Saya selalu membayangkan andaikata internet enggak lahir, seperti apa reportnya orang-orang zaman sekarang. Mau ketemuan harus nunggu hilal. Mau kirim naskah (seperti saya) harus Dateng ke penerbit, belum lagi nyari tahu alamat penerbitnya. Tidak mudah ternyata hidup tanpa internet.
Lalu pertanyaan selanjutnya; kalau internet sebegitu penting kenapa ada khasus khasus mengerikan yang tercipta di sana??
Saya pun enggak tahu. Yang jelas selalu ada sisi positif dan negatif yang selalu hidup berdekatan, berdampingan tidak bisa terpisahkan.
Berkata baik atau diam, nyetatus hal baik atau diam saja?
Rasanya enggak bisa deh kalau ada khasus (apapun) yang lagi heboh dan kitanya diam. Kau ngaku saja deh pasti gitu!
Sama, saya pun gatel selalu ingin ikut komentar. Kadang enggak paham aja sok-sokan paham dan update status biar kelihatan kekinian. Padahal kalau mau sadar tanpa kita mengikuti khasus kekinian pun kita tetap bahagia dan tetap hidup di zaman ini kok.
Orang Selo saja yang kadang latah ingin kelihatan terhitz.
Untung saya tidak. Entah dengan kau?
Dari khasus khasus medsos mengerikan yang terjadi selama ini, maka tercetuslah semacam acara sarasehan dari berbagai pihak menggandeng banyak pihak lain.
Malam itu (Rabu/26 Juli) ada sarasehan mengenai medsos. Sarasehan  kesekian yang saya ikuti.  Bedanya kalau yang dulu-dulu bahas tentang hukum dan etika, malam itu membahas tentang 'media sosial agawe rukun', media sosial membuat rukun.