan. Pembelajaran daring, jika digabungkan dengan metode tanya jawab Socratic, dapat membantu siswa Indonesia untuk berpikir lebih kritis dan kreatif dalam menghadapi masalah-masalah besar negara, seperti ketahanan pangan dan pembangunan nasional. Dengan mengembangkan sikap reflektif dan kemampuan berpikir independen, generasi muda dapat lebih siap berkontribusi dalam membangun Indonesia yang lebih maju dan berdaya saing di era globalisasi. Pembelajaran yang melibatkan dialog mendalam akan melahirkan pemimpin dan individu yang mampu menghadapi tantangan yang kompleks dengan perspektif yang lebih luas dan matang.

Pembelajaran daring menawarkan banyak kemudahan, seperti fleksibilitas waktu dan tempat. Namun, ada beberapa tantangan yang tidak bisa diabaikan. Salah satunya adalah kurangnya interaksi langsung antara guru dan siswa, yang sering kali membuat suasana kelas terasa kaku dan kurang mendalam. Dalam konteks ini, pembelajaran daring sering kali menjadi lebih tentang "mengikuti alur" daripada benar-benar menggali dan merenungkan materi yang diajarkan.

Selain itu, hambatan teknologi, seperti koneksi internet yang tidak stabil atau keterbatasan perangkat, sering kali mengurangi kualitas pembelajaran. Siswa yang terisolasi di depan layar mungkin merasa tidak terlibat, atau bahkan kehilangan semangat untuk berpartisipasi. Namun, filosofi Socrates dapat menjadi solusi untuk menciptakan ruang digital yang lebih hidup dan interaktif, meskipun tanpa kehadiran fisik di ruang kelas.

Hubungan Antara Filsafat Socrates dan Pembelajaran Daring

Bagaimana metode Socrates bisa diterapkan dalam dunia pembelajaran daring? Jawabannya terletak pada cara guru berinteraksi dengan siswa. Alih-alih hanya menyampaikan materi, guru bisa memanfaatkan pertanyaan terbuka untuk merangsang pemikiran kritis siswa. Misalnya, dalam pelajaran sejarah, guru bisa bertanya, "Apa yang kamu pikirkan tentang keputusan yang diambil oleh pemimpin di masa itu?" atau "Bagaimana keputusan itu memengaruhi kehidupan masyarakat saat ini?" Pertanyaan-pertanyaan semacam ini memotivasi siswa untuk berpikir lebih mendalam dan melihat masalah dari berbagai perspektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun