Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Dalam Pesona Purnama, Ada Cahaya Mentari

28 Oktober 2021   20:37 Diperbarui: 28 Oktober 2021   20:50 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bercerita tentang masa depannya. Mareka asyik dengan ceritanya masing-masing tanpa ragu dan sungkan. Dan bagi mareka inilah malam penuntasan jiwa dan hati yang terkukung oleh beratnya perjalanan hidup atas perjanjian hati yang telah mareka buat saat akan menikah lima tahun lalu. 

Setidaknya keduanya ingin terbebas dari belenggu jiwa yang terpasung dalam lima tahun ini. Keduanya ingin terbang bebas ke udara menuju cakrawala tanpa rintangan jiwa yang terusik.

"Dengan penuh hormat, saya mohon maaf kepada Mbak Dara, bahwa ikatan perkawinan ini tidak bisa kita perpanjang lagi. Walaupun terasa berat buat saya karena memikirkan putri, setidaknya belenggu jiwa dan hati kita harus terpisah. Sebagai lelaki sejati saya tak bisa berharap lagi dari ikatan tali kasih sayang ini. Dan terimakasih atas kasih sayang yang telah mbak berikan untuk putri saya selama ini," ungkap Rian lirih.

"Saya pun demikian Mas. Saya minta maaf tidak bisa memberikan kasih sayang untuk Mas. Maafkan saya yang tidak bisa memartabatkan kelaki-lakian mas selama ini.Saya minta maaf. Dan saya bukanlah wanita yang pantas untuk Mas. Saya adalah wanita yang salah untuk Mas," jawab Darah dengan nada tersekat. Tanpa tersadari, airmata menetes dari bola matanya yang cantik dan mempesona

"Tak apa-apa, Mbak," Balas Rian dengan nada suara intonasi yang tegas

Malam makin melarut. Purnama memancarkan sinarnya. Terang benderang. Dengus liar anjing hutan pun tak terdengar. Hanya kerlap kerlip bintang tersenyum dengan sepenuh hati sebagaimana sepenuh hatinya Rian dan Dara untuk mengakhiri kebersamaan mareka dengan prinsip hidup yang mareka jalani.

Mentari pagi pancarkan sinarnya. Terangi jiwa-jiwa penghuni bumi. Deru suara kendaraan bisingkan hari. Ramaikan lalulintas hidup yang mulai berjalan beriringan dengan perjalanan waktu. Rian dan Dara mulai tinggalkan status diri dan  berjalan sesuai dengan relnya masing-masing dengan menyambut hari yang cerah. 

Hari dan masa depan yang terbentang luas dihadapan. Langit membiru hantarkan keduanya menuju jalan pulang yang berbeda arah. Dan itulah jalan keabadian yang hendak mareka songsong menuju masa depan. Masa depan tanpa belengu dan ikatan yang saling memartabatkan diri sesuai kodrat dari  Sang Maha Pencipta. 

Toboali, malam jumat, 28 Oktober 2021

Salam sehat dari Kota Toboali

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun