Mohon tunggu...
Mira Miew
Mira Miew Mohon Tunggu... Administrasi - ASN di Purwakarta yang jatuh hati dengan dunia kepenulisan dan jalan-jalan

Menulis adalah panggilan hati yang Tuhan berikan. Caraku bermanfaat untuk orang banyak adalah melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menikmati Suasana Malam Minggu di Bulan Ramadan dengan Bersepeda

24 April 2021   23:32 Diperbarui: 24 April 2021   23:48 1307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : dokumentasi pribadi

Malam ini sesuai berbuka, tetiba badan meminta untuk keluar sejenak dari suasana kost-an dan lepas sejenak dari status sebagai orang rumahan. Setiap malam sesuai tarawih, badan selalu meminta dipakai untuk rebahan untuk istirahat. Namun di malam minggu ini berbeda.

Yang terbayang adalah makan bakso di kedai teman sambil bertukar cerita dengannya apalagi tawaran untuk mampir ke kedainya beberapa kali belum saya lakukan karena badan belum mau diajak untuk keluar malam. Selain itu ingin sekali saya tahu kehidupan malam minggu di bulan Ramadan, apakah kota dan jalanan sepi atau tetap ramai?

Karena jaraknya tidak terlalu jauh dari kost-an dan kendaraan umum di malam hari jarang ada, kemudian saya keluarkan kendaraan kesayangan saya, sepeda besi ber-merk Federal yang saya namakan "Fedy Purple".

Itung-itung melakukan hobi lama saya yaitu bersepeda.

Sudah sebulan lebih sepeda kesayangan saya itu terparkir di ruang belakang. Namun karena jarang dipakai, ban belakangnya bocor. Untungnya tetangga yang punya bengkel motor dan letaknya tidak jauh dari kost-an bersedia memompa ban sepeda saya padahal saat itu bengkelnya tutup. Nasib baik karena ada yang membantu.

Kemudian saya kayuh sepeda itu ke kedai milik teman. Namun ternyata di kedainya saat itu tidak menjual bakso. Karena tetap ingin makan bakso, saya pun kembali mengayuh sepeda saya, tujuannya ke bakso langganan dari SMP yang selama bulan puasa tetap buka. Karena belum dilengkapi lampu, maka saya pun mengayuh sepeda itu dengan pelan dan penuh kehati-hatian (pelajaran buat yang mau sepedahan malam, lampu sepeda itu wajib ada). Saya menikmati kayuhan itu sehingga akhirnya terpikir kenapa tidak mampir dulu ke pusat kota sambil melihat keindahan lampu-lampu kota di malam hari.  Dan saya pun tiba di pusat kota dengan ciri khas tulisan nama kota saya.

Saya pun mulai memainkan kamera handphone, memotret suasana malam itu. Di pusat kota, banyak petugas dari dinas lalu lintas yang berjaga. Mereka tetap bekerja di malam hari. Salut untuk mereka. Selama perjalanan pun saya melihat bahwa situasi malam di saat pandemi sama saja, situasinya ramai. Tempat makan dan minum tetap menjadi pilihan favorit masyarakat. Berkerumun juga meski bedanya di masa pandemi ini banyak yang menggunakan masker.  

Selama perjalanan malam dengan bersepeda saya juga banyak bertemu dengan mereka para pejuang rupiah yang istirahat di pinggir jalan sambil membawa karung hasil dari yang mereka dapat di jalanan. Bulan Ramadan tidak menyurutkan mereka untuk membawa diri dan langkahnya mencari rejeki untuk keluarga.  Bagaimanapun berjuang mencari nafkah semaksimal mungkin menjadi pilihan yang harus dilakukan apalagi untuk mereka yang terkena dampak kesulitan ekonomi. Salut untuk mereka yang terus berjuang untuk keluarganya.

Kemudian perjalanan saya lanjutkan ke tukang bakso melewati taman air mancur yang terkenal di kota saya. Suasana sekitar taman sangat sepi padahal biasanya di malam minggu sebelum pandemi, lokasi itu sangat ramai oleh masyarakat. Di lokasi itu saya mengayuh pedal sepeda saya dengan kecepatan agak tinggi karena sepi dan lumayan was-was. Sampai di tukang bakso langganan, niat ingin makan di lokasi saya urungkan. Baksonya saya bungkus untuk dimakan di kost-an. 

Foto : dokumentasi pribadi
Foto : dokumentasi pribadi
Dari tukang bakso langganan dengan tujuan pulang ke kost-an. Namun di tengah jalan, saya berubah pikiran kembali. Niat awal kan ingin keluar menikmati waktu di kedai teman. Saya pun kemudian mengayuh sepeda saya menuju kedai milik teman. 

Saya sangat suka dengan suasana kedai yang dikelola oleh teman saya tersebut dengan banyak both-both makanan yang dikelola anak muda. Apalagi di kedainya teman ini terdapat rak buku sehingga pengunjung bisa sambil membaca buku di kedai itu. Maklum teman saya adalah salah satu penggiat literasi dan sastra sehingga terdapat rak buku dan kegiatan literasi sering kali diadakan di kedai itu. Ditambah cuaca cerah di malam hari dan suasana kedai yang mendukung, tanpa sadar waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Hampir dua jam saya di kedai meski hanya menikmati kentang goreng dan minuman cokelat. Waktu tak terasa karena banyak cerita di malam itu. Jam sepuluh malam saatnya saya kembali pulang ke kost-an.

Foto : dokumentasi pribadi
Foto : dokumentasi pribadi
Kembali pulang ke kost-an menjadi tantangan untuk saya yang mengayuh sepeda di malam itu. Jalanan yang sepi membuat jalanan serasa seperti sirkuit balapan. Banyak pengendara sepeda motor mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi. Mau menyebrang saja sulit dan takut. Setiap akan menyebrang, suara klakson motor beberapa kali dibunyikan dan tanpa memberi kesempatan kepada pengguna jalan yang lain untuk menyebrang. 

Saya sampai butuh bantuan tukang parkir biar bisa menyebrang jalan. Kemudian saya mengayuh sepeda dengan posisi bersepeda di paling pinggir jalan namun tetap saja meskipun posisi bersepada kita sudah tepat, tak berhentinya suara klakson kendaraan itu dibunyikan dan membuat saya beberapa kali harus menepi dan memberi kesempatan kepada mereka pemilik kendaraan lain. Yang harusnya butuh 5 menit dari kedai teman ke kost-an namun harus ditempuh sekitar 15 menit itu belum termasuk waktu dimana saya harus menyebrang dan menunggu jalanan sepi.

Foto : dokumentasi pribadi
Foto : dokumentasi pribadi
Asyik memang mengayuh sepeda di malam hari apalagi ketika udara lebih segar dari biasanya. Namun kita harus siap dengan suara klakson dari kendaraan lain yang belum sepenuhnya bisa menerima keberadaan sepeda sebagai bagian dari alat transportasi. Harus siap pula dengan jalanan malam yang lebih mirip sirkuit bagi mereka yang haus akan membawa kendaraan dengan kecepatan tinggi.

Meskipun situasi jalanan malam seperti itu, tidak ada rasa kapok untuk bersepeda di malam hari bahkan inginnya seperti ketika aktif bersepeda beberapa tahun kebelakang bisa bersepeda malam hari menyusuri hutan bersama kawan-kawan. Namun tidak mungkin bisa dilakukan sekarang-sekarang karena jenis sepeda yang saya miliki lebih ke untuk bersepeda di jalan raya bukan di trek-trek berat.

Tips buat yang mau bersepeda di malam hari, jangan lupa aksesoris penerangan itu wajib. Tetap pakai helm dan gunakan sarung tangan. Kalau bisa juga jangan bersepeda sendirian apalagi jika bersepeda melewati tempat yang sepi.

Salam sehat bersepeda. Selamat berpuasa juga bagi teman-teman yang menjalankan ibadah puasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun