Mohon tunggu...
Paijo Panduprodjo
Paijo Panduprodjo Mohon Tunggu... Konsultan - jangan bosan untuk berbuat baik

Pernah mengajar di Universitas Jember, pernah menjadi konsultan Proyek SEQIP (Science Education Quality Improvement Project) dan DAPS (Disaster Awareness in Primary School). Peduli pada pengembangan IPA melalui pembelajaran yang berbasis pada fakta dan konsep serta tidak berdasarkan pada hafalan semata. Metode pembelajaran IPA yang berbasis pada NGAJARI dan bukan NGABARI akan lebih membuat anak-anak kita menjadi cerdas dan lebih dekat dengan Tuhan karena dalam setiap pembelajaran IPA konsep apapun selalu bisa menyertakan keagungan Tuhan dalam setiap penyampaiannya.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Polutan, Riwayatmu Dulu dan Kini

23 Desember 2012   03:16 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:10 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Masalah lingkungan  sekarang menjadi masalah serius bagi siapapun yang hidup di dunia. Betapa tidak kita hampir tidak bisa lagi menemukan daerah yang betul-betul terbebas dari masalah lingkungan. Apabila ditemukanpun dalam waktu singkat segera daerah itu juga akan memiliki masalah dengan kualitas ingkungan. Daya dukung lingkungan yang semakin rendah membuat masyarakat bukannya peduli terhadap lingkungan namun malah semakin giat mengekploitasi lingkungan untuk menunjang kehidupannya.  Biang kerok dari semua ini tidak lain adalah polutan.

Polutan selalu diidentikan dengan bahan kimia. Itulah sebabnya banyak produk-produk yang mencantumkan pada labelnya tanpa bahan kimia agar dianggap ramah lingkungan, sebuah ungkapan yang salah namun sudah menjadi social language. Ada lagi ungkapan baru yaitu organik, semua produk pertanian sekarang dilabeli produk pertanian organik mulai dari beras, palawija, buah-buahan dan lain-lain. Sebenarnya semua yang kita hadapi (kita hirup, makan, sentuh) adalah bahan kimia. Bahan kimia dibagi menjadi 2, yaitu B3 (Bahan Beracun Berbahaya) dan B4 (Bukan Bahan Beracun dan Berbahaya). Bahan yang berbahaya adalah bahan yang bila masuk ke dalam tubuh dapat menimbulkan gangguan kesehatan, atau karena sifatnya bisa berbahaya bagi manusia. Bahan B3 meliputi bahan organik dan anorganik sehingga sangat salah apabila menggolongkan bahan organik adalah yang aman sedangkan anorganik adalah yang berbahaya. VOC, PCB, PAN adalah contoh bahan organik yang berpotensi jadi polutan sedangkan NaCl (sering disebut sebagai garam dapur) adalah  contoh bahan anorganik yang tidak berbahaya dan tidak beracun. Dengan demikian menilai bahan kimia secara keseluruhan berbahaya adalah tidak tepat dan perlu diubah.

Pada 30 tahun silam, sebenarnya sudah banyak juga polutan yang keluar ke lingkungan namun tanggapan masyarakat belum seheboh sekarang. Hal ini disebabkan oleh karena adanya kemampuan alam dan lingkungan yang mampu meminimalisir dampak melalui siklus yang dimilikinya. Hujan  siklus untuk memperbaiki kualitas air namun sekarang yang turun adalah hujan asam yang berbahaya bagi lingkungan, pelapukan atau dekomposisi adalah siklus untuk memperbaiki kualitas tanah namun yang terjadi adalah sampah sekarang tidak bisa lagi didekomposisi dalam waktu singkat bahkan ada yang tidak dapat didekomposisi oleh bakteri tanah. Sekarang polutan menjadi monster baru yang menjadi momok bagi masyarakat. Sehingga sejak konsep produksi bersih dilaunching tahun 1994 an diupayakan agar polutan dicegah sebisa mungkin untuk tidak keluar ke lingkungan (Pollution Prevention). Hal ini disebabkan karena polutan yang sudah keluar tidak akan bisa lagi dihilangkan kecuali hanya diisolasi saja, sehingga langkah penanganannya juga berbeda yaitu melalui pollutant control. Pencemaran yang diakibatkan oleh polutan sebenarnya berkait dengan jumlah, sehingga ukuran pencemaran berkaitan dengan kandungan zat kimia yang berbahaya dan beracun berbasis pada jumlah misalnya NAB dan KTD. Artinya, sekarang semakin banyak polutan yang terlepas baik sengaja maupun tidak ke lingkungan dan merusak ekosistem lingkungan kita.

Kita harus mencari cara agar polutan yang sudah terlepas ke lingkungan dapat kita peroleh kembali dan di rekayasa untuk dapat dimanfatkan kembali (recycle and reused). Misalnya, sekarang sedang giat dikumandangkan GREEN CHEMISTRY, kita harus berpartisipasi aktif  dengan apa yang kita punya dan apa yang kita bisa. Hasil dari proses fitoremidiasi menghasilkan tanaman yang sudah mengakumulasi logam berat, kemudian logam tersebut kita upayakan untuk dapat diperoleh kembali melalui metode-metode yang mudah dan sederhana sehingga murah. Mahasiswa khususnya jurusan kimia sebaiknya berupaya mendapatkan metode untuk mendapatkan kembali logam-logam dalam bioakumulator agar tidak menimbulkan masalah lagi di lingkungan. Mari kita berbuat sekarang, karena bila besok berarti sudah terlambat. Mulai dari yang dekat, mulai dari yang kita bisa...Kita wariskan lingkungan yang sehat  untuk anak cucu kita...sisakan langit biru untuk mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun