Mendengar jawaban sang suami, istrinya tersenyum bahagia. Sebuah kecupan mendarat di bibir sang suami. Sudah lama sekali mereka sebagai paanan suami istri tak pernah bermesraan di ranjang pengantin mereka semenjak suaminya menjadi timses Ibu Girang.
Sebagai istri, dirinya mengakui semenjak suaminya menjadi timses Ibu Girang, perekonomian mereka meningkat tajam. Tak ada lagi perdebatan diantara mereka selama beberapa bulan ini yang selama ini selalu menjadi ornamen hidup mereka sebagai pasangan suami istri. Tapi frekwensi pertemuan mereka hampir tak ada sama sekali.
Usai kontestasi demokrasi itu, Markudut masih tetap aktif membantu Ibu Girang. Dan jadwal kerjanya pun masih tetap seperti biasanya saat dirinya masih berstatus sebagai bagian timses Ibu Girang. Dari pagi hingga malam. Bahkan terkadang, Markudut tidak pulang ke rumahnya hingga dua malam. Ponselnya pun selama itu tak aktif sama sekali.
Saat matahari mulai terbangun dari mimpi panjangnya, Istri Markudut menagih janji suaminya untuk membuat dirinya hamil. Markudut terdiam bahkan terkesan gelagapan dengan keinginan istrinya.
" Bagaimana dengan Ibu Girang?," hati Markudut membatin.
Markudut menyalahkan sebatang rokok. Matanya menerawang jauh. Pikirannya jauh. Sejauh pikiran Ibu Girang yang ingin menikmati dirinya seutuhnya sebagai suaminya yang baru. Ya, sebagai suami Ibu Dewan yang terhormat.
Toboali, rabu pagi yang indah, 10 November 2021
Salam sehat dari Kota Toboali