Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dalam Pesona Purnama, Ada Cahaya Mentari

28 Oktober 2021   20:37 Diperbarui: 28 Oktober 2021   20:50 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja menyembunyikan pucuk-pucuk cemara. Sebuah tanda alam hari sudah memasuki gerbang malam. gerombolan camar yang menari diatas langit biru mengundang sejuta kenikmatan atas karunia Sang Maha pencipta. Sementara diujung timur muncul senyum purnama berwajah mempesona.

Disebuah rumah berarsitektur kuno, terdengar suara narasi seorang lelaki setegah baya. Suaranya terasa garang berbalut nasehat penuh arif bijaksana. 

"Kamu belum menikah, maka kamu menjadi tanggungjawab kami sebagai orangtuamu. Tapi kalau kamu sudah menikah, maka kami tidak bertanggungjawab secara penuh terhadap kamu, karena kamu sudah menjadi tanggungjawab suamimu. Jadi kamu paham, kenapa Ayah selama ini selalu bersikap tegas terhadapmu selama ini," ungkap Sang Ayah dengan penuh wibawa.Dara terdiam. 

Malam penuh rembulan dan gemerlap bintang gemintang pun terdiam. Tertegun saksikan dua anak manusia itu. Cahaya rembulan pun rehat sejenak menyinari bumi . Kerlap kerlip bintang pun terhenti tanpa gemerlap. 

Sang ayah terus berceramah tanpa henti. Intonasi nada suaranya dari lembut hingga meninggi bak rocker yang sedang meneriakkan nada-nada tinggi di panggung hiburan. 

Sementara Dara putrinya hanya terdiam dan terdiam. Mematung. Membisu tanpa kata. Tak ada reaksi sedikitpun. Tubuh cantiknya hanya mematung bak lukisan monalisa. Nafasnya seakan terhenti sejenak. Diksi-diksi dari mulut sang Ayah terus berwarna warni sebagai penghias malam yang makin meninggi. Malam makin melarut. Selarut hati Dara dalam kesendirian hidupnya.

Siang itu Dara hendak ke Kota. Mengantarkan naskah tulisannya lewat kantor pos. Sedekitnya seminggu sekali Dara selalu ke Kota untuk mengirimkan tulisannya ke berbagai media massa dan penerbitan. Kehobiannya dalam dunia tulis menulis dan berpuisi adalah tantangan tersendiri bagi Dara. Terutama saat hidupnya di Kampng.

Perkenalaannya dengan dunia kesenian berawal ketika dirinya menuntut pengetahuan di Kota. Ajakan teman-temannya untuk menyaksikan pentas-pentas sastra telah merubah gaya hidupnya. kendati awalnya sangat sulit bagi Dara untuk menikmati pentas-pentas seni, namun naluri jiwanya  telah menyeretnya masuk kedalam pusaran dunia itu. 

Apalagi dara seni juga mengalir dari Ayahnya yang semasa mudanya dikenal sebagai pemain musik walaupun hanya untuk acara kawinan di tingkat lokal.

Kebiasaan yang menjelma menjadi roh dalam hidupnya dan menjalari raga makin mengkristal ketika Dara berkenalaan dengan penyair terkenal di Kota tempatnya menimba ilmu. 

Dian Akew nama sastrawan itu. Sebuah nama yang cukup kesohor dan terkenal di Kota itu. Hampir seluruh penghuni Kota mengenal nama dan wajah seniman ini.Wajah flamboyannya pun selalu menghiasi media massa lokal lewat tulisan dan cerpen-cerpennya yang selalu menggoda untuk dibaca. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun