Mohon tunggu...
Cathaleya Soffa
Cathaleya Soffa Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu Rumah Tangga

Bersyukur dan jalani saja hidup ini. Man jadda wa jadaa.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Hujan yang Tumpah

24 November 2018   16:47 Diperbarui: 24 November 2018   17:09 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di siang terik tadi, rupanya sang surya sudah ditenggelamkan oleh banyak air hujan yang tumpah. Petang dengan segala atributnya, terkikis habis oleh awan yang menggantang. 

Tak ada gelegar. Tak ada suara suara pekak. Tak ada pula petir menyambar. Itu karena hujan kali ini datang dengan tenang. 

Langit yang biru kali ini menyembul dibalik mega mega. Disedu oleh anak anak gerimis yang miris dibekuk berkali kali sebagai angin yang menderu. 

Berhentilah melukai diri sendiri. Menguliti pagi, menumbuk siang, melucuti petang kemudian resahmu berkepanjangan di malam malamnya. Tak elok.

Lantas sayup sayup terdengar derai hujan di pelesir awan. Datang bertubi tubi menghadap bumi. Mengoyak tanah tanah kuyup. Dengan seribu bahasa alam.

Aku tengadah. Mendoa untuk curah hujan yang tumpah. Semoga menjadi berkah.

Ciputat, 24 November 2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun