Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen :Jip Tua

26 Februari 2016   22:16 Diperbarui: 29 Mei 2021   08:57 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen : Jip Tua

Semenjak sebuah Jip tua keluaran tahun 30-an menghiasi rumah mantan seorang purnawirawan, selalu saja ada kegaduhan kecil dalam kehidupan rumah tangga mareka. Semenjak Jip itu menjadi bagian dari ornamen rumah pensiunan itu, selalu saja ada keluhan yang tersampaikan oleh istrinya. Jip tua yang dibelinya dari seorang kawan lamanya yang kini telah menjadi seorang pengusaha besar adalah idamannya sejak masih aktif bertugas. Namun karena dirinya bukan aparat yang berpangkat tinggi dan bergaji besar, cita-citanya baru kesampaian tiga bulan menjelang dirinya pensiun. Apalagi dirinya tidak mempunyai objekan lain selain gaji dan tunjangan yang sah. Dan Itu pun karena ada tambahan dana dari sebuah asuransi.

" Pak. Pak. Kamu ini gimana sih. Kok menjelang pensiun baru mau memiliki mobil. Apa masih kuat menyetirnya? Dan apa masih kuat dengan biayanya? Bapak kan tahu, mobil tua dan kuno itu perlu banyak pembiayaan. Sedangkan kita hanya hidup dari uang pensiunmu. Hanya itu yang menjadi gantungan hidup kita," keluh Sang istrinya. Lelaki tua itu terdiam. Tak menjawab.
" Apalagi Bapak kan sekarang penyakitan. Tentunya perlu banyak biaya untuk berobat. Kalau ada apa-apa kan kita juga yang repot. Apa kita mesti mengeluh dengan anak kita? Malu Pak," lanjut sang Istri. lelaki itu masih terdiam. Membisu. Mulutnya kering. Tak ada kata-kata yang layak dinarasikannya untuk sang istri.

Sebenarnya sudah banyak para kolektor mobil antik yang menawari Jip tua itu dengan harga yang pantas. bahkan ada seorang kolektor dari luar Kota yang menawari mobil itu dengan harga yang sangat fantastik. Tapi dirinya enggan untuk menjualnya. Berbagai alasan diumbarkannya kepada mareka yang berminat membeli mobil kuno itu. Berbagai apologi dinarasikannya kepada peminat mobil itu.
" Terus terang mobil ini tidak akan saya jual karena mobil ini adalah bagian dari leluhur saya," jawabnya yang membuat para calon pembeli mundur teratur dengan alasan yang dikemukannya.
" Saya siap membeli mobil bapak dengan harga tinggi. Setara dengan mobil keluaran terbaru," ujar seorang kolektor mobil kuno.
" Terima kasih atas atas tawaran Bapak. Saya merasa tersanjung sekali. Tapi mohon maaf ini mobil leluhur saya yang diwariskan kepada saya untuk dijaga," elaknya.

Sebagai seorang pensiunan berpangkat perwira menengah, dia memahami bahwa mengurus mobil tua dan kuno ini sangat berat. Selalu ada saja onderdil yang harus diganti saat mobil itu usai dipakai. Tak pelak uang pensiunannya yang tak seberapa itu harus dibagi dengan peralatan mobil yang harus diganti. Tak pelak beberapa kali dirinya harus merelakan menebus obat seadanya karea uangnya sudah terpakai untuk menganti onderdil mobil Jip tua itu. Dan beberapa kali pula dirinya harus menerima bantuan dari anaknya karena kondisi terdesak yang mau tak mau harus diterimanya. Sesuatu yang amat memalukan baginya.

Walaupun terasa berat dalam memelihara mobil Jip tua itu, lelaki pensiunan itu merasa bangga dan gagah. kadang kala saat senja hendak tiba, dikemudikannya Jip tua itu keliling Kota Kecil tetap dirinya menetap sekarag. Disusurinya jalanan yang kadang mulus, kadang berlobang yang membuat mobilnya kadang terbatuk-batuk karena hantaman jalanan yang berlobang. Dan ada rasa bahagia yang tak terhingga yang merengkuh rongga dadanya. Ada rasa sangat istimewa saat dirinya mengendarai mobil Jip tua itu.

Dirinya sungguh kaget dan bahagia saat anaknya yang bertugas sebagai dokter disebuah pulau terluar pulang Kampung. Katanya ada tugas dari Puskesmas tempatnya melayani pasien. Dan sekalian mampir ke rumah orang tuanya.

Saatnya anaknya datang, keduanya terlibat dalam pembicraan yang amat serius. Apalagi kalau bukan soal mobil Jip tua itu.
" Kalau memang Bapak ingin membeli mobil yang lumayan tahunnya dari ini, saya bisa membantu bapak. Saya kan sudah bekerja. Sudah punya penghasilan tetap. Dan duitnya halal lho Pak," ungkap anaknya saat mareka sedang duduk doidekat garasi mobil Jip kuno itu.
Mendengar celetohan anaknya dirinya cuma tersenyum. Ada rasa kebanggan yang terpatri dalan jiwanya.
" Bukannya Bapak enggak mau kamu bantu, tapi mobil ini sudah cukup membuat Bapak bangga dan istimewa," jawabnya.
" Istimewa? Maksudnya gimana Pak. Saya enggak mengerti. Punya mobil tua kok dibilang istimewa," tanya anaknya dengan nada setengah bertanya.Lelaki tua itu tersenyum.
" Mobil ini memiliki sejarah yang panjang nak dalam hidup Bapak dan kamu sebagai anak. Sangat panjang sekali. Kalau saya ceritakan bisa tiga hari tiga malam baru selesai," jawabnya.

Lelaki itu teringat saat dirinya masih bersekolah di sebuah SMA di kampung Halamannya. Saat itu Belanda masih ingin menguasai Indonesia dan tetap berniat menjadikan negeri ini sebagai bagian dari imprealismenya. Berbagai cara dilakukannya. Termasuk menindas dan mengasumsikan semua orang adalah musuh.

Dan lelaki itu masih ingat saat pulang sekolah bersama beberapa temannya dengan berjalan kaki menujju rumah, sebuah patroli Belanda langsung menyergap mareka dan membawa anak-anak muda ini ke dalam kamp tahanan yang terletak diujung kampung.

Selama dalam tahanan Kamp, mareka diperlakukan bak para orang tua dan para tahanan perang. Ditendang dan dipukul hingga mau mengaku bahwa mareka adalah orang yang ingin mengusir Belanda dari Bumi Pertiwi. Dan lelaki itu merasakan bagaiman kencangnya bogem muntah yang dilayankan ke perutnya yang membuat semua makanan yang baru ditelannya harus keluar kembali.
" Kamu adalah pejuang yang ingin mengusir kami dari tanah jajahan kami," gertak seorang serdadau Belanda dengan nada keras,
" Bukan Tuan, Saya bukan pejuang. Saya pelajar," jawabnya. Dan braak sebuah tendangan menghantam perutnya hingga dirinya harus terjungkal ke belakang beberapa meter.
" Kalau kamu mengaku pejuang yang ingin mengusir kami dari tanah ini, maka kamu akan kami ampuni. Mengerti," ujar serdadu itu lagi.
Dan entah dapat inspirasi dari mana, akhirnya lelaki itu bersedia mengaku sebagai pejuang. Karena mengaku dirinya yang masih berumur 17 tahun tahun akhirnya ditempatkan sebagai pemelihara mobil di bagian belakang Kamp. Tugasnya tiap hari adalah membersihkan mobil Jip milik Komandan Belanda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun