Tentang setiap malam yang kusempatkan
Punggungku untuk tulang pohon yang roboh
Aku bisa saja tidak akan berhenti mengulangi
Aliran tertawa di lekuk baju yang kulipat paksa
Sementara nyanyianku berujung pada nada,
"Kapan aku bisa pulang?"
Maukah kau bosan dengan rumput dan teh?
Diam-diam bergunjing tentang tangan kirimu,
"Bagaimana ia bisa bertahan menahan sakit telapak tangannya yang hanya berjarikan lima?"
Kabar gembira dariku, sampaikan pada mereka
5 jari tangan kananku masih utuh
Kain-kain lembut pakaian yang kujemur,
Gagang kayu sapu yang kupegang,
Mereka selalu menyerah dengan kegigihanku
Kita bisa balas dendam
Kita akan melakukannya nanti, pasti, aku yakin
Bibirmu dan punyaku akan menjajahi teh hangat
Mataku dan punyamu akan membabat rumput lebat
Sisanya hanya tangan kiri utuhmu,
Tangan kanan utuhku,
Sebagai lambang merdeka
Untuk kita berdua
Seperti apa rumah kita berdua nanti?
Aku ingin punya halaman untuk merawat tetumbuhan
Aku ingin memaafkan rumput-rumput
Yang kejam telah membuatmu tertekan
Atau kita bisa duduk saja di kursi teras
Dengan diam dan mulut tertutup
Menikmati setiap momen
Persis, sebagaimana kita menikmati masa lalu
Menunggu masa itu
18/3/23
23:51