Mohon tunggu...
Min Adadiyah
Min Adadiyah Mohon Tunggu... Ahli Gizi - nakes ahli gizi, pembelajar manajemen abadi

Penata Impian (karena yakin Sang Maha selalu realisasikan impian kita)

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Menulis Bisa Menjadi Latihan Kejujuran

7 Januari 2021   08:34 Diperbarui: 7 Januari 2021   08:39 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saya agak lupa sejak kapan saya memiliki kebiasaaan menulis. Yang saya ingat, saya merasa bahwa menjadi penulis itu keren. Mungkin ada campur tangan dari bapak saya yang mengajari saya mengetik 10 jari saat saya masih SMP. Bapak melatih saya agar saya menempatkan jari-jari saya sesuai yang diajarkan di buku pelajaran mengetik. Saat itu, karena belum ada mesin ketik di rumah, bapak meminta saya pura-pura mengetik di kertas yang ditulisi angka dan huruf  semirip mungkin dengan yang ada di papan ketik. Beberapa tahun kemudian saat saya sudah mulai kuliah, bapak membelikan mesin ketik baru. Dan mesin ketik itu pula yang saya pakai ketika saya mengikuti lomba menulis cerpen  di sebuah majalah. Saya memenangi juara harapan saat itu.  

Keren ya bapak saya? 

Selanjutnya saya juga lupa mengenai kapan saya memiliki kebiasaan menulis di buku, semacam buku harian. Tapi saya ingat saya pernah diberi bapak saya buku agenda yang sudah lewat tahun dan di situ saya menulis sedikit-sedikit tentang apa yang saya alami dalam keseharian. Termasuk ketika pertama kalinya saya merasa teman saya tampak menarik perhatian bagi saya..hehe..

Lalu, saya juga menemukan catatan pada saat saya mulai merasakan ada janin yang bertumbuh di rahim saya. Saya mengajak ngobrol bayi saya dengan menuliskannya di sebuah buku jurnal kecil. Mengajari nya mengeja huruf hijaiyah saat usianya belum genap 1 bulan di kandungan. dst. Berikutnya, saya menemukan buku-buku harian saya semakin "menggila". Isinya semakin beragam dan sebagiannya adalah impian-impian saya. Kalau saya baca ulang tulisan-tulisan tersebut saat ini, saya merasa bahwa impian itu ada yang sangat tidak mungkin dicapai dengan sumber daya yang ada saat itu. Tapi nyatanya, sebagian besar dikabulkan oleh Allah SWT. Maka, ketika saya bergabung di kompasiana, saya mendeskripsikan diri sebagai penata impian. Sebab rasa-rasanya saya harus jujur bahwa sebagian besar yang saya peroleh saat ini adalah impian saya di masa lalu. 

Dan kini, saya sedang merasa bahwa menulis itu bisa menjadi sarana melatih kejujuran saya. Saya bebas mengeluarkan pendapat saya dengan menulis. Saat mengalami kejenuhan, menulis bisa menjadi relaksasi dan bahkan menjadi rekam jejak diri. Apa yang tidak mungkin dikomunikasikan secara lisan bisa diuraikan dalam tulisan. Apapun bentuknya. Dan orisinalitas itu menjadikan pribadi kita memperoleh sarana pelepasan. Tak harus peduli apa pendapat orang lain karena orang lain belum tentu sejalan dengan apa yang kita mau. 

Ini tentu berbeda dengan tulisan yang dipublikasikan. Jika tulisan itu dipublikasikan, bisa jadi ada orang lain yang memiliki pemikiran serupa akan turut berkomentar. Dalam situasi yang lebih baik, kejujuran yang kita tulis bisa jadi menjadi inspirasi bagi yang lain. 

Menulis membuat saya tetap berada dalam koridor sehat dan produktif. Sesederhana apapun tulisan yang saya buat.  Dan menulis juga melatih kejujuran saya yang ketika bahkan tidak ada bahan yang menarik untuk orang lain, menjadi menarik untuk dibaca kembali bagi diri sendiri. 

Di Kompasiana, saya belajar banyak dari penulis-penulis lain. Membaca tulisan-tulisan  dari para penulis lain juga membuka cakrawala pikir saya. Saya melihat kejujuran bertebaran dan memberikan kemanfaatan. Semoga semakin banyak orang yang berani jujur pada diri sendiri. Sehingga secara mental, akan membantu untuk tetap sehat. Tak semua bisa dikomunikasikan secara lisan, tapi menulis memungkinkan untuk itu. 

Semoga manfaat. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun