Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Lingkungan Kerja Toksik: Sabar, Nanti akan Indah pada Waktunya

23 Mei 2021   18:35 Diperbarui: 23 Mei 2021   20:23 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di lingkungan kerja pemerintahan, jenis pekerja dibagi menjadi dua yaitu ASN dan Honorer. ASN atau Aparatur Sipil Negara gajinya jelas bersumber dari anggaran negara sedangkan Pekerja Honorer gajinya bersumber dari anggaran kantor pemerintahan itu sendiri.

Menjadi seorang ASN dan pegawai honorer sama-sama tidak mudah. Para ASN dituntut kerja yang benar-benar profesional apalagi sudah digaji oleh uang rakyat. Jika mereka bekerja tidak sesuai aturan dan tidak sesuai jobnya dan lebih banyak menghabiskan waktu santai daripada bekerjanya jelas akan mendapatkan cibiran ataupun dipandang negatif oleh pekerja lain terutama honorer. Apalagi ASN adalah contoh bagi pekerja honorer dalam bekerja.

Begitu juga dengan pegawai honorer yang juga dituntut untuk kerja yang maksimal. Meskipun gaji mereka tidak sebesar gaji ASN namun karena kedudukan mereka juga membantu pekerjaan ASN jadi urusan profesionalitas biasanya disamakan dengan PNS. Hanya saja yang membedakan adalah pegawai honorer kalau tidak nyaman bekerja bisa berhenti kapan saja dan begitu juga jika lalai dalam bekerja dan beberapa kali mendapat teguran, pegawai honorer bisa dipecat kapan saja oleh pimpinan. 

Berbeda dengan ASN yang apabila tidak nyaman harus tetap bekerja ditempat itu dan jika ingin pindah harus melalui prosedur yang tidak mudah untuk dilakukan kecuali jika diminta mutasi langsung oleh pimpinan daerah.

Meskipun terdapat perbedaan itu namun seharusnya tidak ada perbedaan antara ASN ataupun Honorer. Semua derajatnya sama dalam pekerjaan. Yang membedakan hanyalah status kepegawaian dan gajinya saja. Jika tidak memandang perbedaan itu, lingkungan kerja akan tercipta suasana yang baik dan menyenangkan.

Saya sendiri pernah mengalami bekerja sebagai pegawai honorer selama 10 tahun setelah itu baru diangkat sebagai ASN. Selama bekerja sebagai pegawai honorer di tempat kerja yang pertama, lingkungan kerja lebih ke persaingan antar honorer yang ingin dipandang baik oleh rekan kerja ASN sehingga pekerjaan mereka terpakai. Tapi persaingan itu justru di rasa sehat dan menjadi pemicu bagi pegawai honorer untuk bekerja lebih baik lagi. Apalagi penilaian yang positif menjadi bahan rekomendasi pimpinan jika suatu saat ada pengangkatan pegawai ASN.

Baru di tempat kerja yang kedua saya pernah mengalami lingkungan kerja yang benar-benar toksik sehingga sempat membuat saya depresi, stress dan sering sakit-sakitan. Hal itu dikarenakan saat itu saya sebagai pegawai honorer pindahan dan saat itu ada dua ASN yang ada di kantor saya yaitu kepala kantor dan bendahara. 

Awalnya merasa nyaman karena saya banyak mendapat bimbingan dan mendapat tugas yang tidak pernah saya kerjakan sebelumnya. Namun lama kelamaan setelah pimpinan saya pensiun dan kemudian diambil alih oleh ASN yang satu lagi yang ternyata memiliki emosi dan ego yang tinggi. Apalagi hanya dia satu-satunya ASN di kantor tempat saya bekerja sehingga merasa punya "hak" untuk menjadi pemimpin bagi pegawai honorer.

Karena saya terhitung baru jelas pekerjaan saya mendapat perhatian dan penilaian dari beliau. Namun yang tidak saya duga bahwa beliau orang yang mudah marah jika pegawai honorernya tidak bekerja dengan baik. Intinya adalah sebagai seorang ASN beliau merasa lebih punya kekuasaan dibanding pegawai honorer. 

Hampir semua pegawai pernah kena marah beliau. Hanya ada satu pegawai honorer yang tidak pernah kena amarah bahkan selalu diperlakukan dengan baik itupun karena pegawai itu rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah beliau dan beliau sangat mengenal baik keluarganya.

Bertahun-tahun saya mengalami kekerasan verbal bahkan fisik dari beliau apalagi semenjak saya tahu tentang kinerja beliau yang lebih banyak nyuruhnya dibanding mengerjakan sendiri, yang lebih sering datang siang dan pulang cepat sementara pegawai honorer harus datang lebih pagi dan pulang lebih sore dan masih banyak lagi kesalahan fatal yang beliau lakukan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun