Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Markudut dan Ibu Girang yang Terhormat

10 November 2021   03:54 Diperbarui: 10 November 2021   04:01 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Cerpen : Markudut dan Ibu Girang yang Terhormat

Matahari diufuk timur tampak berkemas-kemas. Dia akan segera datang menyapa bumi yang masih diliputi kegelapan.

Markudut juga sudah berkemas-kemas. Laki-laki muda itu sudah rapi dengan pakaiannya. Dia tampak mondar-mandir di ruang makan yang bersebelahan dengan dapur. Matanya tertuju pada jam bulat warna putih yang tertempel di dinding ruang makan. Jarum panjang pada angka dua belas dan jarum pendek pada angka tujuh..Sesekali Markudutjuga memelototi handphone yang terus membunyikan nada deringnya dengan pelan.

"Cepat sedikit Bu. Nanti aku telat!" 

Sudah bertahun-tahun kalimat itu tak pernah keluar dari mulut Markudut, tiba-tiba masuk ke dalam gendang telinga istrinya. Biasanya kalimat yang keluar dari mulut Markudut baru jam berapa Bu. Hari masih pagi Bu. Sampai-sampai kuping istrinya pun sudah kebal dengan narasi Markudut itu.

Dan semenjak menjadi tim sukses kalimat cepat sedikit dan nanti aku telat  itu muncul ditelinganya.Istri Markudut segera menyajikan nasi dan lauk di meja makan. Tanpa menunggu istrinya duduk, Markudut segera melahap hidangan di hadapannya dengan tergesa-gesa. Sisa makanan di piring masih ada.. Sejurus kemudian dia bangkit dan menuju pintu. Sebelum keluar dia menitipkan sebuah amplop kepada istrinya. Mata istrinya seketika terbelalak setelah menghitung lembaran-lembaran uang bergambar sang proklamator. Uang sebanyak itu mampu menghidupi dirinya dan Markudut selama beberapa bulan.

"Uang darimana, Bang?" tanya istri Markudut dengan narasi bahagia.

Senyumnya mengembang. Baru kali pertama  semenjak menjadi istri Markudut dirinya memegang uang sebanyak itu. Dan baru kali pertama dirinya merasa senang untuk yang berhubungan dengan uang. Selama lima tahun mengarungi rumah tangga, acapkali mengalami kekurangan uang dan menjadi sumber pertengkaran mereka sehari-hari.

" Yang pasti uang itu uang halal," jawab Markudut lalu beranjak meninggalkan istrinya sendiri. 

Markudut bergegas menghampiri motornya yang terparkir di halaman rumahnya. Lalu bergegas mengendarainya. Tujuannya sangat jelas. Rumah Ibu Girang yang memintanya menjadi Tim Sukses untuk pencalonannya sebagai Anggota Dewan yang terhormat.

Dan dalam tempo waktu sekitar 30 menit, Markudut sudah tiba di rumah Ibu Girang yang berpagar tinggi dengan arsitektur rumah masa kini dan sangat luas. Usai memarkirkan motornya dan menyapa beberapa tim sukses yang ada di Posko depan rumah Ibu Girang, Markudut langsung masuk ke dalam rumah Ibu Girang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun