Mohon tunggu...
Miracle Sitompul
Miracle Sitompul Mohon Tunggu... Freelancer - Dokter Gigi Muda

Sedang menjalani koas di Rumah Sakit Kesehatan Gigi dan Mulut Universitas Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gigi Tidak Putih, Apakah Sebuah Masalah?

8 Juli 2022   09:41 Diperbarui: 8 Juli 2022   13:40 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: istockphoto



Pernahkan anda merasa bahwa gigi anda tidak putih? Jika iya, maka jawaban anda sama dengan 85% siswa kelas 5 SD di Kecamatan Kramat Jati.

Pada bulan Juni 2022, kami, mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia yang bekerja sama dengan Puskesmas Kecamatan Kramat Jati melakukan survey untuk melihat masalah kesehatan gigi dan mulut di Kecamatan Kramat Jati. Sebanyak 124 responden yang merupakan siswa kelas 5 SDN 01 dan SDN 07 mengikuti survey ini dan 105 di antaranya mengaku merasa giginya tidak putih.

Pada survey mengenai persepsi kesehatan gigi dan mulut yang kami sebarkan, hasil menunjukkan bahwa gigi tidak putih merupakan masalah yang terbesar, diikuti dengan pernah sariawan, dan merasa memilki bau mulut. Responden adalah siswa kelas 5 SD dengan umur 12 tahun yang termasuk kelompok umur remaja. 

Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa di mana penampilan menjadi penting karena hal tersebut adalah salah satu faktor utama self-esteem yang mulai terbentuk dan cenderung menetap hingga usia dewasa. Oleh karenanya, kami membuat program berupa edukasi terkait masalah gigi tidak putih kepada siswa SDN 01 Kramat Jati.

Penyuluhan diawali dengan meminta peserta memilih mana gambaran gigi yang sehat di antara dua foto yang ditampilan pada slide. 

Foto 1 menunjukkan gambaran gigi dengan warna putih sekali seperti kapas.

Foto 2 menunjukkan gambaran gigi dengan warna putih kekuningan. Kira-kira menurut pembaca, jawabannya yang foto 1 atau 2? Jawabannya adalah foto 2. Gigi normal tidak berwarna sangat putih, melainkan putih kekuningan. Nah, ternyata, mayoritas peserta memilih foto 1. Hanya 32% peserta yang menjawab foto 2. 

Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa persepsi peserta mengenai warna gigi yang normal belum tepat. Banyak yang beranggapan bahwa warna gigi mereka merupakan sebuah masalah, padahal warna tersebut masih merupakan kondisi normal.

Warna gigi dipengaruhi oleh kombinasi faktor instrinsik dan kehadiran faktor ekstrinsik yang dapat membentuk stains (perubahan warna) pada permukaan gigi. Faktor instrinsik ditentukan dari bagaimana cahaya dihamburkan dan diserap, baik pada permukaan dan di dalam struktur gigi.

Email adalah struktur terluar dari gigi yang  bersifat translusen, sehingga warna gigi sangat dipengaruhi oleh lapisan di bawah email, yaitu dentin yang berwarna kekuningan. Sedangkan, faktor ekstrinsik dapat disebabkan oleh teknik menyikat gigi yang buruk, konsumsi tembakau, konsumsi makanan dan minuman yang berwarna, usia, serta penggunaan chlorhexidine.

Setelah edukasi mengenai warna gigi yang normal serta faktor yang mempengaruhi warna gigi, penyuluhan dilanjutkan untuk mengedukasi peserta mengenai cara mencegah perubahan warna pada gigi, meliputi; mengurangi kebiasaan minum teh/kopi/minuman berwarna; menyikat gigi rutin 2x sehari dengan teknik yang benar; meningkatkan konsumsi air putih; dan kontrol ke dokter gigi 6 bulan sekali.

Selanjutnya, kami membagikan pasta gigi pemutih kepada seluruh peserta sebagai produk yang dapat digunakan untuk mengurangi perubahan warna pada gigi. Pasta gigi pemutih mengandung bahan abrasif yang berfungsi untuk menghilangkan stain ekstrinsik  yang telah terbentuk serta menghindari reformasi stain gigi. Penelitian yang dilakukan oleh Agustanti dkk. tahun 2017 menunjukkan bahwa pasta gigi pemutih rata-rata 3x lebih efektif dalam menghilangkan staining pada gigi dibandingkan pasta gigi biasa (non-pemutih).

Selain penggunaan produk pasta gigi pemutih, teknik sikat gigi juga harus diperhatikan. Oleh karena itu, kami meminta salah satu dari peserta untuk maju kedepan kelas dan mendemonstrasikan cara ia menyikat gigi. Setelah peserta selesai mendemonstrasikan, kemudian kami memperagakan bagaimana cara menyikat gigi yang benar dan meminta satu peserta yang lain untuk mengulangi apa yang telah kami peragakan untuk memastikan apakah peserta sudah mengerti atau belum.

Program penyuluhan ini berlangsung dengan baik, peserta terlihat antusias, dan mereka merasa puas. Kepuasan peserta ditunjukkan dari hasil survey di mana persepsi peserta setelah pemaparan program melebihi ekspektasi awal mereka (sebelum program dilakukan). Melalui program ini, kami berharap dapat menaikkan awareness peserta sehingga mereka bisa menerapkan kebiasaan-kebiasaan untuk meningkatkan serta mempertahankan kesehatan gigi dan mulut.

Referensi:

Joiner, A., & Luo, W. (2017). Tooth colour and whiteness: A review. Journal of dentistry, 67S, S3--S10. 

 Kansal, Sheenam & Jindal, Lucky & Garg, Kriti & Thakur, Kalpna & Mehta, Silky & Pachori, Himangi. (2020). Discoloration of Teeth: A Literature Review. 

 Agustanti, A & Ramadhani, Siti & Adiatman, Melissa & Rahardjo, Anton & Callea, Michele & Yavuz, Izzet & Maharani, Diah. (2017). Efficacy test of a toothpaste in reducing extrinsic dental stain. Journal of Physics: Conference Series. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun