Mohon tunggu...
Rusmin Sopian
Rusmin Sopian Mohon Tunggu... Freelancer - Urang Habang yang tinggal di Toboali, Bangka Selatan.

Urang Habang. Tinggal di Toboali, Bangka Selatan. Twitter @RusminToboali. FB RusminToboali.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen: Pengemban Amanah yang Tak Terhormat

7 Oktober 2021   00:13 Diperbarui: 7 Oktober 2021   02:50 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Siang itu siraman cahaya matahari hadir dengan gagahnya. Sinarnya bercahaya dengan berani. Terang benderang. Kegagahan sinar matahari membuat peluh dari badan seorang lelaki mengalir deras bak banjir yang tak terhadang. lelaki itu tetap berjalan dan melangkah dengan beban yang amat berat dipundaknya. Sekarung beras harus segera diantarkannya ke seseorang yang telah memesannya di toko tempatnya mencari nafkah.

Tak terdengar sama sekali keluh dan kesah dari mulut lelaki itu, walaupun cahaya matahari begitu gagah berani menarangi bumi pagi itu. lelaki itu terus berjalan seirama dengan panas matahari yang berada diatas kepalanya, hingga akhirnya sampai ke tujuannya.
Dan bukk.

Sekarung beras itu telah berada dalam sebuah mobil pick-up merk terkini milik pemesannya yang terparkir cukup jauh dari toko tempatnya bekerja.

Sudah tiga bulan lelaki yang bernama Suhar menikmati hidup dengan berprofesi sebagai pemikul barang di toko di kawasan pasar sebuah Kota yang mulai menggeliat pembangunannya. Dan sudah tiga bulan pula dirinya merasa terhormat dengan profesi itu.
"Apakah kamu tidak malu berprofesi sebagai pemikul barang di toko? Itu pekerjaan orang yang tidak bersekolah dan tidak terhormat," ujar seorang temannya saat Suhar meminta bantuannya untuk bekerja.

"Kamu itu mantan orang terhormat di negeri ini," lanjut temannya.

Suhar tersenyum lebar mendengar ujaran temannya.

"Pekerjaan sebagai pemikul barang dipasar itu sungguh sangat terhormat dari seorang koruptor, Bung," jawab Suhar.

Temannya cuma terdiam mendengar jawaban Suhar.

"Dan saya tidak mau saat orang-orang berziarah ke kuburan, mereka memandang kuburan saya dengan menunjuk kuburan saya sebagai kuburan seorang koruptor. Dimana harga diri saya," lanjut Suhar dengan nada tegas.

Usai menjalani hukuman sebagai koruptor, Suhar memang enggan kembali berkiprah sebagai pengurus Parpol walaupun tawaran menarik berupa jabatan diiming-imingi Ketua Parpol. Sudah mati rasa Suhar menjadi pengurus Parpol, termasuk menjadi anggota Dewan yang katanya terhormat itu. lelaki itu kini sedang menikmati madu sebagai pemikul barang di pasar walaupun cemoohan terus menghujani jiwa dan raganya.

"Kalian lihat Suhar sekarang. Usai dihukum kini dia bangkrut," ujar sorang warga di pasar saat melihat Suhar memikul barang.
"Barangkali Suhar merasa profesi sebagai pemikul barang lebih terhormat daripada sebagai anggota Dewan yang banyak korupsi dan mengakali rakyat," sela warga lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun