Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Gelombang Pasang Menyatukan Cinta yang Tertunda

19 November 2021   13:31 Diperbarui: 19 November 2021   13:35 366
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak ada yang menjawab. Semuanya membisu. Hanya senyum kecil sekelompok perempuan itu yang memahaminya. Langit cerah. Padahal senja akan tiba. 

Cagal bersiul-siul sembari menyusuri jalanan menuju pantai. Sudah tiga hari dia tak melihat perahunya yang ditambatkan di Pantai. Suara siulannya menirukan lagu dari artis Ibukota. Senandungnya penuh kegembiraan. Langkah kakinya terasa ringan menyusuri bebatuan yang menyerupai tangga-tangga menuju pantai. 

Sementara hembusan semilir angin pantai menghampiri wajahnya. Bahagia tertampak diwajahnya. Lelaki itu kaget setengah mati saat kakinya menginjak pantai. Jantungnya hampir copot saat menyaksikan seorang perempuan yang amat dikenalnya sedang bermain bersama kedua anaknya di pasir pantai  yang bersih. Mereka berlarian susuri pantai. Terkadang mengejar air laut. Sangat bahagia sekali mareka bermain bersama.

"Ayu," desisnya pelan.

Dan Ayu pun sangat kaget saat melihat seorang lelaki yang amat dikenalnya. Cagal. Keduanya saling bertatapan.Tatapan mata yang memberi makna. Tatapan mata yang mengabarkan rasa kebahagian. Tatapan mata yang masih sama saat keduanya masih remaja.

"Apa kabar Bang Cagal?," sapa Ayu saat melihat Cagal.
"Alhamdulilah, sehat dik Ayu. Dan saya sudah mendengar kisah tentang dirimu. Aku pun turut berduka," jawab Cagal.
"Aku pun turut bersedih mendengar kisah Abang. Semoga Abang tabah. Masih ada perempuan lain yang siap menggantikannya," ujar Ayu.
Cagal tertegun. 

Tak menyangka dengan jawaban Ayu, perempuan yang pernah mengisi relung kasihnya dulu. Ada rasa bahagia atas jawaban Ayu. Sejuta harapan terhampar dilautan yang luas. Dan sebagai lelaki Cagal tak ingin asa yang terhampar luas itu lepas. Sejuta harapan yang ada dalam genggamanya kini.

"Apakah dik Ayu bersedia ku pinang untuk anak-anak kita," tanya Cagal.
Ayu terdiam. Air laut pasang mendatangi kaki putihnya.

Puluhan tahun lalu kalimat itu pernah diucapkan lelaki itu di pantai Batu kapur usai bibir tipisnya dilumat Cagal dengan nafas cinta yang membara. Saat itu dia tidak menjawab. Kini dia harus menjawab pertanyaan itu. Untuk anak-anaknya. Untuk masa depannya. Dan untuk rasa cinta yang masih membara dalam raganya. " Aku menunggu pinangan Abang," jawab Ayu sembari memperkenalkan kedua anaknya kepada Cagal.

Sepoi angin yang berhembus di pantai  menambah keromantisan alam. Kecipak air laut menjadi saksi kisah masa lalu yang tak terjahit. Mareka pun meninggalkan pantai Batu kapur dengan sejuta harapan. Ya, harapan untuk hidup bersama dalam ikatan cinta yang sempat tertunda.

Toboali, jumat barokah, 19 November 2021

Salam sehat dari Kota Toboali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun