Acara tersebut terselenggara atas kerjasama Humas Polri, Kapolda DIY, Komnas PA, Sesditjen Aplikasi dan Informasi  kemenkominfo. Dihadiri oleh banyak pihak; media, masyarakat digital Jogja, paguyuban admin Jogja, Duta Damai, blogger, Kompasiana, penggiat media sosial dan lain lain.
Saya berkesempatan hadir dan ikut dialog langsung.
Seperti yang sudah-sudah, pasti membahas tentang 'kenakalan' yang terjadi di media sosial.
Saya heran, masih aja ada dan selalu ada yang 'bertindak kriminal' di media sosial. Seolah-olah memang tidak ada kerjaan lain selain berbuah ulah.
Apa coba hasil yang didapat setelah berbuat 'senonoh' di medsos? Terkenal? Saya kok enggak berniat terkenal karena 'kejahatan'. Lebih elegan kalau terkenal karena karya nyata, nah media sosial bisa itu dipakai untuk mengangkat karya.
Lebih jauh lagi dalam dialog malam itu juga disampaikan bahwa media sosial (internet) sudah dijadikan pintu masuk para teroris untuk menebar doktrin-doktrin mereka. Teroris sudah canggih memanfaatkan internet demi kepentingan golongan mereka, sementara kita (kau) apa yang sudah dilakukan dengan internet?
Sebagai pengguna internet aktif, blogger, penulis, duta damai, duta internet baik dan seorang yang mengais rezeki lewat media sosial (internet) saya selalu berfikir ulang jika ingin memposting hal hal yang menimbulkan kekacauan. Sopan santun di dunia Maya itu sangat sangat penting buat kehidupan pribadi saya.
Tidak sedikit orang yang mencoba mengenal saya lewat media sosial. Jadi misal isi media sosial saya adalah hal-hal yang mengerikan dan berbau provokatif, sudah jelas orang akan menilai saya dengan pandangan negatif. Tentu enggak mau dong kehilangan temen hanya gara-gara postingan enggak mutu di media sosial.
Hmmm....
Masalahnya ternyata meski kita sudah baik baik bermedia sosial tetap aja ada orang yang iseng 'menjaili' kita. Seperti yang pernah terjadi dengan Polri dan ibu Naomi (Komnas PA) yang pernah menjadi korban bullying seantero sosial media karena fitnah/ pemberitaan yang tidak benar mengenai dirinya.
Mengerikan sekali.