Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Penggunaan Speaker Luar Masjid, Baiknya Lebih Bijak demi Kepentingan Bersama

25 April 2021   15:07 Diperbarui: 25 April 2021   16:12 1335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: dokumentasi TEMPO

Di awal bulan Ramadan ini kembali ramai keluhan beberapa masyarakat di media sosial terkait dengan penggunaan speaker atau Toa Masjid/Mushola yang berlebihan dan terlalu kencang khususnya di saat sahur termasuk di antaranya seorang public figure yaitu Zaskia Adya Mecca lewat cuitannya di media sosial miliknya.

Tahun lalu sebetulnya saya pernah menulis tentang penggunaan speaker mushola yang berlebihan di Kompasiana dilihat dari segi kesehatannya. Namun saat itu harus saya hapus demi keselamatan saya sendiri saking banyaknya tekanan, dianggap takut dan tidak ingin mendengarkan lantunan kitab agama karena saya menulis tentang penggunaan toa di tempat ibadah agama saya.

Namun rupanya suara saya masih sama dengan masyarakat yang lain yang resah dengan penggunaan toa masjid atau mushola yang berlebihan tepatnya di bulan Ramadan. Dan tulisan ini pun sedikit saya ambil dari tulisan di tahun lalu yang sempat dihapus. 

Bagus sebetulnya menggunakan speaker luar masjid karena fungsinya selain untuk adzan shalat juga untuk membangunkan sahur di kala bulan ramadan. namun caranya akan salah jika berlebihan dan mengganggu warga khususnya yang tidak menjalankan ibadah puasa.

Mendengarkan suara dari speaker masjid/mushola sebetulnya sudah saya dengarkan dari saya kecil. Kebetulan rumah saya berada tepat di depan mushola. Hanya lima langkah dari rumah. 

Selama ini saya tidak pernah mempermasalahkannya karena penggunaannya masih dalam batas wajar, hanya sebatas adzan dan pengajian ibu-ibu di hari senin saja. 

Namun di Ramadan tahun lalu penggunaan speaker luar mushola itu buat saya sangat berlebihan karena penggunaan speakear tidak hanya saat adzan namun tadarusan. Dan waktu tadarusannya tidak hanya di sore hari saja selepas ashar sampai menjelang magrib namun yang saya permasalahkan adalah tadarusan setelah shalat tarawih yang dilakukan sampai tengah malam karena malam adalah waktu yang tepat untuk istirahat. Belum lagi ketika sahur, anak-anak itu terus membangunkan sahur dengan suara lancang menggunakan speaker luar.

Untuk warga yang terletak agak jauh dari mushola mungkin tidak masalah dengan keberadaan suara speaker tersebut namun berbeda dengan posisi rumah tempat saya tinggal yang tepat di depan mushola dan posisi speaker luarnya tepat mengarah ke kamar tidur saya. Speaker luarnya pun ditempatkan tepat di atap mushola yang tidak terlalu tinggi dan nyaris sama dengan tinggi atap rumah saya. 

Ketika speaker luar itu digunakan seringkali kaca jendela kamar bergetar saking terlalu kencangnya suara yang keluar dari speaker itu. Ketika menerima atau menelepon pun suara saya nyaris tak terdengar. Tadarusan dari mushola depan rumah saja dengan menggunakan speaker saja masih kencang apalagi jika menggunakan pengeras suara luar. 

Saya pun kemudian mengetes tingkat kebisingan suara speaker tersebut dengan menggunakan aplikasi sound meter di handphone saya. Ternyata tingkat ukuran kebisingan suaranya lebih dari 87 db bahkan jika pengguna speaker itu teriak bisa sampai di atas 100 db. Menurut tingkat kebisingan suara itu termasuk ke dalam kategori sangat bising dan bisa merusak indera pendengaran kita. 

sumber foto: slideshare.net/trianaakbar
sumber foto: slideshare.net/trianaakbar
Dan menurut Kepmen LH No. 48 Tahun 1996, batas kebisingan suara untuk perumahan dan pemukiman itu adalah 55 db dan speaker mushola yang tepat menghadap rumah saya batas kebisingannya dua kali lipat dari batas normalnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun