Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Lelaki Utusan Langit

10 Oktober 2021   11:09 Diperbarui: 10 Oktober 2021   11:10 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Usai Sholat Isya, Migrun didatangi beberapa warga soal rencana pembangunan masjid. Mareka berharap banyak ada solusi dari lelaki muda yang bekerja di kota itu. Setidaknya hubungan perkawanan Migrun lebih luas dan lebih banyak dari mareka yang tinggal di kampung. Setidaknya para warga percaya, Migrun akan bisa menjawab impian mereka untuk membangun masjid yang representatif.

"Dana kita masih kurang. Maka itu kami datang ke sini untuk meminta solusi bagaimana baiknya agar pembangunan masjid ini terlaksana," ujar Pak Bujang tokoh agama di Kampung.

 "Bagaimana kalau rumah yang saya beli itu kita jadikan masjid. Dan kekuarangan dananya bisa kita peroleh dari penjualan kebun yang letaknya di belakang rumah itu," ujar Migrun memberi solusi.

 "Itu ide yang bagus, Pak," ungkap warga yang hadir di rumah Migrun.

 "Akhirnya impian kita warga kampung untuk memiliki masjid yang baik terkabul juga," sela warga lainnya dengan wajah sumringah. Malam memancarkan cahayanya yang indah. Seindah impian para warga kampung yang akan memiliki masjid representatif. 

Seorang pimpinan developer menyambangi kediaman Migrun saat Migrun baru saja pulang dari Kantornya. Wajah lelaki berbadan tegap itu tampak gembira, seolah-olah dirinya akan berhasil mendapatkan apa yang diinginkan dengan kedatangannya. Wajahnya menampakkan sebuah kemenangan. Wajah seorang bahagia.

 "Saya ingin membeli kebun Bapak. Dan saya beli dengan harga yang mahal dan sangat fantastik," ungkap lelaki parlente itu sembari menyebut sebuah angka yang sangat besar nominal.

Dan Migrun kaget. Harga yang ditawarkan Bos developer itu bukan hanya sekedar bisa untuk membangun masjid saja. Dan sebelum sempat Migrun menjawab, Bos developer langsung menyerahkan sebuah amplop besar berwarna coklat.

 "Iya. Saya beli kebun Bapak dengan harga yang saya sebutkan tadi," ujar lelaki itu dengan senyum kemenangan.

Rumah tua yang dibeli Migrun akhirnya berubah menjadi sebuah masjid yang sangat megah. Kebahagian memancar dari seluruh penghuni kampung saat pembangunan masjid itu selesai dalam tempo yang cepat. Tak kurang dari tiga bulan. Impian mereka untuk memiliki masjid yang bagus dan luas akhirnya tercapai.

 "Masjid ini sebenarnya adalah sumbangan seorang Bapak tua yang saya sendiri kurang kenal. Hanya beliau menitipkan amanah kepada saya agar rumahnya dibangun masjid," ungkap Migrun kepada para warga Kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun