Mohon tunggu...
Mira Djajadiredja
Mira Djajadiredja Mohon Tunggu... Guru - this life is not eternal, but the next will last forever

Ibu rumah tangga yang berprofesi guru, punya hobi menulis dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Baby Blues, Ternyata Tidak Hanya Melanda Para Ibu

8 September 2019   15:08 Diperbarui: 8 September 2019   15:20 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Belakangan ini kita dikejutkan oleh berita seorang ibu yang membunuh bayinya sendiri. Kabarnya ia mendapat bisikan untuk melakukan hal itu. Bisikan dari mana, tentu banyak silang pendapat. Tapi pendapat para ahli mengatakan kalau bisikan itu sebetulnya berasal dari pemikiran si ibu sendiri yang dilanda postpartum depression atau biasa dikenal dengan istilah baby blues.

Namun, tahukah Anda bahwa tidak hanya ibu yang bisa dilanda baby blues ini? Ya, para ayah pun ternyata bisa mengalami kondisi kejiwaan yang tidak stabil pada masa-masa kehadiran buah hati ini. Sebuah penelitian di Amerika Serikat pada tahun 2014 menemukan bahwa depresi di kalangan para ayah meningkat sebesar 68 persen selama lima tahun pertama kehidupan anak. Menurut Will Courtenay, PhD, LCSW, seorang psikolog yang menangani masalah-masalah pria dan juga pendiri website SadDaddy.com, satu dari empat ayah di Amerika Serikat mengalami depresi ini.

Mengapa seorang ayah dilanda depresi pasca-melahirkan? Beberapa hal bisa menjadi penyebabnya. Hal yang sering ditemukan adalah karena perubahan hormon. Ternyata para ayah pun mengalami perubahan hormon selama masa kehamilan istrinya, yang berlanjut hingga sang istri melahirkan. Perubahan hormon ini bisa menyebabkan kurang tidur, yang jika dibiarkan akan menjadi tekanan batin. Selain itu penyebab yang mungkin adalah hubungan yang kurang harmonis dengan istri, kekhawatiran tidak mampu menyediakan biaya yang cukup dengan kehadiran anggota keluarga baru, serta bayi yang sakit-sakitan atau prematur.

Sayangnya, depresi pasca-melahirkan pada pria ini seringkali dianggap tidak ada atau diabaikan. Penyebab terbesarnya adalah stigma yang terlanjur melekat bahwa seorang pria harus kuat dan tangguh, sementara keadaan depresi terlihat sebagai sebuah kelemahan. Jangankan menemui dokter dan meminta pertolongan, penderita sendiri pun seringkali tidak mau mengakui kalau mereka merasa tertekan dengan kehadiran bayinya.

Lalu apa yang harus dilakukan pasangan yang sama-sama mengalami depresi pasca-melahirkan ini? Beberapa hal berikut bisa dilakukan:

  • Lakukan pencegahan jauh-jauh hari. Saling mendekatkan diri dan bersikap terbuka dengan pasangan bisa menjadi langkah pertama. Istri harus mau menceritakan kesulitan dan kekhawatirannya pada suami, begitu pula sebaliknya.
  • Selanjutnya keduanya harus saling berprasangka baik, dan tidak meremehkan keluhan pasangannya. Atmosfer positif harus selalu dijaga dalam hubungan suami-istri.
  • Peran pihak ketiga yang dipercaya akan sangat membantu dalam hal ini. Bisa berupa orang tua kandung, dokter atau ulama yang dapat memberikan bimbingan kepada pasangan muda. Pihak ketiga ini akan menjadi support system yang akan menyangga pasangan orang tua baru menghadapi kelahiran bayinya.
  • Menambah pengetahuan mengenai seluk-beluk kehamilan, kelahiran dan perawatan bayi. Sesuatu yang tidak kita ketahui cenderung menjadi sumber ketakutan dan kekhawatiran, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya tentang bayi.
  • Jika merasa memiliki kecemasan akan kehadiran bayi, jangan ragu atau malu untuk berkonsultasi dengan orang yang dipercaya. Jangan tunggu sampai kecemasan berkembang menjadi depresi.

Hal yang terpenting untuk disadari adalah bahwa kelahiran anak merupakan anugerah dari Allah SWT, selain amanah yang harus dijaga. Orang tua kita dahulu mengatakan kalau anak membawa rezekinya masing-masing, sehingga kewajiban ayah dan ibu hanyalah berusaha sesuai kemampuan. Meskipun terdengar seperti nasihat kuno, tapi sebenarnya agama pun mengatakan demikian. Setiap orang dilahirkan dengan ketetapan rizkinya masing-masing, sehingga kita tidak perlu khawatir kekurangan.

Nah, jadi jika Anda adalah ayah yang sedang menanti kelahiran putra tercinta, tersenyumlah. Allah tidak akan membebani kita di luar kesanggupan kita, jadi setiap ibu dan ayah pasti sudah punya kemampuan untuk mengurus, merawat dan membesarkan anak-anaknya. Berbahagialah, para ayah, karena ayah yang bahagia akan menularkan kebahagiaan pada istrinya, dan membesarkan anak-anak yang bahagia pula.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun