Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sang Narator

23 April 2016   22:59 Diperbarui: 23 April 2016   23:32 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Wanita setengah baya itu amat ramah. Tutur bahasanya khas. Gampang bergaul. Tak heran temannya banyak. Bukan hanya dilingkungan tempat kerjanya semata, namun meluas hingga ke masyarakat umum.

Dikalangan teman sejawat dan sepergaulannya, wanita ini dikenal sebagai penarasi atau pencerita. Ya, pencerita tentang aib dan stigma orang. Dimana pun dia berada, selalu saja persoalan orang yang menjadi bahan omongan dan trending topik yang dibicarakannya. Seakan-akan tiada hari tanpa menarasikan aib sesama manusia di bumi.

Wanita penarasi itu datang ke kantornya dengan terburu. Pedal gas ditangan dikebutnya. Seolah-olah ada yang hendak diburunya. Bak pemburu yang sedang mengintai mangsanya di hutan rimba.

"Hey, kalian tahu nggak ternyata Bapak anu itu selingkuh dengan bawahannya," ungkapnya saat kakinya baru beberapa langkah masuk kantor.

Tentu saja narasi wanita itu mengagetkan para pegawai kantor yang sedang asyik bekerja. Mareka bertanya-tanya ada apa lagi dengan Wanita narator itu.

"Tidak disangka-sangka ternyata peselingkuh juga. Padahal gayanya amat alim," ujarnya sembari duduk di kursi kerjanya.

Sebagai penarasi aib manusia, wanita narator ini berkolaborasi dengan keluarganya sehingga mudah mendapatkan info. Maklum keluarganya bekerja di pasar sehingga informasi banyak didapatnya dari para ibu-ibu yang berbelanja ke pasar.

Wanita narator ini juga mendapat informasi dari sang suami yang kerap bergaul dengan kaum minoritas yang mudah mendapatkan informasi dari segala penjuru mata angin. Tak pelak kolaborasi keluarga ini amat harmonis dalam menjalankan aksi purbanya. Amat komplit.

Sore itu langit cerah. Awan berarak. Cakrawala membiru. Dibelakang rumah, tiga serangkai ini sedang asyik bercerita tentang berbagai masalah. Tak terkecuali masalah keluarga yang sedang mareka hadapi, yakni ponakan mareka yang baru datang dari Dusun disinyalir sedang menjalin hubungan pribadi dengan atasannya. Kabar ini tentu saja menyengat kehidupan keluarga ini.

"Saya heran, apa hebatnya bapak Anu itu sehingga ponakan kita mau menerima uluran tangannya. Apakah dia tidak paham dengan perilaku kikir dan pelitnya," ujar sang suami sambil mengisap rokoknya dalam-dalam. Asapnya menerjang langit.

"Iya, saya juga amat heran dan kaget. Padahal Bosnya itu duda," sela wanita narator.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun