Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal Awaludien
Muhammad Iqbal Awaludien Mohon Tunggu... Penulis - Penulis konten suka-suka!

Berbagi informasi dan gagasan. Tergila-gila pada sastra, bola, dan sinema. Email: iqbalawalproject@gmail.com Blog: https://penyisirkata.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ide Menulis Mandeg, Webseries, dan Perkenalan Pertama dengan Teknologi 4G

30 Juni 2016   07:10 Diperbarui: 30 Juni 2016   11:07 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Tukang Gambar (@jefriadityavidi)

Saya termasuk yang kurang peduli terhadap perkembangan teknologi, terutama teknolgi digital. Karena hal itu, rekan-rekan kerja sering kali nyinyir “Lu itu orang digital, tapi gak digital banget” atau yang lebih pedas “Jadi orang kok kuno, out to date, gak ngikutn perkembangan, eksis dong bro”

Tapi semua nyinyiran itu, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Sedikit pun saya tak pernah merasa tersinggung bahkan berterima kasih karena mereka masih memerhatikan saya. Dalam prinsip saya, perhatian berarti peduli!

Lalu kembalilah dalam kebiasaan sebelum kerja. Tenggelam dengan khusyuk, membaca koran cetak, berita-berita politik terbaru dan infotaintment paling hangat, memantau advertorial yang bagus untuk inspirasi, mencari review produk, feature-feature traveling dan gaya hidup. Semua itu penting dilakukan, setidaknya dalam keyakinan saya dan latar belakang pekerjaan saya.

Tapi hal itu jelas berbeda dengan teman-teman saya, “Masih zaman bro baca koran cetak, ribet idup lo” itu kata mereka. Sekali lagi saya tak peduli dengan mereka karena membaca koran cetak, buat saya memberikan sensasi kenikmatan tersendiri, tinimbang membaca versi digital. Ada semacam wangi kertas, bau itu menyergap ke hidung,  masuk ke pembuluh darah sampai ke otak dan memacu adrenalin saya untuk terus membaca dan membaca …

Itu tak bisa tergantikan oleh layar desktop atau mobile yang beraroma tawar. Sekali lagi, itu menurut saya.  Meski begitu, di antara nyinyiran mereka, ada juga yang saya rasa sangat bermanfaat karena berisi “kebenaran”.

Begini kira-kira ceritanya.  

Suatu ketika saya dikejar deadline menulis 10 advertorial yang harus selesai hari itu juga. Saya merasa frustasi, sebab waktu sudah berjalan setengah jalan, tapi hitungan review yang sudah saya selesaikan baru sampai di angka 2.

Kemudian salah satu teman menepuk pundak. Sedikit kaget juga, tak biasanya ada yang menghampiri saat on duty.  Konsentrasi saya pun pecah. Ia bilang, tergerak datang karena melihat muka saya yang kusut dan terus menerus menepuk jidat. Itu pasti, katanya, ada yang “gak beres.”

Ya, saya pun ceritakan apa yang jadi masalahnya. Secara garis besar saya sangat kesulitan mereview produk-produk teknologi, semacam gadget seperti sekarang yang sedang tren. Maklum, sepanjang karier sebagai ‘penulis advertorial’ saya lebih banyak menghabiskan waktu dengan menulis produk perbankan dan otomotif. Jadi bisa dibilang, menulis tentang gadget merupakan sesuatu yang baru buat saya.

Tapi yang namanya kerja, ya, saya harus siap menjalankan tugas apapun. Dan celakanya, dari 10 advertorial yang harus saya tulis itu, empat di antaranya adalah tentang gadget. Mati dong saya, jelas itu!

Lalu dengan bijak dan menohoknya, rekan kerja saya itu berkata, “Bro meski lo kurang digital dan kuno coba deh metode baru dalam mencari inspirasi”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun