Membaca tulisan itu hatiku berdegub kencang. 'Aku tidak bisa pulang hari ini. Aku lagi sakit.' Begitulah isi beritanya.Â
Tak ada kabar selanjutnya lagi. Kau menutup jalur komunikasi. Tak ada informasi online. Belum lagi pertanyaan yang diketik tanpa jawaban.
Kamu tahu? Seiring berjalannya waktu, penantian adalah hal paling buruk yang tidak kusuka. Mengapa? Menunggu, adalah proses pendewasaan yang dipaksakan. Berusaha menerima takdir bahwa apa yang seharusnya terjadi saat itu mengalami pembatalan secara tidak pasti. Dan aku tidak suka dengan penjelasan setelahnya. Karena selalu saja pengalihan akan tanggung jawab bahwa menunda itu lebih baik daripada membatalkan.Â
Rasa khawatir dan ketakutan membuatku panik. Rasa khawatir dan ketakutan juga membuatku berpikir sempit. Kapan kamu pulang? Atau bagaimana supaya kamu bisa cepat sembuh? Lalu apa yang kau rasakan? Tidak bisakah kau terbang saja melewati awan dan menyulap dirimu 'abrakadabra' lantas menghilang. Dan tahu tahu sudah ada di hadapanku. Biarkan jemari ini yang merawatnya. Ah entahlah... aku mengkhawatirkanmu.
Untukmu yang berbaring lemah tiada berdaya. Cepatlah sembuh. Untuk senyum yang selalu kutunggu, doa doa selalu terpanjatkan. Jangan menunda waktu lagi demi satu pertemuan manis. Rumah kita adalah tempat berpulang paling indah di dunia.
Cathaleya Soffa
Legoso, 23 Agustus 2017
