Seperti fajar yang tak jengah merawat pagi. Mentari bersinar menyembul di antara langit langit hari.
Tak ada keraguan ketika kakinya melangkah. Tak ada bimbang ketika lisannya menyampaikan. Majulah Indonesia! Tanpa bertekuk lutut di hadapan penindas. Pengeruk sumber daya alam milik kita semua.Â
Terbukti bukan?! Tidak hanya omong kosong. Setiap apa yang dilontarkan selalu kebaikan kebaikan di lisannya. Menyadarkan. Betapa lalai dan cerobohnya manusia. Menunduk nunduk kepada penguasa lalim. Menghormatinya. Menjadi boneka mainannya.
Ah... Kau Habib. Keluargamu yang berjuang tanpa jeri. Meneteskan keringat air mata dan tetesan darah. Demi bangsa Indoneaia. Kini hanya tinggal kenangan. Tanpa minta dihargai. Kau melanjutkan perjuangan. Tanpa minta dihormati. Kau melanjutkan cita cita mulia bangsa ini.Â
Tapi kini kau jauh. Tanpa bisa kutengok lagi kabarmu. Kau kini nyaman di negeri yang elok. Apakah negeri kita, pun sama ya Habib. Elok berbhineka tunggal ika, katanya.Â
Ah. Kamuflase.
18 Juli 2019